Menuju konten utama

Raja Singa Serang Jepang dan Australia, Dunia Patut Waspada

Jumlah penderita sifilis di Australia dan Jepang melonjak sejak awal 2017. Pemerintah kedua negara berusaha kuat untuk mempromosikan seks yang aman untuk meredam penyebaran penyakit. Pemerintah Jepang sampai meminta bantuan Sailor Moon.

Raja Singa Serang Jepang dan Australia, Dunia Patut Waspada
Suasana kawasan Shinjuku Tokyo, Jepang, pada malam hari. Saat penderita Sifilis di Jepang meningkat, daerah Shinjuku menjadi daerah yang angka penderita Sifilisnya terbanyak. Foto/iStock.

tirto.id - Akhir 2016, pemerintah Jepang disibukkan oleh maraknya wabah sifilis (raja singa) yang menyerang warganya. Fenomena penularan penyakit seksual menular (STDs) ini menyisakan dua hal: korban yang jumlahnya masih mengkhawatirkan dan misteri mengapa wabah tersebut mencuat ke permukaan.

Menurut National Institute of Infectius Diseases (NIID), badan pemerintah Jepang yang khusus untuk menangani penyakit menular, ada 4.077 orang yang terpapar sifilis per 27 November tahun lalu. Data dari Kementerian Kesehatan, Buruh, dan Kesejahteraan Jepang menunjukkan ada 2.697 penderita sifilis pada tahun 2015. Ini artinya, sepanjang 215-2016 terdapat kenaikan jumlah korban sebanyak 1.380 orang.

Jumlah penderita sifilis lima kali lebih besar ketimbang data korban pada tahun 2011 yakni hanya 827 orang. Menurut NIID, jumlah penderita sifilis telah berkembang secara stabil sejak tahun 2010. Media lokal memberi catatan bahwa hitungan korban pada tahun lalu serupa dengan jumlah penderita sifilis pada tahun 1974 yakni sebanyak 4.165 orang. Pada 1967 angkanya pernah mencapai 11.000. Kenaikan ini muncul terutama sejak usai Perang Dunia II.

Mengutip Japan Times, penyebaran sifilis di akhir tahun lalu dan awal tahun ini berpusat di distrik Sinjuku, pusat hiburan malam di ibukota Tokyo. Tingkat penyebaran sifilisnya mencapai 20 persen dari penyebaran di tingkat nasional.

Dibandingkan tahun lalu, tingkat penyebaran sifilis di tahun awal tahun ini untuk kaum hawa tercatat lebih masif ketimbang bagi kaum adam. Tahun lalu, dari 4.077 kasus, 2.848 di antaranya laki-laki dan 1.229 lainnya perempuan. Namun sejak awal tahun 2017 tingkat penyebaran sifilis pada perempuan 1,9 kali lebih tinggi, dibandingkan dengan tingkat penyebaran pada laki-laki yang hanya 1,7 kali. Resiko paling tinggi menghantui para perempuan Jepang di usia 20-an.

Sebagai respons, pemerintah Jepang meminta bantuan Sailor Moon, salah satu tokoh anime perempuan paling populer di sana. Sailor Moon adalah tokoh rekaan hasil karya seniman Naoko Takeuchi dan sangat populer di era 1990-an, termasuk di Indonesia. Pada konferensi pers bulan November tahun lalu, Kementerian Kesehatan, Buruh, dan Kesejahteraan Jepang berkata bahwa mereka telah bekerja sama dengan Takeuchi untuk meluncurkan kampanye pencegahan penularan STDs dan sifilis.

Salah satu bagian dari kampanye yakni membagikan kondom dan selebaran bergambar wajah Sailor Moon ke seluruh wilayah Jepang. Poster-poster sosialisasi juga dipasang di banyak tempat, berharap bisa mengedukasi orang-orang Jepang mau memeriksakan dirinya ke dokter.

Australia Darurat Seks Aman

Jepang tak sendirian. Wabah sifilis juga sedang membuat pemerintah Australia pusing. Jumlah pasien penyakit seksual menular, termasuk sifilis, meningkat drastis di bagian Australia Barat. Sebagaimana dilaporkan ABCpada 30 Desember 2016, lebih dari 3.000 orang didiagnosis gonorrhea antara bulan Oktober 2015 dan September 2016. Angka ini naik dari angka 2.170 di periode yang sama pada 2014 dan telah lebih dari tiga kali lipat dibanding lima tahun terakhir.

