tirto.id - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprediksi tekanan global di tahun 2019 akan mengendur seiring dengan pelambatan laju kenaikan suku bunga The Fed. Meski demikian, BI bakal meneruskan kebijakan stabilisasi yang sudah dilakukan pada tahun 2018.
"Moneter tetap pro stability [stabil], makro prudential, sistem pembayaran, pendalaman pasar keuangan, serta ekonomi dan keuangan syariah akan pro growth [tumbuh]," kata Perry di kompleks Gedung BI, Jakarta Pusat, Rabu (2/12/2018).
Perry menyatakan kebijakan BI pada 2019 akan diupayakan untuk mendorong kurs rupiah menjadi lebih stabil. Di antaranya dengan mengurangi defisit transaksi berjalan (CAD), transaksi balas baik melalui penjualan atau swap forward dan penanaman di instrumen BI melalui simpanan valas maupun SBI valas.
"Ketidakpastian di ekonomi maupun keuangan global yang begitu tinggi di 2018 memang masih berlanjut di 2019, tapi kami perkirakan tidak setinggi yang terjadi di 2018 dan karenanya itu akan memberikan faktor positif bagi nilai tukar ke depan," kata dia.
Perry juga optimistis bahwa pada tahun 2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih baik dibanding 2018. Pertumbuhan ekonomi juga akan bertumpu pada konsumsi domestik dan investasi yang diperkirakan cukup tinggi di tahun 2019.
"Kami perkirakan di 2019, [pertumbuhan mencapai] 5-5,4 persen. Kalau dihitung nilai tengahnya adalah 5,2 persen,” ujar Perry.
“Secara keseluruhan lebih tinggi atau lebih baik daripada estimasi di 2018 perkiraan kami 5,1 persen," dia menambahkan.
Sedangkan untuk defisit transaksi berjalan, Perry memperkirakan bakal lebih rendah dari tahun 2018.
"Tahun 2019 sekitar 2,5 persen PDB. Secara keseluruhan, tidak hanya CAD yang lebih rendah [pada 2019] tapi juga neraca pembayaran juga akan lebih mengalami surplus," kata Perry.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Addi M Idhom