tirto.id - Bagi para peneliti berpengalaman, istilah research gap atau celah penelitian tentu sudah tidak asing lagi. Namun, bagi mahasiswa yang baru akan mengerjakan riset untuk skripsi ataupun publikasi ilmiah lainnya, istilah ini mungkin akan terdengar asing. Lantas, apa itu research gap?
Research gap dalam penelitian merupakan celah topik riset yang dapat digali lebih dalam untuk menghasilkan karya ilmiah berkualitas. Celah muncul karena penelitian-penelitian sebelumnya terkait suatu topik masih menyisakan pertanyaan yang belum terjawab atau kekurangan data pendukung.
Mengabaikan research gap dalam penelitian dapat berakibat fatal, seperti menghasilkan karya ilmiah yang dianggap plagiat atau tidak lagi relevan. Oleh karena itu, penting bagi para peneliti untuk memahami konsep research gap agar hasil risetnya berkualitas.
Pengertian Research Gap
Secara bahasa, definisi research gap adalah celah penelitian atau kesenjangan penelitian. Mengenai apa itu research gap dalam penelitian, ada banyak rumusan pengertian meski secara umum maknanya serupa.
Research gap adalah ketidakselarasan antara temuan dalam penelitian terdahulu dengan data riset-riset terbaru, konsep, ataupun situasi terkini.
Mudahnya, celah penelitian atau research gap adalah topik, pertanyaan, maupun masalah yang belum terjawab dalam hasil studi atau riset terdahulu di suatu bidang.
Pertanyaan atau masalah tersebut bisa muncul karena ada penelitian yang punya temuan berbeda, hingga konsep atau ide baru yang belum pernah diteliti sama sekali. Kehadiran situasi baru juga bisa menyebabkan riset-riset terdahulu menjadi usang sehingga muncul research gap.
Bisa disimpulkan, research gap merupakan area topik penelitian yang informasinya masih terbatas sehingga sebuah kesimpulan ilmiah belum bisa dirumuskan dengan solid.
Meskipun menunjukkan terdapat kelemahan dari suatu teori atau hipotesis, research gap justru peluang bagi peneliti. Sebab, peneliti bisa memilih tema riset yang berpotensi akan menjawab persoalan atau menghadirkan pengetahuan yang baru.
Fungsi Research Gap
Research gap muncul karena terdapat kesenjangan antara hasil penelitian yang terdahulu dengan data di lapangan maupun laporan riset lain. Ketidakkonsistenan itu bagaikan celah pengetahuan yang masih kosong sehingga perlu diisi dengan laporan penelitian baru.
Maka itu, mencari research gap merupakan faktor pendukung penting guna menghasilkan laporan penelitian yang berbobot sekaligus bermanfaat. Menemukan celah penelitian juga penting untuk menghindari pengulangan topik dalam aktivitas riset.
Sebagai contoh, ketika seorang mahasiswa mengajukan topik skripsi, dosen pembimbing biasanya akan bertanya: "Apa yang membedakan tema penelitian tersebut dengan riset-riset serupa sebelumnya?"
Perbedaan tadi akan mudah dijelaskan dalam proposal skripsi jika si mahasiswa lebih dulu mencari research gap sebelum menentukan tema dan rumusan masalah penelitian. Celah itu bisa menunjukkan riset yang akan dilakukan menjanjikan temuan data atau perspektif baru.
Secara lebih mendetail, berikut beberapa fungsi research gap yakni sebagai berikut:
- Memicu pertanyaan baru yang mendorong peneliti menggali lebih dalam
- Menghindari duplikasi penelitian
- Memastikan riset baru akan menghadirkan temuan bukti atau pengetahuan baru
- Meningkatkan kualitas penelitian
- Memunculkan pengetahuan ilmiah yang lebih komprehensif dan bernilai
- Memajukan ilmu pengetahuan
- Memperbesar kontribusi sains untuk masyarakat.
Jenis-Jenis Research Gap
Philip Adu dan Anthony Miles dalam Dissertation Research Methods: A Step-by-Step Guide to Writing Up Your Research in the Social Sciences (2023) menerangkan terdapat 7 jenis reasearch gap.
Sementara itu 7 jenis researh gap adalah Population Gap, Theoretical Gap, Empirical Gap, Evidence Gap, Methodological Gap, Knowledge Gap, dan Practical-knowledge gap. Untuk lebih memahami tujuh jenis researh gap tersebut, simak penjelasan berikut:
1. Celah Teoritis (Theoretical Gap)
Celah ini muncul ketika teori yang ada tidak mampu menjelaskan fenomena yang diamati dalam penelitian. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan teori itu sendiri atau karena belum adanya teori yang tepat untuk mengkaji fenomena tersebut.Celah teoritis mendorong peneliti untuk mengembangkan teori baru, memperluas teori yang sudah ada, atau menemukan cara lain untuk menjelaskan fenomena yang diteliti.
2. Celah Bukti (Evidence Gap)
Celah ini terjadi ketika terdapat kesenjangan antara bukti empiris yang ditemukan dalam penelitian dengan pemahaman teoretis.Peneliti mungkin menemukan bukti yang tidak sesuai dengan teori, atau tak mendapatkan bukti cukup untuk mendukungnya. Evidence gap mendorong peneliti mengumpulkan data baru, menganalisis data dengan cara yang berbeda, atau merevisi teori.
3. Celah Populasi (Population Gap)
Celah ini muncul ketika sampel penelitian terdahulu belum mewakili keseluruhan populasi yang semestinya diteliti. Celah ini muncul karena populasi sampel riset sebelumnya terlalu kecil, kurang beragam, atau tidak dipilih secara tepat.Celah populasi dapat menyebabkan hasil penelitian yang tidak dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih luas. Maka, penelitian baru perlu memperluas jangkauan sampel agar bisa representatif dan cukup besar untuk menghasilkan kesimpulan valid.
4. Celah Empiris (Empirical Gap)
Celah ini berkaitan dengan ketidakkonsistenan dalam temuan penelitian. Peneliti mungkin menemukan hasil yang berbeda dari penelitian lain yang meneliti fenomena yang sama.Empirical gap bisa muncul akibat berbagai faktor, seperti perbedaan metodologi, sampel, atau konteks penelitian. Celah empiris bisa mendorong peneliti untuk melakukan replikasi penelitian, mengkaji metodologi riset lain, atau mempertimbangkan faktor kontekstual.
5. Celah Pengetahuan (Knowledge Gap)
Celah pengetahuan muncul ketika belum ada penelitian yang meneliti fenomena tertentu. Knowledge Gap dapat muncul karena ada fenomena baru atau situasi lama yang belum pernah (sulit) diteliti.Celah pengetahuan membuka peluang bagi peneliti untuk melakukan penelitian inovatif dan memberikan kontribusi baru pada bidang ilmunya.
6. Celah Pengetahuan Praktis (Practical-Knowledge Gap)
Celah pengetahuan praktis muncul jika penelitian terdahulu tidak memberikan panduan yang memadai untuk praktik profesional.Peneliti mungkin menemukan hasil riset yang menarik, tetapi tidak jelas bagaimana pola atau data yang ditemukan bisa diterjemahkan dalam praktik berbasis studi ilmiah.
Practical-Knowledge Gap dapat mendorong peneliti untuk berkolaborasi dengan praktisi, mengembangkan intervensi baru, atau mengevaluasi efektivitas prakti yang sudah ada.
7. Celah Metodologis (Methodological Gap)
Celah metodologis muncul ketika metodologi riset terdahulu tidak sesuai dengan tujuan penelitian atau belum memadai untuk menjawab persoalan.Peneliti terdahulu mungkin memakai metodologi penelitian yang salah, menerapkannya secara kurang tepat, atau tidak menganalisis data dengan cermat.
Methodological Gap dapat menyebabkan hasil penelitian yang tidak valid atau kurang bisa diandalkan. Peneliti perlu memilih metodologi yang tepat, menggunakan metode dengan benar, dan menganalisis data dengan lebih teliti.
Tips Cara Menemukan Research Gap
Celah penelitian ibarat pintu yang membuka peluang menjawab pertanyaan-pertanyaan penting yang belum ada jawaban ilmiahnya.
Menemukan research gap dalam penelitian dengan demikian merupakan langkah penting untuk menghasilkan karya ilmiah yang berkualitas dan bermanfaat.
