Menuju konten utama

Tsunami Pandeglang: Polda Banten Kerahkan Alat Berat untuk Evakuasi

Polisi mengerahkan alat berat dan personel untuk mengevakuasi korban tsunami dan menyisir jalan penghubung yang putus.

Tsunami Pandeglang: Polda Banten Kerahkan Alat Berat untuk Evakuasi
Korban bencana tsunami yang mengalami luka diperiksa aparat Bintara Pembina Desa (Babinsa) untuk diobati di Kampung Cikadu, Kecamatan Tanjung Lesung, Pandeglang, Banten, Minggu (23/12/2018). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

tirto.id - Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menyatakan Polda Banten telah melakukanupaya penanganan tsunami di Banten. Menurut Dedi, aparat mengerahkan lima ekskavator dan lima loader di lokasi terdekat dengan lokasi musibah.

Satu kompi Brimob serta satu kompi Sabhara juga dikerahkan. Tim akan melakukan evakuasi korban dan menyisir jalan raya penghubung Serang-Pandeglang yang putus.

“Pagi ini alat berat dan anggota kami mulai menyisir jalan yang putus untuk pembersihan dan menolong korban luka. Sambil terus memantau informasi dari BMKG. Perkembangan akan terus kami berikan,” ujar Dedi, Minggu (23/12/2018).

Selain itu, data korban sementara berdasarkan wilayah hukum Polres Pandeglang sebagai berikut:

  1. Kecamatan Carita: 6 orang meninggal dunia, 50 orang luka-luka, 15 rumah rusak berat, 8 hotel rusak berat, 5 unit mobil dan 15 unit motor rusak.
  2. Kecamatan Panimbang: 4 orang meninggal dunia, 40 orang luka-luka, 15 rumah rusak berat, 1 hotel rusak berat, 2 unit mobil dan 8 unit motor rusak.
  3. Kecamatan Sumur: 4 orang meninggal dunia, 60 orang luka-luka, 13 rumah rusak berat, 3 unit mobil dan 15 unit motor rusak.
BMKG menyatakan tsunami yang terjadi di beberapa pantai di Selat Sunda, di antaranya di Kabupaten Pandeglang, Anyer, Serang, dan Lampung Selatan tidak dipicu gempa bumi tektonik.

"Berdasarkan rekaman seismik dan laporan masyarakat, peristiwa ini tidak disebabkan aktivitas gempa bumi tektonik, tapi sensor Cigeulis (CGJI) mencatat adanya aktivitas seismik dengan durasi ± 24 detik dengan frekuensi 8-16 Hz pada pukul 21.03 WIB," menurut keterangan tertulis BMKG yang diterima Tirto, Minggu (23/12/2018).

BMKG menyebut tsunami terjadi pada Sabtu (22/12) sekitar pukul 21.27 WIB. Kemungkinan tsunami terjadi akibat longsor bawah laut karena pengaruh erupsi Gunung Anak Krakatau.

Pada saat bersamaan terjadi gelombang pasang akibat pengaruh bulan purnama, sehingga ada kombinasi antara fenomena alam yaitu tsunami dan gelombang pasang.

Baca juga artikel terkait TSUNAMI BANTEN atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Dipna Videlia Putsanra