tirto.id - Pada mulanya adalah lelucon. April Mop 2014 Google menggoda para penggemar Pokemon dengan menunjukkan sebuah gambar tentang Pokemon Master, bahwa akan ada game yang diluncurkan bagi mereka yang menyukai permainan ini. Dua tahun kemudian, sebuah startup ibernama Niantic mewujudkan lelucon itu menjadi game yang nyata. Dunia dibuat riang gembira, jutaan milenial mengunduh game ini dan mereka keluar rumah untuk berburu monster.
Pokemon diluncurkan pada 6 Juli 2016. Pendiri Niantic John Hanke, menjadi orang yang bertanggung jawab untuk mewujudkan mimpi masa kecil jutaan orang. Dalam wawancara bersama TIME, Hanke membahas bagaimana permainan augmented reality (AR) adalah medium baru yang akan dikembangkan sebagai permainan masa depan. Hanke memang telah menduga bahwa Pokemon akan disukai banyak orang. Namun, ia juga terkejut reaksinya bisa melibatkan jutaan orang di berbagai negara hingga membuat server mereka beberapa kali mengalami perbaikan.
Prediksi Hanke memang benar. Ketenaran Pokemon Go bahkan mengalahkan konten pornografi di internet. Google merilis bahwa pencarian kata Pokemon Go selama lima hari terakhir mengalahkan pencarian kataa porno. Pokemon bahkan bisa membungkam berita Brexit dan membuat peristiwa itu nyaris tak dibahas di media sosial. Kepopuleran ini melahirkan rekor-rekor baru baik dalam bidang ekonomi maupun teknologi.
Saham Nitendo misalnya, sejak peluncuran Pokemon Go mengalami kenaikan tertinggi sejak mereka mendaftarkan saham mereka kepada publik pada 1983. Kenaikan saham Nintendo mencapai 53 persen, dengan perkiraan nilai pasar mencapai 23 miliar dolar. Kenaikan saham ini dipicu oleh kepopuleran Pokemon Go yang memberikan sentimen positif akan pengembangan game ini ke depan. Sejauh ini, statistik Pokémon Go menunjukkan tren yang positif.
SimilarWeb merilis, kunjungan ke apkmirror.com, situs penyedia aplikasi Pokemon Go, naik menggila. Sehari sebelum peluncuran Pokemon Go, hanya ada 600.000 kunjungan pada situs itu. Angkanya melonjak menjadi empat juta kunjungan pada 6 Juli. Perbincangan ini lantas menyebar hampir ke semua platform media sosial. Pada 11 Juli, twitter mengumumkan Pokemon Go diperbincangkan oleh 4,7 juta orang di situs tersebut.
Permainan ini juga membuat para penggunanya lebih sering dan lebih intim dengan ponsel mereka. Rata-rata para pemain Pokemon Go menghabiskan waktu 43 menit ketika bermain. Durasi ini mengalahkan rata-rata waktu yang digunakan untuk menggunakan aplikasi lain. SimilarWeb menyebut rata-rata pengguna ponsel menghabiskan waktu 30 menit untuk Whatsapp, 35 menit untuk Instagram, dan 22 menit untuk Snapchat.
Sampai 13 Juli, sudah ada 10 juta pengunduh game ini. SimilarWeb juga menyebutkan bahwa 5,6 persen pengguna android di Amerika telah menginstal ponsel mereka dengan permainan Pokémon Go mengalahkan aplikasi Tinder yang hanya dua persen saja. Media sosial juga merespons peluncuran game ini dengan keriangan yang lain. Meme dan kisah-kisah lucu bertebaran. Salah satunya, kisah Michael Baker asal Forest Grove, seorang pria di Amerikayang dikabarkan ditikam oleh penjahat ketika mencari Pokemon. Meski cedera, ia menolak dirawat di rumah sakit dan memutuskan untuk terus mencari monster-monster baru.
Sejarah Pokemon adalah sejarah tentang anak-anak yang bermimpi menjadi Pokemon Master. Ia memiliki setiap Pokemon dan mampu mengalahkan Pokemon trainer lainnya. Pokemon pada mulanya adalah permainan video Nintendo yang dikembangkan untuk konsol Game Boy. Pokémon sendiri diciptakan oleh Satoshi Tajiri pada 1995. Pada mulanya, Pokémon merupakan permainan video tersukses kedua di dunia setelah serial Mario Bros yang juga diciptakan oleh Nintendo.
Tahun 2016 juga menjadi penanda bahwa Pokemon sebagai sebuah permainan berusia dua dekade. Game pertama terkait Pokémon dimulai pada 1996 dengan peluncuran Pokémon Red dan Blue launched di jepang. Sampai hari ini penjualan game, di luar Pokémon Go, mencapai 279 juta produk. angka itu disampaikan oleh Famitsu. Dari situs resminya sendiri Pokémon menyebut saat ini anime yang berasal dari game ini telah diterjemahkan ke 11 bahasa di 95 negara.
Dari situs resminya diketahui ada 5.000 ragam varian produk terkait Pokemon untuk di Jepang saja. Hingga Mei 2016, sudah ada 400 perusahaan dunia yang menggunakan lisensi Pokemon untuk produk mereka. Di luar Pokemon Go, nilai total pasar produk yang berkaitan dengan Pokemon mencapai 4,8 triliun yen dengan rincian 45 persen produk dijual di Jepang dan 55 persen sisanya di luar Jepang. Angka itu termasuk video games, permainan kartu, lisensi produk, serial anime dan film lepas.
Untuk pengembangan Pokemon Go baik Google dan Nintendo mengeluarkan biaya 30 juta. Investasi ini jelas angat menguntungkan mengingat penerimaan Pokémon sejak diluncurkan telah mencapai 14,04 juta dolar per 11 Juli. Pada hari peluncurannya, hanya butuh 13 jam untuk Pokemon Go menjadi aplikasi paling banyak diunduh di Amerika Serikat. Lantas berapa keuntungan yang diterima Nintendo? Lima hari sejak peluncuran Pokemon nilai game ini diperkirakan melejit hingga 9 miliar dolar.
Saat ini banyak pengguna Pokemon adalah kelompok milenial yang mapan. Para pemain bisa membeli koin Pokemon yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan karakter dan monster mereka. Harga yang dijual sebenarnya tidak murah, apabila dirupiahkan, untuk satu koin seharga 1.500. Rentang paket koin yang dijual mulai dari 100 koin hingga 14.500 koin yang dijual seharga 1,5 juta. Mahal? Belum tentu, bagi mereka yang telah mapan dan memupuk mimpi menjadi Pokemon master angka itu bisa saja sangat murah.
SurveyMonkey menyebut pengguna harian Pokemon Go sudah mencapai 21 juta orang meski Cnet menyebut 15 juta orang. Sebentar, sudahkah saya bilang itu hanya estimasi angka pengguna di Amerika saja? Bayangkan jika seluruh dunia. Pokemon Go akan menjadi eksosistem game baru yang penuh dengan potensi bisnis. Selain penjualan koin digital, merchandise dan add up (produk penunjang tambahan) akan diluncurkan segera. Dengan pola konsumsi milenial yang gila-gilaan, bukan tak mungkin kantong Nintendo dan Google akan semakin menebal.
Angkat topi untuk Nintendo yang menangkap semua keuntungan ini.
Penulis: Arman Dhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti