tirto.id - Beredar foto dan video Philip Mark Mertens, pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru, yang disandera oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).
Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol Ignatius Benny Ady menyatakan dokumentasi tersebut benar. "Benar. Foto tersebut diduga didokumentasikan setelah insiden pembakaran pesawat Susi Air. Sementara dalam proses identifikasi," ucap dia kepada Tirto, Rabu, 15 Februari 2023.
Dalam foto yang beredar, terlihat Philip mengenakan celana pendek hitam, kaus hitam bertuliskan "Papua Merdeka", jaket jins, dan topi rimba loreng. Ia pun dikelilingi berapa anggota TPNPB yang membawa panah dan senjata api laras panjang, serta terdapat satu bendera Bintang Kejora.
Philip adalah pilot Susi Air jenis Pilatus Porter PC 6/PK-BVY yang hilang kontak di Bandara Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua, pukul 06.17 WIT, Selasa, 7 Februari 2023. Bahkan pesawat itu dibakar oleh kelompok pro kemerdekaan Papua.
Philips berangkat dari Bandara Mozes Kilangin, Kabupaten Mimika, membawa lima penumpang yakni Demanus Gwijangge, Minda Gwijangge, Pelenus Gwijangge, Meita Gwijangge, dan Wetina W.
Pesawat tersebut seharusnya kembali menuju Bandara Mozes Kilangin pada pukul 07.45. Hingga pukul 09.15, pesawat itu tak kembali. Informasi awal yang beredar, 15 pekerja proyek Puskesmas di Kabupaten Nduga, 5 penumpang, dan Philips disandera oleh TPNPB-OPM pimpinan Egianus Kogoya.
Satgas Damai Cartenz pun dikerahkan untuk mencari mereka. Hasilnya, pada 8 Februari, aparat gabungan mengevakuasi 20 orang tersebut menggunakan helikopter.
Kemudian Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom menegaskan pihaknya tidak mau melepaskan si pilot kecuali pemerintah melepaskan Papua dari Indonesia, meminta agar penerbangan masuk ke Kabupaten Nduga mulai sekarang disetop, dan menolak segala macam pembangunan di Nduga.
Alasan lain penyekapan ialah tujuan politik. Mereka menyasar Indonesia dan berharap dunia internasional memahami tujuannya: pelepasan daerah cum "pertanggungjawaban".
"Selandia Baru, Amerika, Uni Eropa, Inggris, Australia, mereka mendukung Indonesia jual senjata kepada tentara dan polisi Indonesia untuk bunuh orang asli Papua selama 61 tahun. Maka mereka harus bertanggung jawab, kami harus duduk bicara. Berunding," tutur Sebby.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Fahreza Rizky