Menuju konten utama

Potensi Ekonomi Kotoran Sapi di Indonesia Rp64,3 Triliun

Potensi ekonomi kotoran sapi dan kerbau di Indonesia bisa mencapai Rp64,3 triliun per-tahun apabila dimanfaatkan untuk sumber energi terbarukan.

Potensi Ekonomi Kotoran Sapi di Indonesia Rp64,3 Triliun
(Ilustrasi) Seorang anggota Penggerak Swadaya Masyarakat (PSM) mendemonstrasikan memasak telur melalui pemanfaatan energi biogas yang berasal dari kotoran ternak sapi di Balai Besar Pengembangan Latihan Masyarakat (BBPLM) Kemendesa PDTT, Jakarta, Rabu (13/4/2016). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso.

tirto.id - Potensi ekonomi kotoran sapi dan kerbau di Indonesia, yang selama ini belum banyak dikelola, ternyata diperkirakan bisa mencapai puluhan triliun setiap tahun.

Pakar peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM), Bambang Suwignyo menghitung potensi ekonomi kotoran sapi dan kerbau di seluruh Indonesia bisa mencapai Rp176,3 miliar per-hari atau Rp64,3 triliun per-tahun.

Menurut Bambang, keuntungan ekonomi besar itu bisa dihasilkan dari pemanfaatan kotoran sapi dan kerbau untuk sumber energi alternatif.

Dia menaksir pemanfaatan kotoran sapi dan kerbau di Indonesia sebagai sumber energi akan menggantikan konsumsi BBM sebesar 1,23 juta barel per hari (bph).

Perhitungan itu muncul sebab produksi kotoran sapi dan kerbau di Indonesia, diperkirakan mencapai 345,7 ribu ton/hari. Asumsinya, setiap ekor sapi dan kerbau di Indonesia mengeluarkan 20 kilogram kotoran per-hari. Sementara data jumlah ternak sapi dan kerbau di Indonesia pada tahun 2015 tercatat sebanyak 17.285.290 ekor.

"Potensi ekonomi yang diperoleh dari kotoran ternak sapi di Indonesia mencatat angka yang sangat fantastis dan tak bisa diabaikan pemerintah. Perlu langkah-langkah konkret untuk mewujudkannya," ujar dia dalam siaran persnya pada Rabu (24/5/2017) seperti dikutip Antara.

Bambang menambahkan potensi pengelolaan kotoran sapi dan kerbau di Indonesia sebagai sumber biogas juga bisa setara konsumsi 14,8 juta liter minyak tanah per-hari. Angka itu muncul apabila semua kotoran sapi dan kerbau diolah jadi sumber biogas dengan ukuran biodigester 9 meter kubik.

Bambang menjelaskan, energi pengganti minyak tanah selama ini terbukti bisa diperoleh dari biogas yang berasal dari proses degradasi material bio, baik tanaman maupun hewan. Teknologinya juga sudah sejak lama tersedia.

Biogas, dia melanjutkan, termasuk dalam kategori energi terbarukan dan menjadi sumber energi yang berprospek untuk dikembangkan sebagai pengganti energi dari fosil bahan bakar minyak.

Menurut Bambang, program pengembangan biogas dapat dirancang tidak hanya dalam konteks penggunaannya sebagai energi alternatif, tetapi juga dalam format pemberdayaan masyarakat.

"Pemanfaatan biogas pada rumah tangga sekaligus menjadi wahana pemberdayaan masyarakat menuju rumah tangga mandiri energi melalui dicetaknya kader-kader biogas," ujar dia.

Dia berpendapat pemanfaatan biogas dapat menurunkan pengeluaran rumah tangga keluarga di sektor energi karena dapat jadi pengganti bahan bakar untuk memasak, lampu penerangan, maupun pembangkit generator, sehingga juga akan menghemat subsidi pemerintah.

Baca juga artikel terkait ENERGI TERBARUKAN atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Ekonomi
Reporter: antara
Penulis: Addi M Idhom
Editor: Addi M Idhom