tirto.id - Enam hari menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah pada 27 Juni 2018, elektabilitas pasangan calon (paslon) Sudirman Said-Ida Fauziyah masih jauh lebih rendah dari paslon lawannya, Ganjar Pranowo-Taj Yasin.
Berdasarkan survei simulasi surat suara yang digelar Indo Barometer pada 7-13 Juni 2018, tingkat keterpilihan pasangan Sudirman-Ida sebesar 21,1 persen, sementara Ganjar-Taj Yasin sebesar 67,3 persen.
Selain responden yang telah menyatakan paslon yang bakal dipilihnya, sejumlah responden belum menentukan paslon yang dipilih. Berdasarkan survei yang ditanyakan kepada 800 responden dan margin of error +/- 3,46 persen tersebut, sebanyak 11,6 persen responden tidak mengisi lembar survei.
Selain dalam hasil survei Indo Barometer, rendahnya elektabilitas Sudirman-Ida juga tergambar dalam berbagai survei yang digelar sebelumnya.
Survei Kompas yang digelar pada 10-15 Mei 2018 mencuplik 800 responden dengan margin of error +/- 3,46 persen. Hasilnya menyatakan elektabilitas Sudirman-Ida sebesar 15 persen, sementara elektabilitas Ganjar-Taj Yasin sebesar 76,6 persen.
Sedangkan survei Indikator Politik yang digelar pada 12-21 Maret 2018 mengambil data dari 820 responden dengan margin of error +/- 3,5 persen. Hasil survei tersebut menyatakan elektabilitas Sudirman-Ida sebesar 21 persen sedangkan Ganjar-Taj Yasin sebesar 72,4 persen.
PKS dan Gerindra Tetap Optimistis
Di Pilgub Jawa Tengah 2018, Sudirman-Ida diusung koalisi partai Gerindra, PKS, PAN, dan PKB. Sedangkan Ganjar-Taj Yasin diusung koalisi PDIP, PPP, Nasdem, dan Demokrat.
Di Jawa Tengah, PDIP memang kuat. Dalam ranah legislatif, pada Pemilu 2014, PDIP meraup 27 kursi DPR dari daerah pemilihan (dapil) yang berada di Jawa Tengah. Selain itu, PDIP juga berhasil meraih 31 kursi DPRD Jawa Tengah. Sedangkan pada tingkat kabupaten/kota, hanya 6 dari 35 wilayah yang tidak berhasil ditempati PDIP dengan kursi terbanyak.
Dalam ranah eksekutif, dua gubernur Jawa Tengah sebelumnya, Bibit Waluyo dan Ganjar Pranowo, sama-sama menang di Pilgub berkat diusung PDIP.
Tak salah apabila Jawa Tengah disebut kandang "banteng" atau basis massa "merah", dua simbol yang diidentikkan dengan PDIP.
Namun demikian, di tengah elektabilitas Sudirman-Ida yang rendah dan Jawa Tengah yang tidak menjadi basis massa partainya, anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra Andre Rosiade tetap optimistis. Kepada Tirto, Andre menjelaskan bahwa selama Ramadan tim sukses Sudirman-Ida gencar berkampanye secara door-to-door.
Kepercayaan diri serupa juga dinyatakan Mardani Ali Sera. Menurut ketua DPP PKS tersebut, tim sukses Sudirman-Ida fokus kampanye pada isu anti-korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) beberapa kali memeriksa Ganjar sebagai saksi di pengusutan perkara korupsi e-KTP. Dalam surat dakwaan dua terdakwa korupsi e-KTP, Irman dan Sugiharto, Ganjar disebut menerima aliran dana 520 ribu dolar. Uang disebut diberikan Andi Narogong sekitar September-Oktober 2010.
Mantan Bendahara Partai Demokrat, Nazaruddin, juga menyebut Ganjar sebagai salah satu penerima dana korupsi e-KTP. Dalam sidang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi 19 Februari lalu, Nazarudin berkata bahwa Ganjar awalnya menolak uang proyek e-KTP. Ia diklaim baru menerima setelah jumlah uang dinaikkan dari 100 ribu menjadi 500 ribu dolar.
Ganjar sudah beberapa kali membantah tudingan Nazarudin. Ia hanya mengaku sempat ditawari "titipan" sebanyak tiga kali oleh mantan anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Hanura Miryam S. Haryani.
