Menuju konten utama

Joshua Dean, Pelapor Kasus Boeing Meninggal Dunia

Pelapor kasus pelanggaran perusahaan produsen pesawat Boeing, Joshua Dean, meninggal dunia secara mendadak. Apa penyebabnya?

Joshua Dean, Pelapor Kasus Boeing Meninggal Dunia
Foto udara pesawat Boeing 737 MAX yang tidak terbang terlihat terparkir di Boeing Field di Seattle, Washington, Amerika Serikat, Senin (1/7/2019). Foto diambil tanggal 1 Juli 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Lindsey Wasson/File Photo/wsj/cfo

tirto.id - Joshua Dean, pelapor Boeing yang menuduh adanya pelanggaran berat di perusahaan produsen pesawat asal Amerika Serikat itu, dikabarkan meninggal dunia. Kematian Joshua Dean tak lama setelah dirinya dinyatakan menderita sakit.

Joshua Dean meninggal dalam usia 45 tahun. Sebelumnya, Dean tiba-tiba merasa kesulitan bernapas dan dirawat di rumah sakit. Setelah 2 minggu dirawat usai dinyatakan pneumonia dan infeksi serius, Dean mengembuskan napas terakhirnya pada Selasa (30/4/2024).

“Dia meninggal dunia kemarin pagi, dan ketidakhadirannya akan sangat terasa. Kami akan selalu mencintaimu Josh,” ucap bibi Dean, Carol Dean Parsons, dikutip dari The Guardian.

Siapa Joshua Dean dan Apa Kaitannya dengan Boeing?

Dean merupakan mantan auditor kualitas di Boeing Spirit AeroSystems. Namanya mencuat saat Dean mengajukan pengaduan ke Federal Aviation Administration (FAA).

Dalam pengaduan itu, Joshua Dean menuduh adanya cacat produksi pesawat Boeing 737 MAX. Sebelum kasus tersebut mengemuka, Dean dipecat oleh Boeing Spirit AeroSystems tahun lalu.

Dean kemudian mengadu ke Departemen Tenaga Kerja bahwa pemecatannya adalah balasan atas meningkatnya masalah keselamatan di perusahaan Boeing. Tuduhan Dean ke FAA menyatakan bahwa Boeing melakukan pelanggaran serius dan kotor yang dilakukan oleh manajemen kualitas senior di lini produksi 737.

Kematian Joshua Dean hanya berselang sekitar 1 bulan setelah John “Mitch” Barnett (62 tahun) ditemukan tewas bulan Maret lalu. Barnett diduga meninggal karena menembak dirinya sendiri.

Sama seperti Joshua Dean, John Barnett juga termasuk pelapor yang menuntut Boeing usai menerima balasan karena mengungkap kecacatan pada hasil produksi perusahaan tersebut. Barnett telah bekerja di Boeing selama hampir 3 dekade.

Pada 2019 silam, John Barnett menyatakan bahwa dirinya menemukan serpihan logam yang tergantung pada kabel kendali penerbangan. Temuan itu berpotensi menyebabkan kerusakan jika serpihan itu menembus kabel.

Barnet mengaku bahwa manajemen perusahaan mengabaikan keluhannya. Ia lantas dipindahkan ke bagian lain pabrik. Sam Salepour, pelapor Boeing lainnya, juga mengatakan tiadanya budaya keselamatan di Boeing.

Kepada Kongres, Sam Salehpour menuduh bahwa Boeing akan mengancam karyawan yang berani menyuarakan kekhawatiran di perusahaan. Salehpour juga mengaku takut terhadap potensi kekerasan fisik yang bisa diterimanya usai mengungkap hal tersebut.

Boeing memang sempat disorot setelah dua pesawat model 737 Max mengalami kecelakaan fatal pada 2018 dan 2019. Kedua peristiwa itu terjadi tidak kurang dari 5 bulan. Kejadian pertama berlangsung pada 29 Oktober 2018 saat Lion Air jatuh di Laut Jawa, Indonesia dan menyebabkan 189 orang di pesawat tersebut tewas.

Pada 10 Maret 2019, sebuah penerbangan Ethiopian Airlines juga mengalami kecelakaan tragis 6 menit usai lepas landas dari Ethiopia ke Nairobi, Kenya. Pesawat terjatuh dan membuat 157 penumpang beserta awak meninggal dunia.

Memasuki Januari 2024 lalu, Spirit AeroSystems kembali disorot. Hal ini dipicu oleh meledaknya panel pintu pada pesawat model 737 MAX 9. Kasus tersebut merupakan kasus terbaru Boeing yang menyangkut standar keselamatan produk-produk mereka.

Baca juga artikel terkait URGENT atau tulisan lainnya dari Ahmad Yasin

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ahmad Yasin
Penulis: Ahmad Yasin
Editor: Addi M Idhom