tirto.id - Determinisme dan posibilisme dalam paham geografi berkaitan dengan cara manusia berinteraksi dengan alam yang akhirnya melahirkan bermacam-macam budaya. Bagaimana definisi pandangan determinisme lingkungan dan posibilisme, perbedaan, dan contohnya?
Kita dapat meringkas determinisme lingkungan sebagai faktor pembentuk budaya berdasarkan kondisi alam. Oleh sebab itu, determinisme menyajikan rincian bagaimana budaya bisa terbentuk sesuai keadaan lingkungan suatu komunitas.
Sementara posibilisme murni kreativitas manusia, baik secara ide maupun kebudayaan. Dengan kata lain, posibilisme lebih melihat manusia berinovasi dalam proses pembangunan budaya maupun rencana hidupnya.
Definisi Determinisme dan Posibilisme
Determinisme adalah pandangan yang mengklaim bahwa semua kejadian serta tindakan di permukaan bumi terjadi di luar kemauan. Lebih dari itu, tindakan dan kejadian tersebut didasarkan sesuai hukum sebab-akibat dari peristiwa masa lalu.
Oleh karena itu, manusia sebagai makhluk hidup di atas bumi juga menjadi bagian dari teori ini. Perjalanan hidup mereka, termasuk kebudayaan, didasarkan pada kekuatan di luar kehendak dan keinginannya.
Contohnya alam, kekuatan ini memberikan dampak yang cukup besar secara positif maupun negatif kepada manusia. Menurut Frederich Ratzel, seorang ilmuwan Jerman, manusia bergantung besar pada kondisi alamnya.
Berkebalikan dengan determinisme, posibilisme adalah pandangan yang lebih mengedepankan prinsip keseimbangan. Konsep sebelumnya ditentang dengan pandangan bahwa manusia bisa ikut andil berinovasi dan menentukan kehendak.
Jadi, posibilisme dapat diartikan sebagai pandangan yang menyatakan bahwa lingkungan fisik atau alam bukanlah faktor penentu, tetapi memberikan kemungkinan atau peluang yang memengaruhi manusia untuk beradaptasi dan membuat pilihan berdasarkan kreativitas, teknologi, atau budaya mereka.
Teori ini disampaikan oleh Paul Vidal de la Blache, ahli geografi kelahiran Prancis. Tokoh ini mendeskripsikan lingkungan yang terbatas oleh determinisme juga mendapatkan pengaruh dari kondisi sosial.
Contoh Determinisme dan Posibilisme
Contoh paham geografi determinisme dan posibilisme dapat dilihat dari berbagai aktivitas maupun kebudayaan manusia. Contoh determinisme yang paling sederhana adalah ketika penduduk di daerah kutub memakai baju tebal.
Berdasarkan cara berpakaian tersebut, mereka menggunakan baju tebal lantaran wilayah tempat tinggalnya memiliki suhu dingin yang ekstrem. Bisa dibayangkan, seandainya tidak memakai baju tebal, mereka pasti akan merasakan suhu yang tak dapat diterima oleh tubuh.
Sebaliknya, masyarakat yang tinggal di negara-negara beriklim panas seperti Timur Tengah atau Asia akan memakai pakaian yang cenderung tipis. Penggunaan baju tipis ini bertujuan untuk mengurangi suhu panas tubuh.
Adapun contoh posibilisme dapat dilihat dari berbagai tindakan manusia atas kondisi alam yang mereka hadapi. Sebagai contoh, terdapat sebuah pemukiman warga yang lokasinya berada di area yang rawan longsor.
Manusia atau warga pemukiman tersebut bisa menentukan respon terhadap kondisi alam itu melalui sejumlah opsi. Opsi pertama adalah pergi dari daerah tersebut dan mencari lokasi tempat tinggal yang lebih layak untuk dihuni.
Opsi kedua, manusia tetap tinggal di lokasi tersebut, tapi melakukan berbagai upaya untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, misalnya melakukan aksi tanam pohon atau membuat sengkedan untuk mencegah erosi. Dengan konsep kehendak bebas itu, manusia pun bisa berinovasi untuk menyelesaikan masalah lingkungan.
Apa Perbedaan Determinisme dengan Posibilisme?
Pandangan determinisme dan posibilisme ikut serta dalam membentuk berbagai kebudayaan di Indonesia maupun negara lain. Berdasarkan pengertian dan sejumlah contoh di atas, kita dapat meringkas perbedaan determinisme dengan posibilisme melalui empat poin berikut.
1. Perbedaan Determinisme dan Posibilisme secara Pandangan
Dinukil dari UIN Jakarta, ada paham determinisme kausal yang menyebutkan tentang peristiwa dalam suatu paradigma yang terhubung dengan kausalitas. Oleh sebab itu, tindakan yang dilakukan manusia terjadi akibat aktivitas sebelumnya.Adapun posibilisme yang berkaitan dengan paham geografi mengemukakan pandangan tentang manusia yang berinovasi. Kendati manusia sudah terpengaruh oleh akses dan kondisi alam, mereka bisa mencari solusi sendiri atas kejadian berikutnya.
2. Perbedaan Determinisme dan Posibilisme secara Kehendak
Mengutip laman Britannica, determinisme menawarkan konsep bahwa manusia tidak bisa berlaku sebebas-bebasnya untuk menentukan kehidupan. Bahkan, ada para penganut determinisme kuat, disebut determinis akut, yang menyebutkan bahwa kehendak adalah ilusi semata.Pandangan tentang kebebasan itu ditentang oleh teori posibilisme, yakni manusia diklaim bisa memberikan ide mereka tersendiri sebagai bentuk kehendak bebas. Misalnya, rencana pembangunan tempat tinggal di suatu wilayah, di mana manusia berperan aktif dalam menentukan pilihan hidupnya.
3. Perbedaan Determinisme dan Posibilisme dalam Proses Pembentukan Budaya
Konsep budaya sendiri merupakan aturan, tata cara hidup, nilai, norma, dan berbagai hal yang menjadi aturan tak tertulis suatu komunitas masyarakat. Beberapa budaya di antaranya terbentuk sesuai kondisi lingkungan masing-masing, disebut sebagai budaya hasil determinisme.Namun demikian, manusia juga bisa berinovasi dalam pembentukan budaya maupun ide terhadap lingkungan mereka. Kebudayaan yang telah dibuat lewat kondisi alam masa lampau yang dirasa tidak sesuai, bisa saja dihilangkan.
4. Perbedaan Determinisme dan Posibilisme dalam Hal Dampak
Setiap pandangan punya pengaruh positif maupun negatif terhadap manusia atau lingkungan sekitarnya. Pada determinisme, terjadi pembatasan kreativitas dan inovasi, manusia pun sangat bergantung pada alam sehingga kemajuannya pun bisa terhambat.Sementara pada posibilisme, dampak yang terjadi meliputi perkembangan teknologi dan budaya karena tidak ada pembatasan pada kreativitas manusia. Namun, posibilisme juga menimbulkan dampak negatif seperti eksploitasi lingkungan hingga masalah sosial.
Konsep determinisme dan posibilisme memberikan pandangan yang saling melengkapi dalam kehidupan. Kedua pendekatan ini mengingatkan kita bahwa meskipun lingkungan menyediakan batasan tertentu, kreativitas dan teknologi manusia dapat membuka peluang yang lebih luas untuk mendukung kehidupan.
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani