Indeks Knil

Kekuatan KNIL di Tarakan sangat sedikit. Tak heran, balatentara Jepang mudah mendudukinya.

Pelanggan PSK tak kenal status sosial di era kolonial. Dari laki-laki terhormat hingga serdadu bawahan ada yang jadi hidung belang.

Giroth Wuntu sempat jadi tentara KNIL lalu bergabung ke kubu pro-Republik. Pasca-Revolusi, ia bergabung dengan PKI.

Pada zaman penjajahan Belanda, profesi tentara dianggap sekadar tukang gebuk pribumi. Berubah setelah zaman Jepang.

Istilah "jaga monyet" punya riwayat panjang. Kata "monyet" juga kerap dipakai sebagai panggilan akrab di dunia militer.

Herman Agerbeek pernah dinas di Aceh sebagai perwira KNIL. Ia kemudian menjadi perwira NEFIS di Jakarta pada masa Revolusi.

Dua Panglima KNIL tewas dalam kecelakaan pesawat. Kedua orang itu terhubung dengan satu nama: Hein ter Poorten.

Johan Engelbert van Bevervoorde, seorang penerbang militer Hindia Belanda tewas dalam kecelakaan pesawat tepat seratus tahun lalu.

KNILM hadir sebagai maskapai penerbangan sipil pertama di Hindia Belanda. Para pilot awal direkrut dari penerbang militer KNIL.

Ia kerap diingat sebagai perwira tentara Belanda atau "orang jahat" dalam film.

Sejak zaman Revolusi, perkubuan besar di tubuh TNI terbagi menjadi dua antara eks KNIL dan eks PETA.

Pengalaman menegangkan Aldi Adilang yang hanyut di Samudera Pasifik selama 49 hari, mengingatkan cerita terapung di lautan yang pernah ada, termasuk kisah Hendrik Pomantow.

Seorang nyai Jawa bernama Fien dikawin secara resmi oleh tuan Belanda-nya karena pernah menyelamatkan nyawa sang majikan.

Kisah sengsara para perempuan yang menjadi nyai atau gundik orang-orang Eropa di masa kolonial.

Akhir barisan.
Serdadu kerajaan
tanah jajahan.

Kata orang tua, Jepang bagus tapi suka main pukul kalau salah; Amerika dan Australia itu baik; dan Belanda jahat.

Hijau lumut nan
melegenda. Satuan
tanpa senjata.

Sebelum ditunjuk sebagai Komandan KNIL, Hubert de Stuers pernah menjadi Residen Padang dan menjalin perdamaian dengan Tuanku Imam Bonjol. Secara pribadi, ia mengagumi pemimpin Perang Padri itu.

Usai Perang Aceh, beberapa perwira Belanda menjadi target serangan individu yang dikenal "Atjeh Moorden".

75.000 orang Aceh terbunuh oleh serdadu-serdadu Belanda, terutama oleh Korps Marsose, selama Perang Aceh.