Menuju konten utama
Relasi Persahabatan

Pertemanan Beda Usia: Asyik Asalkan Kompromi & Saling Mengerti

Pertemanan dengan orang dari generasi berbeda, atau terpaut usia setidaknya 10 tahun, dapat membantu memperluas wawasan dan perspektif.

Pertemanan Beda Usia: Asyik Asalkan Kompromi & Saling Mengerti
Header diajeng Pertemanan Beda Usia. tirto.id/Quita

tirto.id - Coba perhatikan, relasi pertemanan yang kamu jalin selama ini umumnya melibatkan orang-orang yang usianya sepantaran, bukan?

Menariknya, beberapa pertemanan juga dapat terjalin lintas generasi—alias tidak terpengaruh perbedaan umur yang bahkan terpaut jauh.

Misalnya, penyanyi Selena Gomez dan Jennifer Aniston, aktris yang terkenal dengan perannya sebagai Rachel di serial legendaris Friends.

Meski selisih usia mereka mencapai 23 tahun, tidak ada yang bisa menghalangi mereka untuk memiliki relasi pertemanan yang erat hingga saat ini.

Keduanya sering berkunjung ke rumah masing-masing untuk memasak atau sekedar ngobrol.

Dalam satu kesempatan Selena mengungkapkan pujian untuk Jennifer karena membuatnya tetap rendah hati, bijaksana, dan suka memberinya banyak nasihat tentang kehidupan.

Persahabatan erat dan humoris juga dapat ditemukan pada penyanyi Rossa dengan Isyana Sarasvati yang memiliki perbedaan usia 15 tahun.

Pertemanan mereka bermula dari kesempatan berjumpa untuk beberapa proyek.

Tidak sekadar berbagi canda dan tawa, Rossa dan Isyana tak segan saling memberikan saran membangun untuk karya masing-masing.

Pertemanan lintas generasi atau intergenerational friendships sederhananya adalah hubungan antara orang-orang dari kelompok usia yang berbeda.

Dalam konteks zaman sekarang, pertemanan antargenerasi dapat melibatkan Generasi Z, Milenial, Gen X, sampai Baby Boomer, dengan kesenjangan usia berkisar antara 10 hingga 20 tahun, atau lebih.

Artinya, kedua individu tumbuh di bawah pengalaman dan pengaruh sosial budaya yang berbeda.

Menurut organisasi pensiunan di Amerika Serikat, American Association of Retired Persons (AARP), relasi pertemanan lintas generasi ini ternyata cukup lazim ditemui.

Survei AARP tahun 2019 mencatat empat dari sepuluh orang dewasa (37 persen) memiliki teman yang setidaknya 15 tahun lebih tua atau lebih muda dari mereka.

Pertemanan beda generasi ini ditemui baik di antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, Baby Boomer dan Gen X lebih sering memiliki teman dari generasi yang berbeda daripada angkatan Milenial.

Hampir setengah (45 persen) dari pertemanan beda generasi ini ternyata telah berlangsung setidaknya 10 tahun, sementara satu dari lima pertemanan (20 persen) sudah terjalin selama lebih dari dua dekade.

Desi Wahyu Susilowati, M.Psi., Psikolog di RSJD Dr. Arif Zainudin Surakarta, Jawa Tengah mengungkapkan, sebenarnya tidak ada patokan maupun batasan usia dalam sebuah relasi pertemanan.

"Jalinan pertemanan ini bisa terjadi ketika ada kesamaan minat, latar belakang, dan kenyamanan satu sama lain. Selama faktor-faktor tersebut memenuhi maka pertemanan akan kuat dan awet terlepas dari berapa pun usianya," ungkap psikolog yang akrab disapa Desi ini.

Kendati demikian, menurut Desi, masing-masing pertemanan, baik antargenerasi maupun beda generasi, tetap memiliki risiko tersendiri. Salah satunya soal perbedaan perspektif.

"Kalau pertemanan satu generasi, katakan saja sesama generasi Milenial, cenderung satu perspektif. Sementara pertemanan lintas generasi, misalnya Milenial dengan Baby Boomer, karena rentang usia yang berbeda, perspektif mereka bisa berbeda,” kata Desi.

“Contohnya saat menyikapi suatu masalah. Perspektif Baby Boomer yang sudah melalui berbagai fase kehidupan tentu akan berbeda dengan seorang Milenial, sehingga bagaimana mereka memandang, menyelesaikan permasalahan bisa lain,” terang Desi.

