tirto.id - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan tren penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam sepekan terakhir dipengaruhi oleh sejumlah faktor di level global dan domestik.
“Pergerakan nilai tukar sesuai dengan mekanisme pasar. Tingkat permintaan dan penyediaannya bagus. Kami pun tidak melihat adanya keperluan untuk stabilisasi,” kata Perry di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta pada Jumat (9/11/2018).
Selama pekan ini, kurs rupiah terhadap dolar AS terus menguat, bahkan sempat menjadi yang terbaik di Asia. Kurs rupiah yang sempat terjun bebas hingga menembus level Rp15.200 per dolar AS tercatat mulai menguat sejak 1 November 2018. Berdasar Data Kurs Referensi Jakarta Interbank Sport Dollar Rate (JISDOR), kurs rupiah pada 9 November sudah mencapai level Rp14.632 per dolar AS.
Perry menjelaskan faktor eksternal yang mempengaruhi penguatan rupiah ialah tensi perang dagang Amerika Serikat vs Cina yang mulai mereda. Sebagaimana diketahui, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping dikabarkan bakal segera bertemu untuk mencari titik temu setelah hubungan dagang antarkedua negara raksasa ekonomi itu sempat memanas.
Sedangkan dari faktor dalam negeri, Perry menilai aliran modal asing yang masuk ke Indonesia cukup memberi dampak pada penguatan rupiah. Ia mencatat aliran modal asing yang masuk ke Surat Berharga Negara (SBN) pada bulan ini sudah sebesar Rp14,4 triliun. Sedangkan apabila dilihat secara kumulatif (year-to-date), angkanya tercatat mencapai Rp42,6 triliun.
“Aliran modal asing ke SBN yang semakin besar pada bulan ini [November 2018] memperlihatkan kepercayaan dari investor asing terhadap perekonomian Indonesia,” ujar Perry.
Perry menambahkan aliran modal asing ke pasar saham juga lumayan besar. Pada bulan ini saja, aliran modal asing yang tercatat di pasar saham sebesar Rp5,5 triliun. Kendati demikian, secara year-to-date jumlahnya masih negatif mengingat adanya outflow dari kepemilikan asing yang masif di awal periode.
Dia juga mengklaim penerapan transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) sejak awal November 2018 mulai memperlihatkan hasil. Perry mengatakan transaksi DNDF menunjukkan perkembangan yang baik sehingga mampu menambah kedalaman pasar keuangan di dalam negeri.
“Sejak dikeluarkan DNDF itu, volume akumulasinya 115 juta dolar AS. Tingkat permintaan dan penyediaannya juga sangat seimbang,” ucap Perry.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Addi M Idhom