tirto.id - Ulin Yusron, pesohor di Twitter, meminta warganet tak lagi membagikan unggahan dari akun Nurhadi-Aldo. Menurut Ulin, akun dagelan itu sedang mengampanyekan gerakan tak memilih pasangan calon presiden alias golongan putih (golput) pada Pemilu 2019.
Tudingan itu dilayangkan Ulin dalam akun twitternya.
“Ternyata Nurhadi Aldo dan tim tengah bekerja untuk mengajak golput. Mulai sekarang berhenti share, retwet, regran, copas konten mereka. Beritahu semua netizen yuk,” tulis Ulin.
Kekhawatiran soal golput ini juga dikemukakan Arya Sinulingga, juru bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf. Menurut Arya, apa yang disampaikan Ulin untuk menghentikan warganet membagikan unggahan akun Nurhadi-Aldo adalah tindakan yang benar.
"Sayang bagi bangsa ini kalau ada golput seperti itu. Jadi kalau hal yang dilakukan Ulin Yusron itu bener, sangat disayangkan lah yang golput gitu," kata Arya kepada reporter Tirto, Ahad (13/1/2019).
Namun, kekhawatiran Ulin dan Arya ini dinilai berlebihan oleh Andre Rosiade, juru bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Bagi Andre, akun Nurhadi-Aldo sebatas kritik sosial.
Keberadaan akun yang menyingkat namanya Dildo ini, dinilai Andre tak bakal meningkatkan angka golput.
“Itu, kan, sebagai masukan. Yang jelas kami optimistis, insya Allah masyarakat akan seperti tsunami memilih Prabowo-Sandi,” kata Andre kepada reporter Tirto, Ahad (13/1/2019).
Angka Golput di Indonesia
Kekhawatiran kubu Jokowi terhadap golput sebenarnya tak hanya kali ini saja. Pada Agustus 2018, kubu petahana juga sempat membuat narasi serupa.
Kala itu muncul ajakan absen memilih dari para pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di media sosial. Para pendukung Ahok merasa kecewa dengan sikap Jokowi yang memilih Ma’ruf Amin sebagai cawapres, lantaran Ma’ruf adalah otak di balik fatwa terhadap Ahok.
Para pendukung Jokowi pun kemudian membangun narasi golput bisa merugikan kondisi Indonesia dan membandingkannya dengan Amerika Serikat yang dipimpin Donald Trump.
Merujuk data pemilu sebelumnya, jumlah orang yang memilih tak menyalurkan suara dalam pemilu mencapai 10 hingga 30 persen pada setiap pemilu.
Angka golput terendah terjadi pada 1999. Saat itu, partisipasi pemilih mencapai 90 persen. Namun pada pemilu setelahnya, jumlah pemilih yang golput kembali naik hingga lebih dari 15 persen dari jumlah pemilih pemilu legislatif maupun eksekutif.
Ini seperti terjadi pada Pileg 2004 yang mencatat angka golput mencapai 15,9 persen. Angka ini bahkan naik hingga 23,4 persen pada putaran kedua Pilpres 2004.
Kondisi serupa terjadi pada Pileg 2009 yang mencatat angka golput hingg 29,1 persen. Angka ini sempat menurun pada Pilpres 2009 dengan catatan 28,3 persen.
Penurunan kembali terjadi pada Pileg 2014 yang mencatat angka golput sebesar 24,89 persen. Namun kembali naik hingga 30 persen pada Pilpres 2014. Angka tersebut menjadi yang tertinggi sepanjang perhelatan pemilu pasca-Orde Baru.
Tak Terlalu Berpengaruh
Analis politik sekaligus Direktur Riset Populi Centre Usep S. Ahyar menilai kekhawatiran Ulin tak berdasar. Ini karena pilihan seseorang untuk golput lebih banyak ditentukan cara komunikasi politik masing-masing kubu capres-cawapres yang tidak meyakinkan pemilih.
“Jadi menurut saya, Dildo bukan penentu,” kata Usep kepada reporter Tirto, kemarin.
Yang perlu dikhawatirkan, kata Usep, justru kemampuan tim kampanye untuk membuat konten yang kreatif seperti yang dilakukan akun Dildo. Ini karena akun tersebut dinilai Usep digandrungi para calon pemilih yang belum menentukan sikap dan jumlahnya mencapai 17 hingga 18 persen dari total jumlah pemilih.
"Jadi hanya agak menyulitkan bagi kandidat untuk merayu kelompok ini," kata Usep.
Senada dengan Usep, pengajar ilmu politik dari UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno juga berpendapat unggahan akun Dildo tak akan membawa pengaruh pada golput.
Situasi ini, kata Adi, justru menguntungkan kubu Jokowi-Ma'ruf. Ini karena menurut hasil sejumlah lembaga survei, angka kedipilihan Jokowi masih di atas Prabowo.
“Padahal Prabowo berharap orang yang belum menentukan pilihan itu merapat ke dirinya,” kata Adi kepada reporter Tirto.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Mufti Sholih