Menuju konten utama

PVMBG Dalami Keterkaitan Letusan Gunung Anak Krakatau dan Tsunami

PVMBG masih mendalami keterkaitan antara letusan Gunung Anak Krakatau dan tsunami yang terjadi di Selat Sunda.

PVMBG Dalami Keterkaitan Letusan Gunung Anak Krakatau dan Tsunami
Gunung Anak Krakatau mengeluarkan material vulkanik terlihat dari kawasan Kalianda, Lampung Selatan, Selasa (4/9/2018). ANTARA FOTO/Atet Dwi Pramadia

tirto.id - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih mendalami keterkaitan antara letusan Gunung Anak Krakatau pada Sabtu (22/12/2018) dengan tsunami yang terjadi di beberapa pantai di Selat Sunda.

Secara visual, letusan Anak Krakatau pada Sabtu teramati dengan tinggi asap berkisar 300-1.500 meter di atas puncak kawah. Secara kegempaan, terekam gempa tremor menerus dengan amplitudo overscale (58 mm).

Pada pukul 21.03 WIB terjadi letusan, selang beberapa lama terjadi tsunami. Keterkaitan antara letusan dan tsunami ini masih didalami, sebab ada beberapa alasan untuk bisa menimbulkan tsunami:

1. Saat rekaman getaran tremor tertinggi yang selama ini terjadi sejak bulan Juni 2018 tidak menimbulkan gelombang terhadap air laut bahkan hingga tsunami.

2. Material lontaran saat letusan yang jatuh di sekitar tubuh gunung api masih bersifat lepas dan sudah turun saat letusan ketika itu.

3. Untuk menimbulkan tsunami sebesar itu perlu ada runtuhan yg cukup masive (besar) yg masuk ke dalam kolom air laut.

4. Untuk merontokan bagian tubuh yg longsor ke bagian laut diperlukan energi yg cukup besar, ini tidak terdeksi oleh seismograph di pos pengamatan gunung api.

5. Masih perlu data-data untuk dikorelasikan antara letusan gunung api dengan tsunami.

Potensi Bencana Erupsi Gunung Krakatau, Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir seluruh tubuh Anak Krakatau yang berdiameter ± 2 kilometer merupakan kawasan rawan bencana.

Berdasarkan data-data visual dan instrumental potensi bahaya dari aktivitas Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material pijar dalam radius 2 km dari pusat erupsi, sedangkan sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 23 Desember 2018, tingkat aktivitas Anak Krakatau masih tetap Level II (Waspada). Sehubungan dengan status tersebut, direkomendasikan kepada masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Krakatau dalam radius 2 km dari kawah.

"Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan jangan mempercayai isu-isu tentang erupsi Gunung Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami, serta dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan BPBD setempat," tulis PVMBG dalam keterangan yang diterima Tirto, Minggu (23/12/2018).

Baca juga artikel terkait STATUS GUNUNG ANAK KRAKATAU atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Dipna Videlia Putsanra