Menuju konten utama

Tahapan Penelitian Berbasis Pemecahan Konflik

Tahapan penelitian berbasis pemecahan konflik dimulai dari identifikasi komponen konflik. Simak penjelasan lengkap tahp-tahapnya berikut ini.

Tahapan Penelitian Berbasis Pemecahan Konflik
Ilustrasi penelitian. FOTO/iStock Photo

tirto.id - Tahapan penelitian berbasis pemecahan konflik terdiri atas identifikasi komponen konflik, pengumpulan data, pemetaan dan analisis data, hingga rekomendasi penyelesaian konflik. Berbagai tahapan tersebut akan membantu menangani konflik sosial yang terjadi di masyarakat melalui solusi praktis maupun teoretis.

Penyelesaian masalah sosial memerlukan data atau informasi yang relevan guna menghasilkan sebuah solusi.

Untuk mendapatkan data atau informasi, perlu diterapkan sebuah metode yang mampu mengulik realitas konflik secara mendalam, mulai dari akar masalah konflik, dampak laten yang ditimbulkan, hingga pihak yang terprovokasi.

Salah satu metode pemecahan konflik yang dapat dipilih untuk melihat permasalahan secara mendalam adalah penelitian berbasis pemecahan konflik.

Tahap-tahap Penelitian Berbasis Pemecahan Konflik

Penelitian berbasis pemecahan konflik memiliki beberapa tahapan dalam pelaksanaanya. Berikut ini tahap-tahap penelitian berbasis pemecahan konflik:

1. Identifikasi Komponen Konflik

Penelitian berbasis pemecahan konflik diawali membaca literatur dan melakukan prasurvei lapangan. Tahap ini sedikit berbeda dengan penelitian pada umumnya, yang lebih dulu melakukan pemilihan topik dan merumuskan masalah.

Pada penelitian berbasis pemecahan konflik, topik dan tujuan masalah yang hendak diriset sudah jelas. Kendati demikian, tetap perlu membaca literatur dan melakukan prasurvei untuk mengidentifikasi komponen-komponen kasus konflik yang hendak diteliti.

Konflik sosial itu bagaikan gunung es, kemunculannya hanya memperlihatkan beberapa komponen. Sementara itu, banyak komponen yang tidak terlihat seperti akar masalah konflik, dampak laten, dan pihak yang terprovokasi. Dengan penelitian berbasis pemecahan konflik, peneliti akan mampu melihat komponen-komponen yang tidak terlihat di permukaan konflik.

Cara mengidentifikasi komponen konflik secara mendalam yakni dengan merefleksikan kembali apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana perseteruan terjadi.

Di sisi lain, literatur dalam penelitian berbasis pemecahan konflik akan menjadi bahan pertimbangan guna mengembangkan penyelidikan seperti urgensi, teori, metode, dan analisis penelitian yang relevan. Literatur dapat diperoleh dengan membaca kasus-kasus terkait dalam jurnal, buku, atau laporan penelitian.

2. Pengumpulan Data

Tahap setelah mengidentifikasi komponen-komponen konflik adalah pengumpulan data. Tujuannya adalah mengungkap realitas konflik yang tidak tampak seperti akar masalah konflik, dampak laten yang ditimbulkan, dan pihak yang terprovokasi. Tahap pengumpulan data sebaiknya didahului identifikasi sumber-sumber informasi yang perlu diakses, terutama berkaitan dengan informan kunci, lokasi konflik, dan laporan kejadian.

Penelitian berbasis pemecahan konflik lebih cocok diterapkan untuk jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk mengungkap informasi kronologis konflik sosial, perasaan, pandangan, dan data konflik secara mendalam. Dengan begitu, penelitian akan mendapatkan gambaran konflik secara utuh. Berikut ini beberapa teknik yang dapat digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian berbasis konflik:

A. Observasi

Peneliti datang ke lokasi konflik untuk mencatat kondisi dan hal yang berkaitan dengan penelitian. Saat observasi, peneliti juga harus memperhatikan keselamatan kerja di lapangan.

B. Wawancara

Peneliti mewawancarai informan yang berkaitan dengan konflik, mulai dari pelaku utama, korban, saksi, pihak berwenang, tokoh masyarakat, hingga pejabat. Sebelum melakukan wawancara, peneliti dapat menyiapkan butir pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan. Kendati demikian, proses wawancara akan lebih nyaman apabila berlangsung mengalir.

C. Diskusi kelompok terarah

Diskusi kelompok terarah (Focus Group Discussion/FGD) adalah wawancara berkelompok guna mengeksplorasi masalah yang spesifik. FGD dapat dihadiri 7-15 orang, yang masing-masing memiliki kesempatan berpendapat; dipandu moderator, notulensi, atau pemateri.

D. Dokumentasi

Dokumentasi adalah langkah yang dilakukan untuk mencari sumber sekunder berkaitan konflik seperti dokumen monografi desa. Selain itu, dokumentasi berfungsi sebagai catatan kegiatan selama pengumpulan data. Contoh alat yang dibutuhkan untuk dokumentasi yakni perekam suara, buku catatan, dan kamera.

3. Pemetaan dan Analisis Data

Setelah seluruh data seputar konflik terkumpul, langkah berikutnya yang dilakukan adalah pemetaan dan analisis data. Langkah ini bertujuan memahami kronologi peristiwa atau urutan terjadinya konflik dari awal hingga akhir. Analisis data konflik dapat dilakukan melalui beberapa komponen sebagai berikut:

  • Memahami konteks masalah
  • Menganalisis dinamika konflik yang terjadi
  • Memetakan pemangku kepentingan yang terlibat
  • Menganalisis faktor penyebab konflik
  • Menganalisis pendekatan perdamaian memungkinkan.
Untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis konflik, diperlukan metode atau alat bantu seperti peta konflik, pohon konflik, dan segitiga sikap, perilaku, dan kontradiksi (SPK). Berikut ini penjelasannya:

A. Pemetaan konflik (conflict mapping)

Pemetaan konflik adalah metode penyajian gambar visual yang menunjukkan hubungan antara pihak yang terlibat konflik. Selain itu, peta konflik dapat digunakan untuk mengidentifikasi sekutu dan lawan yang masih berkonflik.

B. Segitiga SPK

Segitiga SPK (sikap, perilaku, dan kontradiksi). Sesuai kepanjangannya, metode ini terdiri atas tiga komponen dasar konflik meliputi sikap (attitude) dan perilaku (behavior) pihak yang terlibat serta kontradiksi (contradiction) yang menyebabkan pertentangan.

C. Pohon konflik (tree of conflict)

Pohon konflik adalah metode penyajian gambar visual yang menyamakan konflik dengan pohon. Pohon konflik terdiri atas akar, batang, dan daun.

4. Rekomendasi Penyelesaian Konflik

Tahap terakhir dalam penelitian berbasis pemecahan konflik adalah rekomendasi penyelesaian masalah. Rekomendasi ini diperoleh dari pertimbangan hasil analisis konflik, penyebab, dan pihak-pihak yang terlibat.

Penyebab konflik memberikan pertimbangan kepada peneliti untuk mencari solusi penuntasan akar permasalahan.

Di sisi lain, pihak-pihak yang terlibat memberikan pertimbangan kepada peneliti untuk mencari cara mengurangi atau mendamaikan konflik yang terjadi antarkelompok. Sebagai contoh, peneliti dapat mencari pihak yang mampu melakukan mediasi terhadap pihak-pihak yang berkonflik.

Baca juga artikel terkait SOSIOLOGI atau tulisan lainnya dari Syamsul Dwi Maarif

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Syamsul Dwi Maarif
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Fadli Nasrudin