tirto.id - Perang antara Rusia dan Ukraina sudah memasuki hari ke-42. Menurut berita terbaru, pertempuran sengit dan serangan udara Rusia terus berlanjut di kota Mariupol, Ukraina. Hal itu disampaikan intelijen militer Inggris.
Al Jazeera melaporkan, kementerian pertahanan Ukraina mengatakan, situasi kemanusian di kota Mariupol semakin memburuk. Bahkan, kata dia, “sebagian besar dari 160.000 penduduk yang tersisa tidak memiliki penerangan, komunikasi, obat-obatan, pemanas, atau air."
Kementerian mengatakan, pasukan Rusia juga mencegah akses kemanusiaan dan kemungkinan akan menekan para pembela HAM untuk menyerah.
Di sisi lain, kementerain pertahanan Rusia mengatakan, tentaranya akan "membebaskan" Mariupol dari "nasionalis" Ukraina.
Pihak berwenang di wilayah timur Ukraina, Luhansk, telah mendesak warga untuk keluar "selagi aman" melalui lima "koridor kemanusiaan".
Menurut organisasi hak asasi manusia Ukraina, kemungkinan besar ada sekitar 150 sampai 300 mayat yang berada di kuburan massal sebuah gereja di Bucha. Ukraina menuduh tentara Rusia telah membantai warga sipil.
Sedangkan Rusia mengatakan, tuduhan yang dilancarkan Ukraina itu adalah bentuk "pemalsuan mengerikan" yang bertujuan merendahkan tentara Rusia.
Duta Besar Rusia untuk PBB juga mengatakan kepada Dewan Keamanan bahwa pasukan Rusia tidak menargetkan warga sipil.
Di sisi lain, diberitakan The Guardian, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan, kekejaman di kota Bucha adalah “hanya satu dari banyak contoh dari apa yang telah dilakukan penjajah di tanah kami selama 41 hari terakhir.”
Zelenskiy menambahkan, masih banyak lagi yang belum diketahui dunia tentang “Rusia yang ingin mengubah Ukraina menjadi budak diam.”
Menurut Walikota Bucha, Anatoliy Fedoruk, warga yang terlantar tidak boleh kembali ke rumah mereka karena masih ada ranjau di daerah itu setelah pasukan Rusia mundur dari kota itu. Fedoruk mengatakan, sekitar 3.700 warga sipil telah tinggal di Bucha.
Sedangkan Zelenskiy mengaku sudah melaporkan kepada dewan keamanan PBB tentang kekejaman Rusia di negaranya. Dengan tegas, Zelensiy menuntut para pemimpin Rusia "diadili atas kejahatan perang".
Zelenskiy menyerukan pengadilan internasional yang serupa dengan pengadilan Nazi di Nuremberg setelah perang dunia kedua.
Editor: Iswara N Raditya