Menuju konten utama

Proyek LRT Usulan Ratu Prabu Bakal Didanai Bank Cina

Bur Maras mengaku tawaran itu tidak hanya datang dari Cina, tetapi juga dari perbankan asal Jepang dan Korea Selatan.

Proyek LRT Usulan Ratu Prabu Bakal Didanai Bank Cina
Pekerja mengerjakan pembangunan proyek kereta ringan Light Rail Transit (LRT) di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Jumat (29/12/2017). ANTARA FOTO/Reno Esnir

tirto.id - Ratu Prabu Group mengklaim perusahaannya mampu membangun kereta ringan (light rail transit/LRT) sepanjang hampir 500 kilometer di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek).

Burhanuddin Bur Maras selaku Presiden Direktur Ratu Prabu Group mengatakan kesiapan usulan proyek kereta ringan itu telah dikaji oleh Bechtel International selaku konsultan yang ditunjuk dari Amerika Serikat. Selain itu, dana untuk pembangunan proyek rencananya bakal dikucurkan oleh bank asal Cina, Exim Bank.

“Katanya aset perusahaannya cuma Rp2,5 triliun, saya terima. Tapi kalau Anda punya bisnis yang bagus, maka bank akan menolong dan mau meminjamkan (uangnya),” kata Bur Maras saat ditemui di kantornya di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan pada Selasa (9/1/2018).

Kendati demikian, Bur Maras juga berencana mengajak bank-bank di Indonesia untuk kerja sama. “Itu pasti, karena (proyek dibangun) di Indonesia. Tentu perputaran uangnya melibatkan bank-bank Indonesia,” ucap Bur Maras.

Berdasarkan hitungan yang dilakukan Bur Maras, ada sekitar 5 juta orang yang setiap harinya bolak-balik di Jakarta. Setiap harinya mereka menggunakan kereta ringan dengan biaya Rp40.500 (pulang-pergi), maka keuntungan yang diperoleh perseroan bisa mencapai Rp67,5 miliar. Apabila dikalikan 365 hari (satu tahun), pendapatan yang diraup pun senilai Rp1,99 triliun.

Bur Maras menjabarkan indikator tingkat efisiensi (internal rate of return/IRR) dari proyek kereta ringan ini adalah sebesar 10,9 persen. Dengan angka tersebut, maka perseroan berpeluang mendapatkan pinjaman dengan suku bunga 6,7 persen.

Bahkan Bur Maras mengungkapkan pinjaman dari Cina itu bunganya bisa lebih rendah lagi, yakni 2 persen. “Sehingga jadi lebih besar lagi pendapatan kita. Itu sangat feasible [layak],” ungkap Bur Maras.

Baca: Dirut Ratu Prabu Optimistis dengan Proyek LRT Hasil Kajiannya

Dalam hal pendanaan, kata dia, tawaran tidak hanya datang dari Cina, tetapi juga dari perbankan asal Jepang dan Korea Selatan. Bank asal kedua negara itu bahkan sudah menghubunginya untuk berbicara mengenai proyek kereta ringan tersebut.

Apabila usulan proyek disetujui pemerintah, maka Bur Maras menargetkan waktu sekitar 1,5 tahun untuk mengurus administrasi dan perizinan pembangunan.

Setelah itu, pekerjaan fisik untuk pembangunan tahap pertama bakal memakan waktu selama 3 tahun. “Jadi paling lambat pada 2020 mesin-mesin sudah bekerja. Dari hari mesin-mesin itu bekerja, 3 tahun selesai semuanya untuk yang fase pertama,” ujar Bur Maras.

Saat disinggung mengenai adanya proyek kereta ringan yang dibangun Adhi Karya dan Jakpro, Bur Maras mengaku tidak menutup kemungkinan akan bersinergi. Bur Maras mengaku proyeknya bersifat fleksibel sehingga masyarakat bisa menikmati kereta ringan itu tanpa merasa ribet.

Sampai sejauh ini, Ratu Prabu Group belum menentukan anak perusahaan mana yang diberi tanggung jawab. Akan tetapi, Bur Maras memastikan akan ada perusahaan tersendiri di bawah Ratu Prabu Group yang bertanggungjawab terhadap proyek kereta ringan tersebut.

Baca juga artikel terkait PROYEK LRT atau tulisan lainnya dari Damianus Andreas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Damianus Andreas
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto