Menuju konten utama

Puskesmas di Kota Yogyakarta Diminta Waspadai Antraks

Pusat kesehatan masyarakat yang ada di wilayah Kota Yogyakarta harus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penularan penyakit antraks ke manusia meskipun kasus tersebut jarang terjadi.

Puskesmas di Kota Yogyakarta Diminta Waspadai Antraks
Sejumlah pedagang daging sapi di pasar memilih untuk tutup dan tidak berjualan karena sepi pembeli pascakematian sapi yang terkena bakteri antraks. Antara Foto/Adiwinata Solihin.

tirto.id - Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) yang ada di wilayah Kota Yogyakarta harus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi penularan penyakit antraks ke manusia meskipun kasus tersebut jarang terjadi.

Intruksi tersebut ditekankan kepada setiap petugas di tiap Puskesmas agar mewaspadai pasien yang alami sejumlah gejala seperti demam, peradangan, mual hingga muntah, khususnya terhadap pasien yang diketahui memiliki riwayat melakukan kontak langsung dengan hewan ternak atau produk dagingnya.

"Kasus penularan ke manusia sangat jarang terjadi. Namun, kami tetap meminta puskesmas untuk meningkatkan kewaspadaan setelah muncul kasus di Kabupaten Kulon Progo," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Fita Yulia Kisworini di Yogyakarta, Jumat, (20/1/2017) seperti dikutip dari Antara.

Fita menyebut, penyakit antraks yang disebabkan bakteri Bacillus Anthracis tersebut bisa menyerang sejumlah bagian tubuh seperti kulit hingga selaput otak.

"Gejala yang dialami tentu berbeda antara antraks yang menyerang kulit dengan yang menyerang selaput otak. Semuanya perlu diwaspadai," katanya.

Sementara itu, Pelaksana Tugas Dinas Pertanian Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto mengatakan, tetap melakukan koordinasi dengan Pemerintah DIY terkait kewaspadaan penularan antraks.

"Kasus di Kulon Progo menjadi kewaspadaan bersama, tetapi juga harus dipastikan apakah kasus tersebut benar disebabkan oleh antraks," katanya.

Gejala penyakit antraks pada hewan biasanya diawali dengan suhu tubuh tinggi, hewan kehilangan nafsu makan, pembengkakan di sekitar leher dan hidung. Khusus untuk sapi perah dapat mengarah pada terhentinya produksi susu.

Sementara itu, Dokter Spesialis Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM R. Ludhang Pradipta Rizki mengatakan penegakan diagnosis secara dini sangat penting untuk penanganan penyakit tersebut.

"Pasien sudah seharusnya dibawa ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan sejak awal dan jika diperlukan, ditempatkan di ruang isolasi guna mencegah penyebaran infeksi," katanya.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan antraks kepada manusia di antaranya dengan menghindari kontak langsung dengan bahan atau makanan yang berasal dari hewan yang dicurigai terkena antraks, menjaga kebersihan lingkungan, segera mengobati luka yang terbuka dan memusnahkan bangkai hewan yang mati karena antraks.

Baca juga artikel terkait PENYEBARAN ANTRAKS atau tulisan lainnya dari Mutaya Saroh

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mutaya Saroh
Penulis: Mutaya Saroh
Editor: Mutaya Saroh