Menuju konten utama

Persahabatan vs Relasi Romantis, Mana yang Lebih Penting?

Relasi asmara kerap dipandang superior daripada persahabatan. Padahal, masing-masing punya porsinya untuk mendukung hari-hari kita jadi semakin berwarna.

Persahabatan vs Relasi Romantis, Mana yang Lebih Penting?
Header Diajeng Mending Punya Temen atau Pacar. tirto.id/Quita

tirto.id - Persahabatan antara Dara, Kania, dan Mira dimulai sejak ketiganya berstatus pegawai baru di sebuah kantor berita.

Rutinitas bersama mereka meliputi makan siang, ngopi cantik sore-sore, sampai saling menginap di kost masing-masing. Kala itu, mereka masih sama-sama lajang dan tinggal jauh dari orang tua.

Hubungan ketiganya tetap lekat meski tak lagi sering berjumpa. Dara pindah kantor, Kania melanjutkan kuliah, dan Mira pindah ke luar negeri.

Jarang ada satu hari berlalu tanpa mereka saling mengontak untuk sekadar bertukar meme lucu maupun ngobrol dengan tema ‘receh’ sampai serius. Kalau sudah kangen, mereka selalu agendakan waktu untuk berkumpul, terutama saat Mira mudik ke Indonesia.

“Belasan tahun bersahabat, hubungan kami tetap erat bahkan sampai semuanya menikah dan punya anak. Saking dekatnya, kami saling berbagi rahasia yang paling memalukan sekalipun dan bisa curhat tentang apa saja tanpa takut dihakimi. Pokoknya, vibe-nya beda dengan ketika curhat pada pasangan. Cita-cita kami, tinggal bareng di hari tua seandainya sudah sama-sama tak punya pasangan lagi. Seperti film Golden Girls itu lho,” ujar Dara.

Kisah pertemanan erat seperti milik Dara dan teman-temannya mungkin sering kamu temui sehari-hari. Bahkan, tak sedikit orang yang punya sahabat karib, mengaku memiliki kualitas kedekatan yang amat intens atau bahkan lebih intens dengan sahabatnya dibandingkan dengan pasangan romantisnya.

Padahal, menurut anggapan umum yang berlaku sedari lama, relasi dengan pasangan kerap diposisikan superior atau berada di atas relasi persahabatan. Narasi di film-film dan novel populer, misalnya, biasa menampilkan lika-liku hubungan asmara sebagai fokus dalam kehidupan si tokoh utama.

Keberhasilan meraih cinta akhirnya digambarkan sebagai capaian terpenting yang bisa membuat manusia merasa utuh dan bahagia sepenuhnya.

Header Diajeng Mending Punya Temen atau Pacar

Header Diajeng Mending Punya Temen atau Pacar. foto/IStockphoto

Amatan ini pernah diungkap oleh jurnalis Rhaina Cohen di The Atlantic (2020). Salah satu responden yang ia wawancarai adalah Kami West, yang bersahabat dengan Kate Tillotson sejak remaja hingga kini memasuki usia paruh baya. Mereka berkomunikasi setiap hari. Kate bahkan turun tangan membantu mengasuh anak sahabatnya itu, termasuk mengambilkan rapor dan menemui guru di sekolah.

Kepada setiap laki-laki yang dekat dengannya, Kami selalu tegaskan bahwa sahabat adalah orang nomor satu dalam hidupnya. Jadi, kalau ada yang merasa keberatan dengan hal tersebut, ia memilih untuk tidak melanjutkan hubungan dengan yang bersangkutan. Menurut Kami, pasangan bisa datang dan pergi, tapi sahabatnya Kate akan selalu hadir untuknya, dan begitu pula sebaliknya.

Anggapan orang akan pentingnya makna persahabatan kini menguat. Mengacu hasil survei Pew Research Center (2023) yang melibatkan lima ribu orang dewasa di Amerika Serikat, sebanyak 60 persen responden berpendapat bahwa memiliki teman dekat merupakan faktor kunci untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan membahagiakan.

Serupa, survei oleh YPulse (2023) menyatakan sekitar 55 persen Gen Z dan Milenial menganggap persahabatan lebih penting daripada relasi romantis. Pada momentum Valentine, mereka cenderung memilih mengekspresikan kasih sayang pada sahabat dan diri sendiri (self-love) ketimbang pada pasangan.

“Persahabatan adalah suatu hal yang perlu kita pahami. Selama ini kita terlalu berfokus pada relasi romantis, padahal banyak dari hubungan dekat yang kita miliki justru merupakan hubungan pertemanan,” ujar Thalia Wheatley, PhD, profesor di Departemen Ilmu Psikologi dan Otak dari Dartmouth College yang mempelajari tentang konektivitas sosial.

Tahun lalu, American Psychological Association merilis artikel berisi peninjauan terhadap 38 penelitian ilmiah seputar persahabatan. Mereka menemukan bahwa persahabatan orang dewasa, terutama persahabatan berkualitas yang mampu memberikan dukungan sosial, dapat secara signifikan melindungi kita dari masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.