"Tawaran itu disampaikan setelah rapat, ‘Dik ini ada titipan',” ungkap Ganjar di Pengadilan Tipikor Jakarta, 30 Maret 2017. “Saya katakan, ‘tidak usah’. Tapi saya lupa rapat apa, karena ada beberapa kali rapat.”
Terkini, empat kepala daerah dari Jawa Tengah yang menjadi pesakitan kasus korupsi. Mereka adalah Bupati Klaten Sri Hartini, Bupati Kebumen M. Yahya Fuad, Wali Kota Tegal Siti Masitha, dan Bupati Purbalingga Tasdi.
Isu e-KTP itu juga selalu disebut Sudirman Said dalam dua debat sebelumnya. Dan, tampaknya isu tersebut masih terus akan digunakan olehnya.
"Untuk debat nanti kami fokus strategi pemberantasan korupsi. Jawa Tengah ini matang di masa peradaban [Jawa kuno] dengan munculnya banyak kerajaan. Tapi semuanya berantakan karena permisif dan tidak berani terhadap korupsi," ujar Mardani kepada Tirto, Kamis (21/6/2018).
Selain isu anti-korupsi, Mardani juga mengatakan bahwa Sudirman-Ida juga fokus pada isu terkait nelayan dan petani. Menurut Mardani, kebijakan cantrang amat merugikan nelayan di Jawa Tengah. Sedangkan petani dirugikan program kartu tani. Dalam berbagai kampanye dan dua debat sebelumnya, Sudirman-Ida berjanji menghapus program kartu tani.
Selain itu, sebagai cara menggaet pemilih milenial, Mardani menilai janji menciptakan 5 juta lapangan pekerjaan di Jawa Tengah yang dicanangkan Sudirman-Ida tepat.
"Minggu ini kamu lakukan door-to-door campaign. Tantangannya masih besar karena basis massa merah. Namun, masyarakat bisa menilai, puluhan tahun menjadi basis teman-teman merah, apa yang terjadi?" ujar Mardani.
Mencuri Massa Ganjar-Taj Yasin
Andre berharap Sudirman-Ida dapat tampil maksimal dalam debat putaran ketiga Pilgub Jawa Tengah 2018 yang bakal digelar Kamis (21/6/2018) sehingga elektabilitasnya naik.
Kampanye Sudirman-Ida dinilai Andre sebagai penguji efektivitas mesin parpol Gerindra bergerak di Jawa Tengah.
"Tentu kami tidak seperti PDIP. Tetapi, harapan kami bisa mengalahkan PDIP di Jawa Tengah. Kami terus konsolidasi hingga saat ini," ujar Andre.
Mardani juga menilai Pilgub Jawa Tengah 2018 ini memberikan pelajaran tersendiri bagi PKS. Menurutnya, dengan berkoalisi dengan PKB, PKS menjadi belajar mendekati kalangan santri. PKS sendiri dikenal sebagai partai yang memiliki basis massa Muslim perkotaan.
"Kenapa kami gabung dengan PKB? Karena sendiri tidak mungkin. PKB dengan basis massa NU yang punya jaringan pesantren. Aliansi kami dengan PKB ini bagus sekali," ujar Mardani.
Pada debat terakhir itu, tema yang bakal dibahas adalah demokrasi, hukum, dan kawasan dengan 3 poin yang bakal dielaborasi dari masing-masing pasangan calon.
Survei Kompas yang menggunakan model responden panel, yakni responden yang digunakan pada survei sebelumnya, mampu melacak perubahan perilaku memilih.
Menurut survei tersebut, ada peralihan dukungan dari responden yang tadinya memilih Ganjar-Taj Yasin, sebanyak 6,1 persen, kepada Sudirman-Ida. Sebanyak 88,9 persen tak berubah, tetap memilih pasangan Ganjar-Taj Yasin.
Direktur Indo Barometer M. Qodari mengatakan bahwa tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Ganjar di Jawa Tengah mencapai 70,1 persen. Namun, sebanyak 25,9 persen menyatakan tidak puas dan 4 persen lainya menyatakan tidak tahu.
"Kebanyakan yang tidak puas ini larinya ke Sudirman-Ida," kata Qodari di Hotel Harris Suite FX Sudirman, Jakarta Pusat, Rabu (20/6/2018).
Editor: Ivan Aulia Ahsan