Menuju konten utama
Berita Internasional Terkini

Presiden Turki Telepon Putin soal Perang Rusia-Ukraina: Apa isinya?

Berikut adalah berita terkini soal perang Rusia dan Ukraina, mungkinkah Putin mengakhiri invasi?

Presiden Turki Telepon Putin soal Perang Rusia-Ukraina: Apa isinya?
Presiden Rusia Vladimir Putin, kanan, berjabat tangan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di sela-sela konferensi tentang Libya di Kanselir di Berlin, Jerman, Minggu, 19 Januari 2020. Layanan Pers Kepresidenan Turki melalui AP, Pool

tirto.id - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia siap berdialog untuk mengakhiri pertempuran. Menurut Kremlin, hal itu Putin sampaikan ketika berbicara via telepon dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan.

Namun, menurut Kremlin, penangguhan yang Rusia sebut sebagai operasi khusus itu "hanya mungkin terjadi jika Kyiv menghentikan operasi militer dan melaksanakan tuntutan Rusia."

Seperti dilaporkan Reuters, melalui juru bicaranya, Presiden Turki Erdogan telah memberitahu Putin agar menghentikan invasi ke Ukraina.

Turki dan Rusia memiliki hubungan baik karena mereka berbagi perbatasan laut. Tetapi Turki tidak dapat menerima sikap Rusia yang menginvasi Ukraina sehingga turut menyerukan gencatan senjata dan menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah dalam pembicaraan damai.

Juru bicara kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin mengatakan kalau Erdogan akan mengulangi tawaran itu dalam penggilan telepon.

Dia akan meminta Putin untuk "memberi kesempatan" untuk gencatan senjata, menghentikan serangannya, dan membantu menyiapkan koridor yang diperlukan untuk evakuasi warga sipil dan pengiriman bantuan.

"Kami fokus pada langkah-langkah apa yang dapat kami ambil di sini untuk membawa kedua pihak ke meja perundingan dan untuk meyakinkan pihak Rusia (untuk berhenti)," kata Kalin.

"Jaringan kepercayaan ini (dengan Rusia) harus benar-benar tetap terbuka untuk pembicaraan ini, diplomasi untuk berhasil," katanya. "Jika tidak, tidak mungkin seluruh wilayah, termasuk Rusia dan Ukraina, lolos dari kehancuran ini."

Tentara Pro Rusia

Pasukan tentara pro-Rusia dalam seragam tanpa lencana terlihat di atas sebuah tank dengan huruf 'Z' ditulis di samping tank di pemukiman yang dikontrol separatis, Buhas (Bugas), saat invasi Rusia ke Ukraina terus berlanjut, di Donetsk, Ukraina, Selasa (1/3/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Alexander Ermochenko/WSJ/cfo

Situasi Terkini Perang Rusia di Ukraina

Masih menurut Reuters, serangan Rusia telah menghentikan sekitar 200 ribu orang untuk dievakuasi dari kota Mariupol di Ukraina. Mereka terkepung selama dua hari berturut-turut.

Putin pun mengatakan akan terus melanjutkan invasi kecuali kalau Ukraina menyerah. Kebanyakan orang yang terperangkap di kota pelabuhan itu tidur di bawah tanah untuk melarikan diri dari penembakan dengan mengepung pasukan Rusia yang telah memutus pasokan makanan, air, listrik dan pemanas, demikian menurut pihak berwenang Ukraina.

NPR melaporkan, setidaknya ada 364 warga Ukraina yang tewas sejak Rusia menginvasi negara itu. Selain itu, kata PBB, sedikitnya ada sekitar 759 orang mengalami luka-luka. Kendati demikian, jumlah korbannya diyakini jauh lebih besar lagi.

Di sisi lain, sekitar 2.000 warga sipil telah dievakuasi dari kota Irpin, Ukraina, demikian menurut polisi setempat, tetapi tidak menjelaskan secara rinci mengenai periode waktu evakuasinya.

Meskipun kedua belah pihak sudah bernegosiasi, upaya gencatan senjata tetap gagal dan sia-sia. Bahkan, pasukan Rusia melanggar gencatan senjata untuk hari kedua berturut-turut dengan melepaskan tembakan ke Mariupol sehingga menghentikan evakuasi warga sipil di kota pelabuhan.

Menurut Moskow, dalam invasi itu, mereka hanya menargetkan infrastruktur militer dan bersikeras mengatakan kalau tujuan mereka melakukan itu untuk membela komunitas berbahasa Rusia melalui "demiliterisasi" sehingga bekas negara Soviet tidak lagi mengancam Rusia.

Di sisi lain, Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan kalau negaranya tidak akan pernah memaafkan sikap Rusia, terlebih atas semua korban dan penderitaan akibat perang. Ia bahkan menuduh Rusia menargetkan warga sipil.

Baca juga artikel terkait PERANG RUSIA DAN UKRAINA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya