tirto.id - Pemerintah terus mewaspadai potensi dampak ketegangan antara Rusia-Ukraina terhadap neraca perdagangan Indonesia. Secara tren terlihat perdagangan Indonesia ke dua negara tersebut terus mengalami defisit secara beruntun.
"Meskipun dampak langsungnya diperkirakan relatif kecil bagi kinerja perdagangan Indonesia, pemerintah terus memantau potensi dampak ketegangan Rusia-Ukraina," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu di Jakarta, Selasa (17/5/2022)
Ferbrio juga mewaspadai dampak tak langsung dari konflik melibatkan dua negara tersebut, baik terkait pelemahan kinerja ekonomi global maupun lonjakan harga komoditas.
Di sisi lain, ia melihat lonjakan kenaikan harga komoditas, khususnya energi dan pangan, juga akan mendorong kenaikan inflasi di dalam negeri.
"Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga dan kecukupan ketersediaan kebutuhan pangan pokok dan energi, termasuk memberikan bantalan kebijakan berupa bansos minyak goreng untuk kelompok berpendapatan rendah," katanya.
Di satu sisi, kata Febrio, kenaikan harga komoditas global membawa dampak positif pada ekspor Indonesia. Khususnya terkait komoditas energi, mineral dan logam, di mana Indonesia mengekspor dalam jumlah yang besar sehingga menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.
“Menguatnya ekspor diharapkan terus menopang surplus neraca perdagangan sehingga terus memberikan dampak positif bagi aktivitas sektor riil," katanya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono sebelumnya mengakui, konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina berdampak langsung kepada neraca perdagangan Indonesia sampai dengan April 2022. Hal ini terlihat dari tren neraca perdagangan ke masing-masing negara mengalami defisit.
"Di sini memperlihatkan konflik Rusia Ukraina merugikan kita. Terlihat bahwa pada perdagangan 4 bulan terakhir kita defisit kepada kedua negara sementara tahun lalu kita masih dapatkan surplus," kata Margo dalam rilis BPS di Kantornya, Jakarta, Selasa (17/5/2022).
Margo menyebut secara kumulatif Januari - April 2022, Indonesia mengalami defisit perdagangan dengan Rusia sebesar 217 juta dolar AS. Padahal, pada periode sama tahun lalu Indonesia berhasil mencatatkan surplus senilai 48,3 juta dolar AS.
Jika dilihat dari perkembangannya, tren neraca dagang Indonesia-Rusia pada Januari 2022 sempat surplus 11,5 juta dolar AS. Kemudian pada Februari 2022 defisit 7,9 juta dolar AS, dan terbesarnya terjadi di Maret yakni defisit 186 juta dolar AS.
"April defisit berkurang tinggal 34 juta dolar AS," imbuh Margo.
Sementara neraca perdagangan Indonesia ke Ukraina juga mengalami defisit. Secara kumulatif pada Januari - April 2022 Indonesia mengalami defisit mencapai 23,3 juta dolar AS. "Tahun lalu kita surplus 69 juta dolar AS," imbuhnya.
Melihat perkembangan trennya, sejak Januari sampai April 2022 neraca perdagangan Indonesia ke Ukraina terus mengalami defisit. Di mana masing-masing pada Januari 8,9 juta dolar AS, Februari 6,5 juta dolar AS, Maret 6,6 juta dolar AS, dan April 1,3 juta dolar AS.
"Dengan Ukraina perkembangannya dari Januari sampai April kita selalu defisit, tapi menyusut," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Maya Saputri