Header Diajeng Mending Punya Temen atau Pacar

Header Diajeng Mending Punya Temen atau Pacar. foto/IStockphtoo

Memiliki teman dekat—tempat kita bisa mengadu kala tertimpa masalah—dapat berperan sebagai faktor penyangga (buffer) yang melindungi diri kita dari berbagai dampak negatif dalam kehidupan. Salah satu mekanismenya adalah, persahabatan mampu mengubah cara kita merespons stres.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa ketika seseorang tertimpa masalah, angka tekanan darahnya akan lebih rendah saat membicarakannya dengan teman dekat, dibandingkan ketika ia berbicara dengan orang yang bukan temannya. Orang yang memiliki teman di sisinya saat menyelesaikan tugas berat juga memiliki detak jantung lebih rendah dibandingkan mereka yang bekerja sendiri saja.

Persepsimu ketika menghadapi masalah bersama teman juga bisa berbeda dengan ketika kamu menghadapinya sendirian. Penelitian yang dimuat di Journal of Experimental Social Psychology (2008) mengungkap bahwa sebuah bukit dapat terasa lebih tidak curam ketika kamu mendakinya dengan didampingi teman.

Lalu, bagaimana sebaiknya relasi romantis diposisikan?

Seperti persahabatan, hubungan romantis dengan pasangan mampu memberikan manfaat yang signifikan pada kesehatan mental dan jasmani kita.

“Bagi seorang individu, baik persahabatan maupun hubungan romantis sama-sama bisa berperan sebagai support system, menghadirkan rasa kepemilikan, serta meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional,” jelas Naima Sa'adadiyah, psikolog dari lembaga konsultasi psikologi Firdaus Amany Psychological Center.

Meski begitu, kondisi tersebut tentunya berlaku dengan syarat: hubungan romantis dan persahabatan yang dimaksud memiliki sifat positif. Maksudnya, tidak berat sebelah apalagi toksik sehingga malah bisa mendatangkan efek negatif dalam kehidupan kita.

“Penelitian menunjukkan bahwa sebuah relasi yang sehat akan berkontribusi pada kondisi fisik yang lebih baik. Memiliki pasangan atau sahabat yang suportif akan mendorong kita untuk memiliki pola hidup, makan dan tidur yang baik. Memiliki seseorang untuk berbagi pengalaman juga dapat meningkatkan kebahagian dan mengurangi rasa kesepian,” terang Naima.

Hanya saja, memang ada beberapa hal yang menjadikan hubungan persahabatan dan hubungan romantis terasa berbeda. Dalam hubungan persahabatan, khususnya sesama perempuan, upaya untuk menyampaikan perasaan bisa lebih mudah dilakukan tanpa harus melakukan effort yang besar.

Biasanya, perempuan dapat secara otomatis terkoneksi dengan sahabatnya dan memiliki rasa empati yang lebih tinggi. Respons yang didapatkan oleh orang yang bercerita pun cenderung sesuai dengan harapannya.

“Sementara dalam sebuah hubungan romantis, biasanya perempuan perlu berusaha lebih besar untuk menyampaikan perasaan atau bercerita tentang masalah yang ia hadapi agar pasangannya dapat memahami dan menangkap pesan yang ingin ia sampaikan,” ujar Naima.

Header Diajeng Mending Punya Temen atau Pacar

Header Diajeng Mending Punya Temen atau Pacar. foto/IStockphoto

Kendati demikian, ada hal-hal tertentu yang hanya bisa diberikan oleh sebuah relasi romantis, dan tidak bisa didapatkan dari sebuah hubungan persahabatan. Yang pertama, seorang individu bisa mendapatkan pemenuhan kebutuhan fisik dan emosi yang lebih intim, yang tidak bisa diperolehnya dari persahabatan.

Selain itu, dalam hubungan romantis, intensitas komunikasi kita cenderung lebih tinggi karena percakapan lebih sering dilakukan. Ada pula aktivitas berbagi pikiran, perasaan, dan dorongan satu sama lain yang lebih mendalam yang tidak bisa dibagi bersama sahabat. Belum lagi, sebagaimana perjalanan hidup, kita memiliki tugas perkembangan yang harus terpenuhi dalam setiap fasenya.

Dukungan yang diberikan oleh pasangan—terutama yang terikat dalam hubungan pernikahan—bersifat jangka panjang. Dukungan berkelajutan ini penting terutama untuk pencapaian tujuan pribadi, pengasuhan anak, perkara keluarga, dan sebagainya, di mana ada seorang sahabat memiliki keterbatasan untuk mengaksesnya.

Jadi, mana yang lebih penting dimiliki, hubungan persahabatan atau hubungan romantis? Jawabannya, menurut Naima, adalah relatif. Yang jelas, kedua jenis hubungan tersebut sama-sama penting dimiliki dan punya peran besar dalam setiap tahap kehidupan kita.

“Apabila ada salah satu dari kedua jenis hubungan tersebut membuat kita merasa tidak bahagia, maka sebaiknya segera dicari tahu apa masalahnya dan bagaimana cara memperbaikinya. Baik hubungan romantis dan persahabatan sama-sama memiliki peran khas yang tidak bisa saling menggantikan, dan diperlukan kehadirannya dalam kehidupan seseorang,” tutup Naima.

Baca juga artikel terkait LYFE atau tulisan lainnya dari Nayu Novita

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Nayu Novita
Penulis: Nayu Novita
Editor: Sekar Kinasih