tirto.id - Perang antara Rusia dan Ukraina sudah memasuki 43 hari. Berdasarkan berita terbaru, Walikota Mariupol, Vadym Boichenko mengklaim, lebih dari 5.000 warga sipil, termasuk 210 anak-anak telah tewas sejak Rusia mulai menginvasi Ukraina.
Seperti dilaporkan The Guardian, Boichenko mengatakan, 90 persen dari infrastruktur kota Mariupol telah hancur. Bahkan, menurut klaimnya, pasukan Rusia menargetkan sebauh rumah sakit di mana 50 orang dibakar sampai mati.
Serangan Rusia juga menghalangi akses pemberian makanan dan persediaan logistik, bahkan Palang Merah tidak berhasil masuk.
Pentagon mengatakan, Amerika Serikat sedang melatih tentara Ukraina untuk mengoperasikan drone mematikan yang dipasok Washington ke Kyiv. Di sisi lain, Inggris juga sedang menyusun rencana untuk mengirimkan bantuan ke Ukraina berupa kendaraan lapis baja.
Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menuding pasukan Rusia telah berusaha menutupi bukti kekejaman mereka di Ukraina, namun Zelenskiy tidak bisa memberikan bukti.
"Kami memiliki informasi bahwa militer Rusia telah mengubah taktiknya dan berusaha menyingkirkan orang-orang yang terbunuh dari jalan-jalan dan ruang bawah tanah ... ini hanya upaya untuk menyembunyikan bukti dan tidak lebih," katanya.
Militer Rusia juga dilaporkan telah mengalihkan fokusnya ke timur Ukraina. Hal itu membuat otoritas Ukraina di Luhansk dan Donetsk memperingatkan warga sipil untuk melarikan diri secepat mungkin.
Di sisi lain, menurut laporan Al Jazeera, kementerian pertahanan Ukraina mengumumkan, situasi kemanusian di kota Mariupol semakin memburuk. “Sebagian besar dari 160.000 penduduk yang tersisa tidak memiliki penerangan, komunikasi, obat-obatan, pemanas, atau air."
Penyebab memburuknya situasi kemanusiaan itu, kata kementerian, karena pasukan Rusia mencegah akses kemanusiaan.
Pernyataan berbeda disampaikan kementerain pertahanan Rusia. Menurut kementerian, tentara Rusia justru akan "membebaskan" Mariupol dari "nasionalis" Ukraina.
Pihak berwenang di wilayah timur Ukraina, Luhansk, telah mendesak warga untuk keluar "selagi aman" melalui lima "koridor kemanusiaan".
Menurut organisasi hak asasi manusia Ukraina, kemungkinan besar ada sekitar 150 sampai 300 mayat yang berada di kuburan massal sebuah gereja di Bucha. Ukraina menuduh tentara Rusia telah membantai warga sipil.
Sedangkan Rusia mengatakan, tuduhan yang dilancarkan Ukraina itu adalah bentuk "pemalsuan mengerikan" yang bertujuan merendahkan tentara Rusia. Duta Besar Rusia untuk PBB juga mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa pasukan Rusia tidak menargetkan warga sipil.
Editor: Iswara N Raditya