tirto.id - Kecelakaan Kereta Api (KA) Turangga dengan KA Lokal Bandung Raya terjadi pada Jumat (5/1/2024) sekitar pukul 06.00 WIB. Insiden ini terjadi di petak Haurpugur-Cicalengka dan menyebabkan 4 orang meninggal dunia serta 37 orang mengalami luka-luka.
Sebanyak 4 korban meninggal dunia merupakan empat petugas KA. Keempat korban tersebut terdiri dari Masinis, Asisten Masinis, Pramugara, dan Security. Sementara korban luka-luka menjalani perawatan di rumah sakit terdekat, salah satunya Ruma Sakit Umum Daerah (RSUD) Cicalengka.
Penyebab kecelakaan KA Turangga dan KA Lokal Bandung Raya diduga karena miskomunikasi. Sony Sulaksono Wibowo, ahli transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB), menyebut miskomunikasi itu kemungkinan terjadi antara pihak Stasiun Cicalengka dan KA Commuterline Bandung Raya.
"Iya, ada kemungkinan seperti itu [ada miskomunikasi]. Artinya KA lokalnya kan harusnya enggak boleh jalan dulu sebelum KA Turangga lewat, tapi kenapa [KA lokal] diizinkan jalan, apakah karena memang KA Turangganya telat, atau KA lokalnya kecepetan," kata Sony, via sambungan telepon, Jumat (5/1/2023).
Profil Kereta Api Turangga & Rute-Jurusan
Sebagai layanan kereta di bawah PT Kereta Api Indonesia (KAI), KA Turangga sudah beroperasi sejak 1 September 1995. Nama Turangga memiliki asal-usul tersendiri. Dikutip dari laman RRI, Turangga adalah nama kuda yang ditunggangi bangsawan Jawa.
Kuda Turangga dianggap sebagai simbol dari kendaraan cepat dan tahan dalam situasi apapun. Hal itu dimaksudkan sebagai harapan agar KA Turangga mampu menyediakan pelayanan terbaik dan memuaskan untuk para penumpangnya.
Layanan yang diberikan KA Turangga adalah layanan Kelas Eksekutif. Layanan KA Turangga tersebut berlaku untuk relasi Bandung-Surabaya Gubeng di lintas selatan pulau Jawa dengan jarak 696 km. KA Turangga menempuhnya dalam waktu 10 jam 14 menit.
Beberapa stasiun menjadi lokasi pemberhentian KA Turangga. Stasiun tersebut meliputi Stasiun Hall Bandung, Stasiun Cipeundeuy, Stasiun Tasikmalaya, Stasiun Banjar, Stasiun Kroya, Stasiun Kutoarjo, dan Stasiun Yogyakarta.
Kemudian, terdapat pula Stasiun Solo Balapan, Stasiun Madiun, Stasiun Nganjuk, Stasiun Kertosono, Stasiun Jombang, Stasiun Mojokerto, dan terakhir Stasiun Surabaya Gubeng. KA Turangga melalui jalur-jalur tersebut dengan lokomotif penarik bermodel CC206.
Sejarah Operasional Kereta Api Turangga
Sebelum khusus melayani Kelas Eksekutif, KA Turangga semula membuka layanan untuk Kelas Bisnis Plus. Kedua layanan tersebut diberikan KA Turangga sejak mulai beroperasi pada 1 September 1995 silam.
Perubahan layanan KA Turangga terjadi pada 11 Oktober 1999. Setelah turut menyediakan layanan Kelas Bisnis Plus selama 4 tahun, KA Turangga kemudian hanya melayani kelas eksekutif. Rangkaian kelas bisnis KA Turangga dimutasi ke Malang.
Rangkaian Kelas Bisnis Turangga digunakan untuk Kereta Api Gajayana. Sementara itu, KA Turangga kemudian memakai rangkaian kereta baru yang dikeluarkan oleh PT Industri Kereta Api (INKA).
Pergantian rangkaian kereta kembali dilakukan KA Turangga pada 19 Januari 2009. Rangkaian kereta hasil penyehatan buatan tahun 1960 dipakai oleh KA Turangga untuk operasional. Ciri rangkaian itu ditandai dengan dominasi warna hijau.
Rangkaian kereta hasil penyehatan buatan tahun 1960 digunakan selama 9 tahun. Pasalnya, pada 2018, pergantian rangkaian kembali terjadi. Kali ini, KA Turangga menggunakan rangkaian kereta berbahan nirkarat buatan PT INKA.
Rute KA Turangga sempat diperpanjang hingga Stasiun Gambir pada 1 Desember 2019. Namun, pandemi COVID-19 menyebabkan tingkat keterisian di rute Bandung-Jakarta menurun. Alhasil, rute KA Turangga dikembalikan seperti semula per 1 September 2020.
Tepat di ulang tahun PT KAI ke-77 pada 28 September 2022, tingkat kecepatan KA Turangga ditambah. Dari sebelumnya hanya bisa menempuh 105km/jam, sejak saat itu kecepatan KA Turangga menjadi 120 km/jam.
Kecelakaan KA Turangga pada awal 2024 menambah insiden yang pernah dialami kereta api tersebut. Pada 30 Maret 2023 lalu, KA Turangga juga mengalami kecelakaan. Insiden itu terjadi di perlintasan nomor 76 antara Stasiun Jombang-Stasiun Sembung di Jatipelem, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Kala itu, KA Turangga menabrak truk pakan ternak yang sedang mogok saat tengah melalui perlintasan. Akibatnya, lokomotif CC 206 13 99 mengalami kerusakan. Tak ada korban jiwa dalam kecelekaan tersebut.
Insiden kecelakaan KA Turangga dan KA Commuterline Bandung Raya pada Januari 2024 menambah daftar kecelakaan kereta api di Indonesia. Berdasarkan data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), sebanyak 103 kecelakaan kereta api telah terjadi di Indonesia kurun 2007-2023.
Penulis: Ahmad Yasin
Editor: Iswara N Raditya