tirto.id - Tupperware Brands dan beberapa anak perusahaannya mengajukan perlindungan kebangkrutan sesuai Bab 11 Undang-Undang Kepailitan AS pada Selasa (17/9/2024). Dalam pernyataan resmi kepada publik, perusahaan yang dikenal dengan wadah penyimpanan makanan yang khas mengajukan kebangkrutan karena terpukul oleh penurunan penjualan dalam beberapa tahun terakhir. Tupperware Brands pun mengungkapkan keraguan beroperasi sejak 2023 lalu karena kondisi keuangan yang semakin menantang.
"Selama beberapa tahun terakhir, posisi keuangan perusahaan telah sangat terpengaruh oleh lingkungan ekonomi makro yang menantang," kata CEO Tupperware Brands, Laurie Ann Goldman, dikutip VOA, Kamis (19/9/2024).
Manajemen Tupperware pun meyakini opsi terbaik perusahaan dengan kondisi keuangan yang buruk adalah dengan menutup perusahaan.
“Hasilnya, kami menjajaki sejumlah opsi strategis dan memutuskan bahwa ini [penutupan perusahaan] adalah jalan terbaik ke depan," tambah Goldman.
Menyusul pengumuman kebangkrutan, perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek New York itu akan mengajukan permohonan persetujuan pengadilan untuk proses penjualan bisnis. Hal ini dilakukan untuk melindungi merek Tupperware.
Perusahaan yang berpusat di Orlando, Florida itu juga akan meminta persetujuan kepada Pengadilan Kepailitan AS untuk Distrik Delaware untuk terus beroperasi selama proses pengajuan kebangkrutan.
Sementara itu, seiring dengan proses pengajuan kebangkrutan, perusahaan wadah makanan yang berusia kurang lebih 78 tahun itu berjanji akan terus membayar karyawan dan membayarkan kewajiban kepada para pemasoknya.
"Kami berencana untuk terus melayani pelanggan kami yang berharga dengan produk-produk berkualitas tinggi yang mereka sukai dan percayai selama proses ini," kata Goldman.
Tupperware, yang namanya menjadi identik dengan wadah plastik kedap udaranya, dalam beberapa tahun terakhir kehilangan popularitas di kalangan konsumen. Hal ini terlihat dari jatuhnya harga saham Tupperware yang pada Senin (16/9/2024) diperdagangkan di level 0,5099 dolar Amerika Serikat (AS), jauh turun dari 2,55 dolar AS pada Desember 2023.
Inisiatif untuk mendapatkan distribusi melalui retail-retail besar tidak cukup berhasil untuk mengembalikan nasib baik Tupperware. Selain itu, sejak tahun lalu Tupperware telah menerapkan rencana strategis untuk memodernisasi operasinya dan mendorong efisiensi guna memacu pertumbuhan, menyusul penunjukan tim manajemen baru tahun lalu.
"Perusahaan telah membuat kemajuan yang signifikan dan bermaksud untuk melanjutkan pekerjaan transformasi penting ini," beber Goldman.
Dalam pengajuannya ke Pengadilan Kepailitan AS, Tupperware mencantumkan aset antara 500 juta-1 miliar dolar AS. Sebaliknya, perusahaan itu memiliki kewajiban antara 1 miliar-10 miliar dolar AS. Kemudian, melalui pengajuan kebangkrutan, Tupperware juga diketahui memiliki sekitar 50 ribu-100 ribu kreditor.
Sebagai informasi, Tupperware lahir saat ahli kimia Earl Tupper mendapat percikan inspirasi saat membuat cetakan di pabrik plastik. Seiring dengan berjalannya waktu, wadah plastik tertutup rapat Tupperware juga dikaitkan dengan "Pesta Tupperware," di mana teman-teman berkumpul dengan makanan dan minuman sementara perwakilan perusahaan memperagakan barang-barang tersebut.
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Andrian Pratama Taher