Faktor lain yang bisa jadi tantangan dalam pertemanan lintas generasi adalah perbedaan aktivitas yang pada akhirnya dapat memengaruhi bagaimana mereka berkomunikasi.

Biasanya, individu yang lebih senior sudah tidak terlalu sibuk atau lebih santai dibandingkan dengan individu muda yang cenderung lebih aktif dengan berbagai kegiatan.

Dengan kesenjangan semacam itu, intensitas pertemuan pun menjadi lebih terbatas dan dapat menganggu komunikasi mereka.

Di satu sisi, komunikasi menjadi poin penting dalam setiap relasi—termasuk pertemanan.

Namun bukan berarti tantangan tersebut tidak bisa disiasati.

Menurut Desi, komunikasi tidak harus dilakukan dengan tatap muka atau dilakukan saban hari. Komunikasi tetap bisa terjalin dengan memanfaatkan teknologi.

"Tidak harus tatap muka. Bisa juga dengan cara menanyakan kabar melalui telepon untuk menjaga komunikasi," kata Desi.

Desi menambahkan, tingkat kesenjangan tersebut juga dapat dikurangi dengan menumbuhkan toleransi.

"Butuh kedewasaan satu sama lain, menyadari bahwa akan ada perspektif yang berbeda atau hal lain yang membuat tidak saling sepakat,” papar Desi.

Termasuk juga kesediaan untuk bersikap terbuka, yang menurut psikolog sosial Dr. Libby Drury merupakan kriteria utama untuk membangun kepercayaan kolektif dalam pertemanan beda generasi.

"Banyak orang merasa cemas saat berinteraksi dengan seseorang yang bukan dari kelompok sosial mereka. Alih-alih berinteraksi, hubungan jadi berujung pada kebuntuan atau malah tidak ada komunikasi sama sekali,” ungkap Drury dikutip dari The Independent.

Terlepas dari tantangan yang ada, berteman dengan orang-orang di luar rentang usia kita dapat memberikan manfaat.

Mengutip Women's Health, pertemanan beda usia memungkinan kita untuk saling belajar.

Orang yang lebih muda dapat menerima saran tentang cara menangani permasalahan yang berpotensi mereka hadapi di kemudian hari, seperti menjalani pernikahan, membeli rumah, atau menjadi orang tua.

Di sisi lain, individu yang lebih senior dapat mempelajari cara berpikir yang lebih modern dan progresif. Yang lebih tua juga bisa belajar dari pengalaman baru dan semangat beraktivitas dari kalangan lebih muda.

Pertemanan lintas generasi turut memberikan manfaat bagi kesehatan mental, terutama bagi mereka yang kesepian.

Persahabatan beda generasi khususnya dapat meningkatkan perasaan keterhubungan karena menyediakan sistem dukungan berupa bimbingan dari individu yang lebih senior kepada orang-orang yang lebih muda yang tidak memiliki mentor keluarga.

Hubungan ini acap kali dapat mengisi kekosongan pada anak-anak muda yang sosok orang tuanya sudah tiada atau tidak hadir.

Sementara individu yang lebih tua tetap dapat merasakan keterhubungan dan kepedulian melalui hubungan beda generasi. Misalnya, ketika yang lebih muda menanyakan keadaan fisik teman senior, sesederhana bertanya kabar atau soal agenda kontrol kesehatan ke dokter.

Pertemanan lintas generasi juga membantu mendorong pertumbuhan pribadi diri kita.

Seperti disampaikan psikoterapis Terri Cole di laman Today, pertemanan pada orang-orang yang seusia cenderung memiliki referensi budaya, sudut pandang terhadap dunia, dan normal sosial yang sama karena mereka dibesarkan pada periode waktu yang sama.

Hal tersebut menyisakan lebih sedikit ruang dalam hubungan untuk berbagi pendapat yang berbeda sehingga pertemanan lintas generasi ini memungkinkan seseorang untuk bertumbuh.

“Yang kamu peroleh dari teman-teman yang usianya berbeda adalah jenis perspektif yang berbeda pula. Mereka dapat menyampaikan sesuatu yang betul-betul membuka pikiranmu dengan cara berbeda—yang tidak akan kamu dapatkan dari orang yang seusia,” jelas Coles.

Jadi, bagaimana, apa kamu siap memperluas jaringan pertemanan dengan orang-orang yang usianya cukup berjarak dengan tahun kelahiranmu?

Baca juga artikel terkait DIAJENG PEREMPUAN atau tulisan lainnya dari MN Yunita

tirto.id - Diajeng
Kontributor: MN Yunita
Penulis: MN Yunita
Editor: Sekar Kinasih