tirto.id - Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi menunggu laporan Federal Aviation Administration (FAA), regulator penerbangan sipil Amerika Serikat, soal penyebab kecelakaan pesawat Boeing 737 MAX 8 yang dioperasikan Lion Air dengan kode PK-LQP.
"Kami lebih cenderung rekomendasi yang diberikan Boeing dan FAA," kata Budi Karya ditemui di kantor Kementerian Perhubungan, Kamis (21/3/2019).
Beredar luas melalui publikasi Reutersterkait isi rekaman kokpit JT610. Pilot Lion Air PK-LQP itu, sempat membuka buku panduan untuk mencari tahu langkah yang bisa diambil untuk mengendalikan pesawat.
Mereka ingin mencari tahu penyebab moncong pesawat yang dikemudikannya meluncur ke bawah, namun para pilot tak menemukan penyebabnya dalam buku panduan.
Dalam rekaman tersebut juga diketahui sistem komputer pesawat mengalami gangguan dan membuat moncong pesawat tetap menukik ke bawah meski pilot sudah berusaha mengendalikan tuas agar pesawat kembali terbang ke atas namun gagal dan tetap menukik.
Budi telah mengetahui laporan media internasional. Namun, ia belum akan mengambil tindakan lebih lanjut lantaran masih menunggu laporan resmi FAA.
Menurut Budi, FAA lebih kompeten untuk menyampaikan hasil investigasi tersebut dan bisa lebih dipertanggungjawabkan sebagai rukukan pengambilan keputusan.
"Itu [laporan Reuters] sebagai referensi aja. Kalau FAA dan Boeing itu sebagai sandaran, karena barang yang kita gunakan ini milik Boeing dan di bawah cover oleh FAA," ungkap dia.
Komite Nasional Keselamatan Transportrasi (KNKT) bersikap terkait isi rekaman suara dalam kokpit atau cockpit voice recorder (CVR) PK-LQP yang dioperasikan Lion Air.
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono mengatakan, isi rekaman CVR tidak sama dengan berita di media inetrnasional, Reuters.
Menurut KNKT, lanjut dia, isi berita itu adalah opini seseorang atau beberapa orang yang kemudian dibuat seolah-olah seperti isi CVR.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali