tirto.id - PT Garuda Indonesia mencatatkan rugi senilai 712 juta dolar AS pada laporan keuangan semester I 2020. Kerugian itu setara Rp10,34 triliun dengan asumsi kurs Rp14.500 per dolar AS. Kinerja ini memburuk dari kuartal I 2020 yang mencapai kerugian 120,1 juta dolar AS.
Kinerja keuangan Garuda pada semester I 2020 ini lebih buruk dari periode yang sama di tahun 2019. Saat itu, Garuda masih mencatatkan laba 24,11 juta dolar AS atau setara Rp349 miliar dengan asumsi kurs Rp14.500 per dolar AS.
Kerugian ini berasal dari capaian pendapatan Garuda yang hanya mencapai 917,28 juta dolar AS setara Rp13,3 triliun. Padahal pada periode yang sama di tahun 2019 Garuda masih mampu memperoleh pendapatan 2,19 miliar dolar AS atau setara Rp31 triliun.
Capaian kinerja ini sejalan dengan anjloknya jumlah penerbangan dan penumpang selama 6 bulan terakhir akibat COVID-19.
Menurut data Kementerian Perhubungan (Kemenhub) jumlah penumpang Garuda Indonesia terus turun. Pada Februari 2020 jumlahnya turun 9,65 persen dari 1,1 juta penumpang di Januari 2020 menjadi 994.400 penumpang.
Lalu pada Maret 2020 turun lagi 39,67 persen menjadi 599.885 penumpang. April 2020 terus anjlok 90,88 persen menjadi 54.737 penumpang.
Penurunan terburuk terjadi pada Mei 2020 sehingga jumlahnya tersisa 24.794 penumpang. Turun 54,70 persen dari bulan sebelumnya.
Pada Juni 2020 jumlah penumpang maskapai nasional mulai membaik. Angkanya mencapai 711.955 penumpang, membaik dari Mei 2020 78.341 penumpang. Meski demikian angka ini masih lebih buruk dari April 2020 yang totalnya mencapai 965.590 penumpang, apalagi Maret 2020 senilai 5 juta penumpang.
Imbas penurunan kinerja ini, manajemen pun sempat melakukan langkah efisiensi. Garuda memotong gaji dan tak memperpanjang kontrak atau PHK sejumlah karyawan kontrak.
“Pertama yang kita lakukan itu di level direksi dan komisaris. Jadi mungkin bisa tahu, Garuda itu satu-satunya BUMN yang potong gaji. Saya enggak tahu kok BUMN yang lain belum mengikuti,” jelas dia dalam acara diskusi virtual, Jumat, (24/7/2020).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan