Menuju konten utama

Pengaruh Dukungan Kepala Daerah di Pilpres Belum Tentu Signifikan

Pakar dari CSIS menilai dukungan para kepala daerah terhadap kandidat tertentu di Pilpres 2019 belum tentu membawa dampak signifikan.

Pengaruh Dukungan Kepala Daerah di Pilpres Belum Tentu Signifikan
Direktur Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Philips Vermonte. Doc. IDEA.

tirto.id - Dukungan para kepala daerah terhadap calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) diprediksi memang akan membawa pengaruh terhadap hasil Pilpres 2019.

Namun, Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J. Vermonte menilai dukungan para kepala daerah tersebut belum tentu akan berpengaruh signifikan.

"Hubungan itu [dukungan kepala daerah terhadap capres] ada tetapi belum telalu kuat terlihat karena calonnya belum definitif. Memang yang definitif [nama capres] itu baru Pak Jokowi, calon yang lain belum, maka mungkin benefitnya terlihat di Pak Jokowi," ujar Philips di kantor Saiful Muzani Research and Consulting (SMRC), Jakarta, Selasa (3/7/2018).

Jokowi disebut akan mendapat dukungan terbesar di sejumlah provinsi bila Pilpres dilakukan saat pilkada 2018 berlangsung. Jokowi hanya akan menderita kekalahan di Jawa Barat seandainya pemilu berlangsung 27 Juni lalu.

Berdasarkan hasil survei exit poll SMRC saat pilkada 2018, ditemukan fakta dukungan terhadap Jokowi lebih tinggi dibanding Prabowo Subianto pada 5 provinsi besar. Lima provinsi itu adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Barat.

Menurut Philips, pada Pilpres nanti pemilih akan lebih melihat sosok capres dibanding deretan parpol pengusungnya. Karena itu, perubahan elektabilitas seorang capres masih mungkin terjadi selama masa kampanye belum dimulai dan berakhir.

"Mungkin nanti ada efek kampanye. Kita kan masih menunggu sampai Agustus nih negosiasi partai, mungkin koalisinya [untuk pilpres] akan berubah," ujar Philips.

Hasil survei exit poll SMRC mencatat, di Jawa Tengah, elektabilitas Jokowi mencapai 73,1 persen seandainya Pilpres diadakan pada 27 Juni lalu. Angka itu jauh di atas Prabowo yang mendapat dukungan 19,7 persen di provinsi basis pendukung PDIP tersebut.

Di Jawa Timur, elektabilitas Jokowi mencapai 64,2 persen. Tingkat keterpilihannya juga jauh lebih tinggi dibanding Prabowo, yakni 28,3 persen.

Keunggulan Jokowi atas Prabowo juga terjadi di Sumatera Utara. Elektabilitas sang petahana mencapai 52,8 persen, sementara Prabowo 40,4 persen.

Di Sulawesi Selatan, Jokowi kembali unggul dengan elektabilitas 50 persen. Sementara elektabilitas Prabowo di daerah itu hanya 38,4 persen.

Jokowi juga unggul di Kalimantan Barat dengan dukungan 58,4 persen responden. Ia unggul dari Prabowo yang mendapat 35 persen.

Elektabilitas Prabowo hanya unggul dari Jokowi di Jawa Barat. Di provinsi itu, Prabowo didukung 51,2 persen responden, sementara Jokowi mendapat 40,3 persen dukungan.

Survei exit poll SMRC dilakukan saat Pilkada 2018 berlangsung dan melibatkan 1.580 responden di Jawa Barat, 1.176 di Jawa Tengah, 1.436 di Jawa Timur, 1.003 di Sumut, 574 di Kalimantan Barat dan 1.053 di Sulsel.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Politik
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Addi M Idhom