Menuju konten utama

Politikus Papua & Wiranto Bicara soal Penyebab Rusuh Hingga Rasisme

Wiranto bersama sejumlah politikus asal Papua memberikan pernyataan soal kerusuhan di Jayapura.

Politikus Papua & Wiranto Bicara soal Penyebab Rusuh Hingga Rasisme
Api membakar sebuah bangunan saat berlangsung aksi unjuk rasa di Jayapura, Papua, Kamis (29/8/2019). ANTARA FOTO/Indrayadi TH/wpa/wsj.

tirto.id - Menko Polhukam Wiranto bertemu dengan sejumlah tokoh asal Papua, pada Jumat (30/8/2019). Pertemuan tersebut membahas situasi Papua yang kembali memanas, terutama saat aksi massa dan kerusuhan terjadi di Jayapura pada Kamis pekan ini.

Sebagian tokoh yang hadir dalam pertemuan tersebut dan kemudian melakukan konferensi pers bersama Wiranto merupakan politikus asal Papua.

Di antara mereka ada mantan politikus Demokrat yang belakangan sempat aktif menggalang organisasi relawan pendukung Jokowi di Pilpres 2019, Freddy Numberi, politikus Golkar Yorrys Raweyai dan Samuel Tabuni (Caleg DPR RI dari Partai Nasdem pada Pemilu 2019).

Selain itu, ada anggota DPR RI dari Fraksi Golkar, Robert Kardinal serta Frans Ansanay (Caleg DPR RI dari Perindo pada Pemilu 2019).

Penyebab Rusuh versi Politikus Asal Papua

Ketika berbicara di konferensi pers bareng Wiranto, Samuel Tabuni menjelaskan pendapatnya soal pemicu aksi massa dan kerusuhan di Papua belakangan ini.

Menurut Tabuni, saat UU Otonomi Khusus (Otsus) sudah berlaku 20 tahun hingga saat ini, banyak program pemerintah belum memberikan ruang bagi generasi muda di Papua. “Dalam waktu yang bersamaan, operasi militer terus terjadi di tanah Papua,” ujar Tabuni.

Kondisi ini yang menurut Tabuni memicu banyak anak muda di Papua aktif terlibat dalam aksi massa yang belakangan terjadi, termasuk di Jayapura pada Kamis lalu.

“Kalau anak-anak muda ini pikirannya tidak kita rangkul, tidak memberikan ruang bagi mereka terlibat dalam semua kebijakan nasional maupun Provinsi Papua, itu Papua tidak ada masa depan yang baik di dalam negara ini,” kata Tabuni.

Dia juga menyoroti kasus rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya beberapa waktu lalu. Tabuni menilai sempat ada pembiaran terhadap kasus tersebut.

“Kita [warga Papua] harus demo [dulu], baru ada proses hukum. Padahal, rasisme ini sudah terjadi sejak lama,” ujar dia. “Itu menjadi amarah bagi orang Papua hari ini.”

Meski demikian, Tabuni mengaku sepakat dengan ajakan Wiranto agar warga Papua ikut berupaya meredakan tensi di daerah itu. “Saya sepakat dengan bapak menteri [Wiranto], saat ini cooling down,” ujar dia.

Adapun Freddy Numberi justru menyebut situasi di Papua memanas karena dipicu oleh penyebaran isu-isu yang tidak benar. “Akhirnya, situasi menjadi tegang dan sebagainya. Ini kita sesalkan,” katanya.

Wiranto: Ada 2 Tersangka Kasus Rasisme di Asrama Papua

Pada kesempatan yang sama, Wiranto mengklaim proses hukum terhadap pelaku tindakan rasisme ke para mahasiswa Papua di Surabaya sudah berjalan.

“Pagi, tadi, saya cek, proses hukum [kasus] di Surabaya. Proses hukum untuk anggota militer dari Kodam Brawijaya, 5 orang diskorsing, termasuk Danramil, seorang Mayor. Danramil dan [satu] Babinsa lanjut ke pemeriksaan selanjutnya karena diduga tindakannya merugikan sipil dan TNI. Tiga lainnya masih diperiksa sebagai saksi,” kata Wiranto.

Sementara dari kalangan sipil, menurut Wiranto, sudah ada dua tersangka yang ditetapkan oleh Polda Jawa Timur. Keduanya dijerat dengan pelanggaran pasal UU ITE, Ujaran Kebencian dan Penghasutan.

"Tersangkanya [Tri] Susanti dan Syaiful," ujar dia.

Dia juga menegaskan para pelaku tindakan anarkis di Papua akan ditindak secara hukum. Dia beralasan semua yang melanggar hukum harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Wiranto berharap masyarakat Papua kembali tenang agar suasana di kawasan itu damai. Menurut dia, aparat TNI dan Polri sudah ia perintahkan untuk bertindak persuasif dan tidak menggunakan peluru tajam saat mengamankan demonstrasi di Papua.

“Tapi, kalau dibacok, dipanah, diparang, dia punya keluarga, punya anak-anak. Yang meninggal itu meninggalkan tanggung jawab keluarga,” kata Wiranto. "Coba, kita sadari, untuk apa kita bunuh-bunuhan.”

Baca juga artikel terkait KONFLIK PAPUA atau tulisan lainnya dari Addi M Idhom

tirto.id - Hukum
Reporter: Agung DH
Penulis: Addi M Idhom