Bagaimana cara menemukan research gap? Berikut beberapa tips cara mencari research gap:
1. Jelajahi Fenomena Baru Tanpa Teori
Amati dan temukan fenomena atau kejadian di lapangan yang belum memiliki penjelasan ilmiah. Hasil pengamatan bisa melahirkan topik penelitian yang menjanjikan pengetahuan baru di suatu bidang ilmu.2. Gali Konsep yang Terabaikan
Teliti kembali laporan riset terdahulu serta identifikasi konsep atau teori yang terabaikan. Konsep-konsep baru bisa menjadi fokus utama penelitian untuk melengkapi pemahaman yang ada.3. Analisis Hasil Penelitian yang Kurang Jelas
Perhatikan hasil penelitian yang menunjukkan keterbatasan dalam menjelaskan fenomena yang diteliti. Hal ini dapat menjadi celah penelitian untuk memperjelas dan meningkatkan kualitas penelitian selanjutnya.4. Pelajari Publikasi Ilmiah tentang Topik Sasaran
Baca jurnal-jurnal ilmiah yang relevan dengan topik penelitian. Perhatikan bagian abstrak, saran, dan kesimpulan untuk menemukan celah penelitian yang diungkapkan oleh peneliti sebelumnya.5. Cermati saran penelitian terdahulu
Saat membaca jurnal ilmiah atau laporan riset terdahulu, jangan lupa mencermati saran untuk penelitian berikutnya yang biasa terdapat di bagian kesimpulan atau rekomendasi.Bagian itu menunjukkan saran peneliti terkait berbagai hal yang harus dikaji lagi untuk menyempurnakan temuannya.
6. Analisis penelitian sejenis
Ketika melakukan kajian literatur, fokus peneliti perlu mengarah pada berbagai laporan penelitian mengenai topik yang serupa. Agar lebih cepat mencari dan menganalisis hasil riset sejeni topik penelitian Anda, gunakan data dari situs sejenis Web of Science seperti clarivate.com dan litmaps.com.Anda pun bisa memakai tools-tools AI untuk mencari research gap, seperti scispace.com, typeset.io, Vos Viewer, Publish or Perish, dan lain sebagainya.
7. Baca publikasi jurnal review (tinjauan sistematis)
Salah satu kiat mudah cara mencari research gap adalah membaca laporan metaanalisis atau jurnal review. Dengan cara ini, Anda hanya perlu membaca 2-3 artikel laporan jurnal review atau systematic literature review untuk mencari research gap.Laporan-laporan tinjauan sistematis mendalami literatur ilmiah dan mengidentifikasi tren atau pergeseran paradigma dalam bidang studi. Sering kali laporan tinjauan sistematis itu juga menunjukkan topik yang membutuhkan lebih banyak perhatian dari para peneliti.
8. Cari kata kunci yang tepat
Temukan kata kunci istilah yang terkait dengan topik yang penelitian. Selain mensintesis topik menjadi inti esensial, cara ini akan membantu Anda lebih mudah mencari literatur yang relevan, demikian mengutip dari laman Elsevier.Contoh Research Gap
Sebuah penelitian yang menganalisis kesulitan dan peluang pembelajaran online selama masa pandemi mengungkap temuanmenarik. Riset itu menemukan salah satu hambatan dalam pembelajaran online ialah sulitnya peserta didik memahami materi yang diajarkan.
Namun, fakta lain menunjukkan bahwa kesulitan memahami materi tidak hanya terjadi di pembelajaran online. Hal ini memunculkan kesenjangan antara hasil penelitian dengan kenyataan di lapangan.
Kesenjangan ini menjadi celah penelitian yang potensial untuk diteliti lebih lanjut. Peneliti berikutnya dapat fokus pada pertanyaan: apakah kesulitan memahami materi disebabkan oleh media pembelajaran online, atau ada faktor lain yang perlu diteliti?
Research gap tadi membuka peluang untuk penemuan jawaban yang lebih komprehensif terkait hambatan dalam belajar online. Dengan menjawab pertanyaan ini, peneliti dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran online.
Penulis: Ruhma Syifwatul Jinan
Editor: Addi M Idhom