tirto.id - Penerbit Yudhistira Ghalia Indonesia (YGI) yang mengeluarkan buku Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) anak Sekolah Dasar (SD) dan menulis Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel akan menarik produknya dari pasar. Penarikan juga akan dilakukan terhadap buku-buku yang sudah dipegang siswa SD.
Wakil Kepala Penerbitan Yudhistira Djadja Subagdja berkata, perusahaannya akan mengganti buku yang ditarik dengan terbitan baru. Dalam terbitan baru, Ibu Kota Israel telah diubah mengganti Tel-Aviv dan Palestina ditulis memiliki Ibu Kota di Yerusalem.
"Ini kesalahan mengutip dan kami sudah mencetak bukunya, kemudian Insya Allah nanti kami sampaikan pada siswa dan yang lama ditarik, diganti baru," ujar Djadja di Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (18/12/2017).
Kepala Penerbit Yudhistira Ghalia Indonesia (YGI) Dedi Hidayat sebelumnya mengatakan, data yang digunakan dalam buku tersebut memang tidak akurat. Dedi mengaku Yudhistira mengambil data dari world population data sheet tahun 2010.
Djadja berkata, penarikan buku dari sekolah dan pasar akan terhambat penyelenggaraan ujian dan libur akhir tahun. Ia menargetkan penggantian buku selesai paling lambat akhir semester I 2018.
"Itu buku lama, berdasarkan KTSP [Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan] 2006, diterbitkan pertama 2010. Penarikannya melalui tim marketing, nanti melalui tangan-tangan mereka juga kami ada beberapa cabang di provinsi. Sementara yang kami cetak masih berkisar di angka lima ribu eksemplar," katanya.
Buku ini menjadi polemik setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mendukung pemindahan Ibu Kota Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Pemindahan ini dikecam beberapa negara termasuk Indonesia. Presiden Joko Widodo menyebut, Amerika Serikat banyak melanggar resolusi PBB, Jokowi pun meminta Amerika mempertimbangkan kembali dukungannya terhadap Israel.
Saat isu pemindahan ini ramai dibicarakan, Partai Keadilan Sejahtera Kepulauan Riau menemukan penulisan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel dalam buku pelajaran yang diterbitkan PT YGI pada Selasa, 12 Desember 2017.
Polemik bergulir dan PT YGI mendapat banyak cibiran dan desakan buat segera menarik buku-buku tersebut. Belakangan, Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Kapuskurbuk) Kemendikbud mendapati ada kesalahan prosedur dari PT YGI dalam penerbitan buku ini.
Pada kesempatan serupa, Ketua KPAI Susanto berkata bahwa tindakan KPAI memanggil penerbit buku yang salah memberi informasi sebenarnya sudah sering dilakukan. Menurutnya, kesalahan informasi dalam buku pelajaran harus dipertanggungjawabkan penerbit.
"Dulu kami pernah panggil penerbit terkait dengan buku yang tak senapas dengan perlindungan anak, kekerasan, radikalisme, itu kami panggil semua. Buku ini bukan semata-mata salah tulisnya, tapi pertanggungjawaban ilmiah dan informasi terbaik buat anak-anak kita," kata Susanto.
Buku terbitan Yudhistira tersebut diakui Djadja belum melalui proses penilaian buku di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
"Yudhistira juga sudah mengaku akan menarik buku dan yang sudah di sekolah ditawarkan dua cara: apakah buku diganti yang baru atau disisipkan tambahan data. Tapi betul, (buku) ini belum melalui proses penilaian perbukuan oleh Kemdikbud," kata Djadja.
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Mufti Sholih