Menuju konten utama
Geografi

Perbedaan Teori Tempat Sentral dan Kutub Pertumbuhan

Berikut ini penjelasan tentang perbedaan teori tempat sentral dan kutub pertumbuhan.

Perbedaan Teori Tempat Sentral dan Kutub Pertumbuhan
Ilustrasi Bola dunia. FOTO/IStockphoto

tirto.id - Teori tempat sentral dan teori kutub pertumbuhan merupakan dua teori yang menjelaskan tentang perkembangan wilayah. Kedua teori ini sering dilibatkan dalam pembahasan spasial dan perkembangan wilayah.

Kendati demikian, teori tempat sentral dan teori kutub pertumbuhan adalah dua teori yang berbeda. Perbedaan teori tempat sentral dan kutub pertumbuhan berasal dari fokus konsepnya dan konteksnya.

Sebelum mengenal lebih lanjut terkait perbedaan antara teori tempat sentral dan kutub pertumbuhan, ada baiknya memahami kedua teori dan karakteristiknya.

Teori Tempat Sentral Walter Christaller

Teori tempat sentral dicetuskan oleh ilmuwan asal Jerman bernama Walter Christaller. Teori tempat sentral juga dikenal dengan nama teori lokasi sentral atau central place theory.

Menurut Hartono dalam Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta (2007) teori tempat sentral dicetuskan untuk mengidentifikasi hal-hal yang menentukan jumlah, besar, dan penyebaran kota dalam lingkungan.

Menurut Christaller, kota sentral yang dimaksud dalam teorinya adalah pusat penghubung sektor perdagangan ke wilayah-wilayah lain. Setiap wilayah industri bisa menjadi pusat pertumbuhan dan memengaruhi kemajuan di wilayah lain.

Suatu daerah dapat menjadi tempat sentral apabila memenuhi beberapa persyaratan. Nana Supriatna dalam IPS Terpadu (2006) berikut beberapa persyaratan tempat sentral sesuai teori Walter Christaller:

    • wilayah memiliki aksesibiitas yang tinggi atau mudah dijangkau oleh penduduk dari wilayah-wilayah sekitarnya;
    • wilayah memiliki komplementer atau barang dan komoditas yang beraneka ragam sesuai kebutuhan masyarakatnya;
    • harga barang-barang di wilayah sesuai dengan daya beli masyarakat;
    • wilayah memberikan peluang kepada masyarakat untuk menjadi produsen, bukan hanya konsumen;
    • wilayah memiliki sarana dan prasarana yang mendukung aktivitas penghuninya.

Teori Kutub Pertumbuhan Francois Perroux

Teori kutub pertumbuhan atau the growth pole theory adalah teori yang dicetuskan oleh Francois Perroux pada 1955.

Menurut Budi Handoyo dalam Geografi (2022), teori ini menjelaskan bahwa pertumbuhan atau pembangunan tidak dilakukan di seluruh ruang wilayah.

Menurut Perroux, pertumbuhan suatu wilayah terbatas dan hanya terjadi di lokasi-lokasi tertentu yang yang dianggap sebagai kutub pertumbuhan. Lokasi yang menjadi kutub pertumbuhan memiliki konsentrasi aktivitas yang lebih tinggi.

Aktivitas masyarakat tinggi di suatu kutub pertumbuhan diharapkan bisa memberi pengaruh positif pada wilayah lainnya. Teori kutub pertumbuhan juga membahas soal adanya hierarki ekonomi terhadap wilayah-wilayah lain.

Suatu daerah bisa dijadikan kutub pertumbuhan jika memenuhi beberapa karakteristik. Masih menurut Handoyo, berikut karakteristik wilayah kutub pertumbuhan sesuai dengan teori Francois Perroux:

    • wilayah memiliki sektor kegiatan ekonomi yang saling berhubungan;
    • wilayah memiliki sektor yang saling terkait sehingga menciptakan efek pengganda dan berpengaruh pada kehidupan masyarakatnya;
    • wilayah mengalami konsentrasi geografis, di mana sumber daya alam dan sumber daya manusia terpusat di satu wilayah;
    • wilayah menjadi pendorong kemajuan daerah penyangga di sekitarnya.

Perbedaan Teori Tempat Sentral dan Kutub Pertumbuhan

Teori tempat sentral dan kutub pertumbuhan adalah dua teori yang berbeda meskipun sama-sama menjelaskan tentang pertumbuhan wilayah.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perbedaan paling mencolok antara kedua teori adalah dari fokus pembahasan, wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan, dan konteks geografi yang digunakan.

Berikut perbedaan antara teori tempat sentral dan kutub pertumbuhan:

1. Fokus pembahasan:

    • Teori tempat sentral berfokus pada distribusi geografis tempat sentral.
    • Teori kutub pertumbuhan berfokus pada pusat penggerak pertumbuhan ekonomi di wilayah tertentu.
2. Wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan:

    • Wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan pada teori tempat sentral adalah wilayah industri.
    • Wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan adalah wilayah-wilayah khusus yang memiliki sumber daya alam melimpah.
3. Konteks geografi:

    • Teori tempat sentral lebih sering diterapkan dalam konteks geografi dan perencanaan ruang fisik.
    • Teori kutub pertumbuhan lebih umum digunakan dalam analisis ekonomi regional dan perkembangan wilayah.

Baca juga artikel terkait GEOGRAFI atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Pendidikan
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Dhita Koesno