tirto.id - Penyakit sifilis atau raja singa kini menjadi permasalahan serius di Jawa Barat. Sementara itu, Bandung diketahui menjadi kota dengan angka kasus sifilis tertinggi di provinsi tersebut.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Kesehatan, tercatat ada 3.186 kasus sifilis di Jawa Barat pada tahun 2022. Hal ini membuat Jawa Barat menduduki posisi kedua sebagai daerah dengan kasus sifilis tertinggi di Indonesia.
Posisi pertama dengan kasus sifilis terbanyak ditempati oleh Papua dengan 3.864 kasus, sedangkan DKI Jakarta ada di urutan ketiga dengan 1.897 kasus.
Menanggapi hal ini, Pemprov Jawa Barat pun mulai menggalakkan pencegahan penyebaran penyakit sifilis. Caranya dengan melakukan deteksi dini serta menghindari pola atau gaya hidup yang bisa meningkatkan risiko tertular sifilis.
Sifilis sendiri termasuk penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum yang berbentuk spiral. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka, lecet, ruam, atau lewat selaput lendir seperti pada jaringan mulut dan kelamin.
Dinas Kesehatan Jawa Barat mengungkapkan bahwa penularan sifilis yang paling sering terjadi adalah melalui hubungan seksual tidak aman. Penyakit ini juga dapat ditularkan melalui kontak fisik dengan luka si penderita serta dari ibu hamil ke janinnya.
Seseorang dapat tertular sifilis apabila memiliki faktor risiko berikut:
- Berhubungan seksual tanpa pengaman/kondom.
- Sering gonta-ganti pasangan atau berhubungan seksual dengan banyak orang.
- Hubungan seks sesama jenis (gay).
- Mengidap HIV penyebab AIDS.
6 Gejala Penyakit Sifilis pada Pria
Perkembangan penyakit sifilis dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap primer, sekunder, laten, dan tersier. Setiap tahapnya diketahui memiliki gejala yang berbeda-beda. Berikut beberapa gejala sifilis pada pria yang patut diwaspadai:
1. Pembengkakan kelenjar getah bening (tahap primer)
Laman Webmd menyebutkan bahwa salah satu tanda awal dari sifilis adalah pembengkakan kelenjar getah bening di area pangkal paha. Ini termasuk gejala di tahap primer yang biasanya muncul setelah 10 hari hingga 3 minggu setelah terinfeksi sifilis.
2. Luka kecil di tempat masuk bakteri (tahap primer)
Gejala awal yang juga muncul di tahap primer adalah adanya luka kecil yang juga disebut sebagai chancre. Menurut situs Mayo Clinic, luka ini muncul di tempat masuknya bakteri seperti di area penis atau anus.
Luka ini biasanya muncul 3 minggu setelah tertular atau terinfeksi sifilis. Namun, luka ini tidak menimbulkan rasa sakit sehingga jarang disadari oleh penderitanya, apalagi jika luka kecil tersebut tersembunyi di dalam anus atau rektum.
Luka ini dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 3-6 minggu. Meski demikian, hal ini bukan berarti sifilis menghilang, tapi justru berkembang ke tahap yang lebih parah apabila tidak segera diobati.
3. Ruam (tahap sekunder)
Pada tahap berikutnya, muncul ruam yang awalnya terlihat di bagian dada, perut, dan punggung. Ruam ini kemudian menyebar ke seluruh tubuh, termasuk di telapak tangan maupun kaki.
Ruam ini biasanya tidak terasa gatal. Dalam beberapa minggu, ruam ini umumnya akan sembuh sendiri dan menghilang, tapi bisa muncul kembali (gejala berulang).
4. Kutil (tahap sekunder)
Gejala ruam juga bisa disertai dengan munculnya kutil di area mulut, penis, atau di sekitar anus. Kutil ini biasanya berwarna putih atau abu-abu. Sama seperti ruam, kutil ini bisa hilang sendiri dan timbul lagi (berulang) selama setahunan.
5. Demam dan gejala mirip flu (tahap sekunder)
Masih di tahap sekunder, tanda-tanda lain yang menyertai ruam dan kutil adalah beberapa gejala yang mirip seperti flu. Misalnya tubuh menjadi demam, tenggorokan sakit, nyeri otot, pusing, sakit kepala, hingga merasa kelelahan.
Sifilis hanya dapat diobati apabila masih berada di tahap primer dan sekunder. Jika tidak segera ditangani, sifilis akan masuk ke tahap ketiga yaitu tahap laten.
Di tahap laten, sifilis justru tidak menunjukkan gejala apa-apa. Penyakit ini seperti 'tertidur' atau sedang bersembunyi di dalam tubuh penderitanya. Jadi, meskipun tidak ada gejala serius, sifilis tetap ada dan bisa ditularkan ke orang lain. Tahap laten bisa berlangsung selama bertahun-tahun dan bisa berkembang ke tahap tersier.
6. Komplikasi penyakit dan kerusakan organ (tahap tersier)
Tahap sifilis tersier adalah tahapan yang paling parah dan bisa menyebabkan kematian. Pada tahap ini, sifilis sudah merusak berbagai organ tubuh dan menimbulkan komplikasi penyakit.
Gejala pada tahap ini bergantung pada organ yang terkena dampak kerusakan, misalnya muncul gejala stroke, peradangan di area otak, gangguan penglihatan dan kebutaan, gangguan pendengaran, masalah jantung, hingga demensia.
Pencegahan Penyakit Sifilis
Mencegah penyakit sifilis berarti harus menghindari segala faktor risikonya, yaitu:
1. Tidak gonta-ganti pasangan seks
Cara paling aman agar tidak tertular sifilis adalah tidak berhubungan seksual dengan banyak orang atau berganti-ganti pasangan. Apabila sudah menikah, tetaplah setia pada pasangan agar tidak tertular sifilis maupun penyakit menular seksual lainnya.
2. Melakukan seks yang aman (memakai kondom)
Kondom merupakan jenis alat kontrasepsi yang bisa menurunkan risiko penularan sifilis. Namun, risiko tertular tetap ada karena kondom hanya menutupi penis saja, sementara luka akibat sifilis bisa terjadi di area lain dan dapat ditularkan jika terjadi kontak dengan luka tersebut.
3. Deteksi dini
Meski tidak merasa sakit, pencegahan dengan deteksi dini perlu dilakukan, terutama bagi mereka yang memiliki gaya hidup yang berisiko. Datangi dokter atau fasilitas kesehatan untuk melakukan tes penyakit menular seksual. Semakin cepat terdeteksi, maka sifilis bisa segera disembuhkan.
4. Terbuka dengan pasangan
Menjalin komunikasi dengan pasangan mengenai gaya hidup di masa lalu atau riwayat penyakit juga sangat penting dilakukan. Hal ini untuk mengetahui adanya risiko tertular sifilis atau tidak.
Jika ternyata ada dugaan terkena sifilis, maka kedua belah pihak (baik pria maupun wanita) dianjurkan menjalani tes untuk mendeteksi adanya penyakit menular seksual.
5. Hindari alkohol dan obat-obatan terlarang
Alkohol dan obat-obatan terlarang memang tidak bisa menyebabkan sifilis secara langsung.
Namun, mengonsumsi alkohol maupun obat terlarang bisa menghilangkan akal sehat dan menurunkan kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan tepat.
Akibatnya, ia akan melakukan hal-hal berisiko seperti berhubungan seksual dengan banyak orang hingga tidak memakai kondom saat melakukannya.
6. Hindari menggunakan jarum suntik bersama/bekas orang lain
Penularan sifilis juga bisa terjadi jika menggunakan jarum suntik bekas orang lain yang menderita sifilis. Hal ini bisa terjadi pada pengguna narkoba, saat membuat tato, tindik, bahkan transfusi darah.