Penderita Sifilis juga sedang meningkat tajam dari angka 139 ke 308. Kepala Direktorat Departemen Kesahatan untuk Penyakit Menular, Dr Donna Mak berkata banyak warga Australia yang menyepelekan hubungan seks yang aman. Orang-orang, kata Dr Mak, yakin hal tersebut merupakan penyebab utama kenaikan jumlah penderita penyakit kelamin. Mereka juga meliputi laki-laki, perempuan, dan orang dengan orientasi seksual lain.

“Kami hanya ingin mereka mempertimbangkan seks dengan aman, syukur-syukur mempraktikkannya. Namun jika tak mampu melakukannya, pergi lah ke dokter dan tes kondisi kesehatanmu,” kata Mak.

Dalam perkembangan teraktual yang diunggah pada 28 Februari 2017, ABCmelaporkan bahwa di Australia bagian Utara jumlah penderita sifilis 16 kali lipat dari 14 kasus di tahun 2012 menjadi 229 kasus di tahun 2016.

Wabah sifilis juga menyapu wilayah bagian Queensland termsuk Central Australia, kata Profesor James Ward, kepala Program Penelitian Penyakit Menular untuk Kesehatan Aborigin di South Australian Health and Medical Research Institute. Ia mengatakan risiko penyebaran ada pada orang usia antara 15 hingga 29 tahun yang tinggal di wilayah terpencil dan ibu hamil.

"Ada peningkatan besar dalam jumlah laporan baru penularan sifilis di kalangan anak muda Aborigin dan Torres Strait Islander yang tinggal di daerah terpencil. Kami memastikan mereka yang didiagnosis dengan sifilis mendapatkan pengobatan tepat dan memastikan kami menangani sifilis pada wanita muda yang sedang hamil untuk memastikan agar tidak ditularkan kepada bayi mereka," sambungnya.

Sifilis Jepang dan Australia

Cegah Sebelum Menyesal

Apa yang terjadi di Jepang dan Australia juga bisa terjadi di negara lain, termasuk Indonesia. Ini karena penyebab dari sifilis, dan penyakit menular seksual lain, adalah hubungan badan yang tak aman. Tak aman disini berarti bersama orang yang belum pasti sehat dan tak menularkan penyakit, atau nekad berhubungan badan tanpa memakai pengaman seperti kondom. Orang-orang di berbagai belahan negara masih sering menyepelekan hal ini, dan akhirnya berbuntut pada penyesalan di masa depan.

Sifilis tak hanya terjadi pada alat kelamin, tapi bagian tubuh yang terpapar cairan kelamin termasuk mulut. Sebagaimana dikutip dari rilis Kementerian Kesehatan Australia, sifilis ditularkan oleh bakteri Treponema palidum.

Meski 50 persen penderita tak mengalami tanda-tanda awal, biasanya sifilis ditandai dengan gejala primer dan gejala sekunder. Gejala primer meliputi luka yang terbuka pada permukaan kulit, biasanya di bagian kelamin dan cangker, dan membesarnya kelenjar getah bening. Sedangkan gejala meliputi ruam, demam, malaise, sakit kepala dan lymphandenopathy.

Sifilis bisa menyebar melalui hubungan seksual dengan melibatkan vagina, anal, dan oral seks, demikian juga menggesek-gesekkan kulit. Profesor Christopher Fairley, direktur Melbourne Sexual Health Centre, berkata pada Huffington Post Australia bahwa jika satu orang tak terkena sifilis dan pasangannya tidak, penularan sifilis tetap bisa terjadi melalui masturbasi. Menurutnya kondom tak berpengaruh besar terhadap penularan sifilis pada pasangan sesama laki-laki karena “oral seks juga berperan penting sebagai cara penularan.”

Jika sudah terkena sifilis, penanganan yang tepat di rumah sakit adalah dengan diinjeksikan penisilin, dan perawatan lanjutan.

Baca juga artikel terkait SIFILIS atau tulisan lainnya dari Akhmad Muawal Hasan

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Akhmad Muawal Hasan
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan