Menuju konten utama

Ratu Prabu Group Belum Siapkan Perusahaan Penggarap Proyek LRT

Proyek LRT usulan Ratu Prabu Group akan ditangani anak perusahaan tersendiri dan bukan PT Ratu Prabu Energi Tbk.

Ratu Prabu Group Belum Siapkan Perusahaan Penggarap Proyek LRT
Pekerja mengerjakan pembangunan proyek kereta ringan Light Rail Transit (LRT) di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Jumat (29/12/2017). ANTARA FOTO/Reno Esnir.

tirto.id - PT Ratu Prabu Energi Tbk telah membantah memiliki keterkaitan dengan usulan proyek kereta ringan (light rail transit/LRT) yang disampaikan Direktur Utama Ratu Prabu Group Burhanuddin Bur Maras.

Penjelasan atas pemberitaan di media massa yang bergulir sejak pekan lalu itu disampaikan melalui surat bernomor 001/RPE-Corsec/IDX/I/2018 kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Usulan mengenai proyek LRT di wilayah ibu kota dan sekitarnya itu sebelumnya disampaikan oleh petinggi Ratu Prabu Group kepada Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno.

Menurut Direktur PT Ratu Prabu Energi Tbk Gemilang Zaharin, perusahaan di bawah Ratu Prabu Group yang bakal bertanggungjawab terhadap proyek kereta ringan tersebut belum ditentukan.

“Kan kelihatannya ada respon dari pejabat. Jadi, jangan dulu fokus ke Tbk (Ratu Prabu Energi) ini. Bisa disebut Ratu Prabu (Group) saja, itu yang pas,” ucap Gemilang di kantornya yang berlokasi di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan pada Selasa (9/1/2018).

Berdasarkan kajian yang disampaikan Bechtel International, konsultan dari Amerika Serikat yang ditunjuk perusahaan, Ratu Prabu Group memang perlu membuat perusahaan yang khusus bergerak di sektor transportasi.

Sementara selama ini Ratu Prabu Group memiliki sejumlah anak perusahaan di sektor minyak dan gas (migas) serta properti. Salah satu yang cukup dikenal ialah PT Rabu Prabu Energi Tbk, yang telah mencatatkan sahamnya di BEI sejak 30 April 2003 lalu.

Dari laporan keuangan per kuartal III-2017, PT Ratu Prabu Energi Tbk tercatat mengantongi laba bersih sebesar Rp2,23 miliar. Adapun capaian tersebut mengalami kenaikan sebesar 44,05 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya (year-on-year), yakni Rp1,55 miliar.

Pendapatan perusahaan yang berkode emiten ARTI itu terbilang menurun secara year-on-year, dari yang tadinya Rp169,19 miliar di kuartal III-2016 menjadi Rp162,94 miliar di kuartal III-2017. Selain itu, beban pokok pendapatannya pun menurun dari Rp89,8 miliar menjadi Rp81,9 miliar (year-on-year).

Sementara itu, aset yang dimiliki ARTI per akhir September 2017 tercatat sebesar Rp2,5 triliun. Angka tersebut mengalami penurunan dari posisi aset di akhir 2016 yang senilai Rp2,61 triliun. Untuk total liabilitas ARTI per 30 September 2017 adalah Rp798,7 miliar.

Sedangkan pada 2018, Gemilang mengungkapkan bahwa PT Ratu Prabu Energi Tbk bakal berfokus pada sektor geothermal. Ia juga optimistis kondisi keuangan perseroan akan lebih stabil.

“Kita nggak merugi lagi, jauh lebih baik dari tahun kemarin. Kita juga mengembangkan divisi baru yaitu Lekom Maras Drilling Services yang khusus untuk drilling geothermal. Kita fokus ke sana,” jelas Gemilang.

Sementara di sektor properti, Burhanuddin Bur Maras mengklaim perusahaannya telah siap untuk membangun sejumlah gedung baru. Untuk Gedung Ratu Prabu 3, Bur Maras memproyeksikannya sebagai hotel dan apartemen, lalu Gedung Ratu Prabu 4 untuk perkantoran, Gedung Ratu Prabu 5 untuk apartemen, dan Gedung Ratu Prabu 6 diperuntukkan bagi perkantoran.

Saat disinggung mengenai pembangunan Gedung Ratu Prabu 3, yang sempat terhenti karena adanya proyek pembangunan Tol Depok-Antasari, Bur Maras memastikan proyek itu akan dilanjutkan setelah tol itu selesai dilakukan.

“Biar dia siap dulu, baru nanti kita bangun. Kerugian pasti ada, tapi kan kita harus menyesuaikan dengan program pemerintah,” ujar Bur Muras.

Baca juga artikel terkait PROYEK LRT atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom