tirto.id - Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes, mengatakan Pilkada DKI Jakarta 2024 tak akan melawan kotak kosong, bila PKS, Nasdem, dan PKB solid. Data CSIS memperlihatkan PKB memiliki 10 kursi, Nasdem 11 kursi, dan PKS 18 kursi.
"Esensi pilkada itu kompetisi. Tidak ada kompetisi, tidak ada praktik demokrasi yang baik. Jadi, menurut saya kalau ada skenario partai-partai melawan kotak kosong, saya kira itu tidak menunjukkan membangun demokrasi. Jakarta potensinya terjadi head to head itu bisa terjadi kalau PKS, Nasdem, dan PKB bisa solid," tutur Arya dalam acara bertajuk Media Briefing Peta Kompetisi Pilkada 2024 yang disiarkan langsung lewat akun YouTube CSIS, Kamis (8/8/2024).
Ia mengatakan bila skenarionya PKS keluar dari koalisi, PKB dan Nasdem tak bisa mencalonkan pasangan calon karena tak mencapai 22 kursi. Namun, bila PDIP dan Nasdem berkoalisi tak akan terjadi pasangan tunggal melawan kotak kosong, karena memenuhi syarat 22 kursi untuk mengusung pasangan calon. PDIP sendiri memiliki 14 kursi di DKI Jakarta.
"Saya kira kita mendorong partai-partai yang belum menentukan calon tentu PKS, PKB, dan PDIP untuk paling tidak memberikan sinyal," kata Arya.
Arya memprediksi Pilkada Jakarta 2024 akan diikuti dua pasangan calon meskipun ada upaya mendorong satu pasang atau melawan kotak kosong.
"Kalau kita ambil kasus Jakarta, potensial head to head meskipun sekarang muncul skenario untuk mendorong satu pasang atau melawan kotak kosong," jelasnya.
Diketahui, saat ini belum ada partai yang mengumumkan pasangan secara resmi di Pilkada Jakarta. Adapun PKS telah mengumumkan Aneka Baswedan dan Sohibul Iman menjadi bakal calon gubernur dan wakil gubernur. Namun, PKB dan Nasdem terkesan belum merestui, bahkan dua partai ini belum memberikan surat rekomendasi kepada Anies meski sudah menyatakan dukungan.
Sementara itu, KIM Plus disebut-sebut akan mendorong Ridwan Kamil. Hanya saja, belum ada pengumuman resmi. Lalu, PDIP memberi sinyal dukungan kepada Anies Baswedan. Hingga kini, belum menyatakan dukungan secara resmi.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Anggun P Situmorang