tirto.id - Mantan presiden Peru Alberto Fujimori, meninggal dunia di usia 86 tahun, di Lima, Peru, pada Rabu (11/9/2024). Kabar duka ini sudah dikonfirmasi oleh putri kandung Fujimori, yaitu Keiko Fujimori melalui X.
Melalui unggahan terkini, Keiko mengabarkan penyebab meninggalnya eks Presiden Peru karena sakit kanker. Fujimori memang beberapa tahun terakhir menjalani perawatan karena penyakitnya itu.
"Setelah perjuangan panjang melawan kanker, ayah kami, Alberto Fujimori, baru saja berangkat menemui Tuhan," tulis Keiko melalui X @Keikofujimori, Rabu (11/9/2024) waktu Peru atau Kamis (12/9/2024) WIB.
Melalui unggahan yang lain, Keiko mengumumkan jadwal pemakaman sang ayah. Ia mengatakan Fujimori akan disemayamkan di Museum Nasional, selama tiga hari hingga Sabtu (14/9/2024), waktu setempat.
Selanjutnya, jenazah Fujimori akan dimakamkan di pemakaman Campo Fe di Huachipa. Lebih lanjut, Keiko mempersilahkan masyarakat yang ingin mengucapkan selamat tinggal kepada sang ayah.
"Kami menunggu semua orang yang ingin mengucapkan selamat tinggal padanya secara pribadi. Kami menghargai dukungan Anda dan solidaritas Anda di saat-saat yang menyakitkan ini," tulis Keiko.
Alberto Fujimori merupakan satu-satunya presiden Peru yang keturunan Jepang. Ia berjasa dalam memperbaiki ekonomi Peru dan mengalahkan pemberontakan brutal di negara tersebut.
Sayangnya, di akhir pemerintahannya Fujimori dikecam karena bertindak otoriter. Ia juga dihadapkan dengan tuduhan korupsi sehingga harus kabur ke Jepang.
Profil Alberto Fujimori Eks Presiden Peru
Alberto Kenya Fujimori Inomoto adalah eks Presiden Peru yang lahir di Lima, Peru, pada 26 Juli 1938. Sesuai namanya, Fujimori merupakan pria keturunan Jepang yang lahir dari keluarga imigran.
Melansir Britannica, Fujimori menempuh pendidikan agronomi di Universitas Agraria Nasional Lima (UNALM) dan lulus pada 1961. Setelah itu, ia melanjutkan studi ke luar negeri, yaitu Universitas Wisconsin dan Universitas Strasbourg, Prancis.
Setelah lulus, Fujimori kembali ke Peru untuk bekerja sebagai pengajar di UNALM. Pada tahun 1984, ia ditunjuk menjadi rektor universitas tersebut.
Fujimori dikenal sebagai sosok akademisi yang kritis dan vokal terhadap isu-isu agraria. Di akhir masa jabatannya menjadi rektor, ia menjadi pemandu acara televisi bertajuk Concertando (Berkumpul).
Acara televisi itu tayang selama satu tahun mulai dari 1988 - 1989 yang membahas isu-isu lingkungan dan agraria. Sejak saat itulah, sosok Fujimori semakin dikenal publik.
Memasuki tahun 1989, Peru dihadapkan dengan permasalahan terorisme dan hiperinflasi. Saat itulah, Fujimori mendirikan sebuah partai politik bernama Cambio 90 (Perubahan 90) dan mencalonkan diri menjadi presiden.
Tanpa diduga, Fujimori yang termasuk figur baru di dunia politik Peru meraih suara tertinggi. Ia resmi dilantik menjadi Presiden Peru ke-54 pada 1990.
Setelah menjabat, Fujimori segera menetapkan beberapa kebijakan, termasuk reformasi ekonomi neoliberal. Kebijakan pemerintahannya mampu membebaskan Peru dari hiperinflasi.
Prestasi ini mendapatkan banyak dukungan dari lembaga keuangan internasional, militer, hingga para elite di Peru. Dukungan ini membuat jalan Fujimori melanjutkan masa pemerintahannya berjalan mulus.
Fujimori kembali terpilih dalam pemilu 1992. Sayangnya, di periode keduanya menjabat, Fujimori melakukan beberapa hal kontroversial.
Baru dua minggu menjabat, Fujimori mengesahkan aturan penghematan dengan menaikan harga bahan bakar mencapai 3.000 persen. Kebijakan ini memicu peristiwa "Fujishock", yaitu inflasi yang disebabkan oleh kebijakan Fujimori.
Fujishock menyebabkan Peru dihadapkan dengan kondisi inflasi besar-besaran, PHK massal, dan peningkatan angka kemiskinan. Tak sampai di sana, Fujimori melakukan kudeta mandiri dengan membubarkan badan legislatif.
Kondisi ini Fujimori memiliki kekuasaan yang sangat besar dan meraih mayoritas suara di kongres. Terlebih Fujimori mendapatkan banyak dukungan dari militer.
Fujimori juga melakukan kampanye antipemberontakan dengan dalih mengatasi kriminalitas di Peru. Ia mempersenjatai warga sipil dan melakukan pengadilan militer rahasia terhadap tersangka teroris.
Kebijakan Fujimori yang kontroversial nyatanya memicu kecaman dari banyak pihak. Kecaman tak hanya datang dari oposisi, tetapi juga keluarganya sendiri.
Mantan istri Fujimori, Susana Higuchi, sempat mencela dirinya secara terbuka atas tindakan yang korup dan tidak demokratis. Ia juga melawan sang suami di pemilihan umum (pemilu) 1995.
Upaya Higuchi dijegal oleh suaminya sendiri. Fujimori mengesahkan undang-undang yang melarang kerabat dekat presiden untuk mencalonkan diri dalam pilpres.
Memasuki tahun 2000, Fujimori dihadapkan dengan tuduhan korupsi. Tuduhan ini meluas menjadi aksi pelanggaran hak asasi manusia yang membuat masyarakat mendesak Fujimori untuk diperiksa.
Sebelum menjalani pemeriksaan, Fujimori kabur ke Jepang selama lima tahun. Pada 2005, ia berhasil ditangkap di Chili dan menjalani ekstradisi ke Peru.
Fujimori diadili oleh pengadilan Peru dan dijatuhi hukuman 25 tahun penjara. Sebelum menyelesaikan masa hukumannya, Fujimori dibebaskan pada Desember 2023.
Satu tahun setelah bebas, Fujimori mengalami penurunan kondisi kesehatan karena kanker. Ia meninggal dunia pada 11 September 2024.
Silsilah Keluarga Alberto Fujimori
Alberto Fujimori merupakan anak dari pasangan imigran Jepang yang pindah ke Peru, yaitu Kintaro dan Hagi Fujimori. Ia juga menikah dengan keturunan imigran Jepang Susana Higuchi dan bercerai pada pertengahan 1990-an.
Pernikahannya dikaruniai empat anak, salah satunya politisi Keiko Fujimori. Saat perseteruan ayah dan ibunya pada 1994, Keiko ditunjuk sang ayah menjadi ibu negara. Keiko menjadi ibu negara termuda dalam sejarah Amerika.
Berikut ini silsilah keluarga Alberto Fujimori:
1. Ayah: Kintaro Fujimori
2. Ibu: Hagi Fujimori
3. Mantan istri: Susana Higuchi
4. Anak:
- Keiko Fujimori
- Hiro Fujimori
- Sachie Fujimori
- Kenji Fujimori
Editor: Iswara N Raditya