tirto.id - Virgil Abloh, desainer fashion kondang asal Amerika Serikat, meninggal pada Minggu (28/11) akibat sarkoma jantung. Abloh pergi di usia 41 tahun dengan segudang pencapaian, salah satunya masuk dalam 100 orang paling berpengaruh di dunia versi majalah Times.
Abloh lahir pada 30 September 1980 di Rockford, Illionis, dari pasangan Nee dan Eunice, imigran asal Ghana. CEO Off-White itu mengenyam pendidikan di jurusan teknik sipil Universitas Wisconsin-Madison, lalu menuntaskan gelar master arsitektur di Institut Teknologi Illionis pada 2006.
Selepas lulus tahun 2009, Abloh mengawali karier di dunia fashion dengan magang di Fendi, perusahaan mode mewah yang berbasis di Italia. Di sana, ia tergabung dalam satu kelas yang sama dengan Kanye West, musisi rap.
Dua tahun berselang, Abloh dan West berkolaborasi. Abloh jadi direktur artistik dan menggarap sampul album milik West. Di antara karyanya yang paling terkenal adalah sampul album "My Beautiful Dark Twisted Fantasy", "Yeezus" dan "Watch the Throne".
"Saya seperti Tesla. Seperti Nikola Tesla, bukan mobil. Saya memikirkan semua ide ini, dan Virgil [Abloh] mampu mengambil semua ide itu dan kemudian merancangnya, karena dia adalah seorang arsitek," ungkap West via The New Yorker.
Membuat Perusahaan Pertama
Pada 2012, Abloh membikin perusahaan perdana, Pyrex Vision. Ia punya misi mewakili pentingnya kultur anak muda, dengan memusatkan desain pada kelas gym. Namun demikian, Pyrex Vision hanya berumur setahun, dengan alasan Abloh tak ingin menjadikannya sebagai perusahaan komersil, melainkan untuk eksperimen artistik semata.
Setelahnya, Abloh membesut rumah mode Off-White pada 2013. Berstatus sebagai CEO, ia menuangkan ide fashion yang terkenal menjembatani dunia streetwear dengan mode mewah.
Off-White membawa Abloh ke puncak karier. Rumah mode rintisannya dapat ranking pertama sebagai label terpanas di dunia pada 2018, mengalahkan Gucci, berdasar indeks penjualan dan sentimen konsumen.
Torehan itu, membuat Louis Vuitton, perusahaan mode mewah asal Perancis, melirik Abloh dan mengangkatnya jadi direktur artistik. Penunjukkan Abloh di Louis Vuitton ramai diperbincangkan, karena ia merupakan orang Afro-Amerika pertama yang menduduki posisi bergengsi tersebut.
Pada 2018 pula, majalah Times menulis Abloh sebagai 100 orang paling berpengaruh di dunia. Selain dikenal sebagai desainer fashion, Abloh juga kondang sebagai DJ dan desainer furnitur.
Terlepas dari pencapaian itu, Eunice, ibu Abloh, yang dulunya bekerja sebagai penjahit, telah mengajarkannya menjahit sejak kecil. Abloh juga telah merancang kaos sejak remaja.
"Orang-orang berpikir saya tidak punya bakat seni, tetapi ketika masih kecil saya suka membuat pesawat kertas dan pesawat kayu balsa. Saya memiliki tangan yang sangat stabil. Dan kemudian, grafiti, jelas," ungkap Abloh dalam suatu wawacara bersama The New Yorker.
Selama hidup, Abloh menetap di antara Chicago dan Paris. Ia menikahi Shannon Abloh yang telah dikenal semenjak duduk di sekolah menengah. Kepergian Abloh meninggalkan 2 anak, Lowe dan Grey, beserta istri, orang tua dan saudara perempuannya.
Penulis: Rofi Ali Majid
Editor: Alexander Haryanto