Menuju konten utama

Pemerintah Tak Ingin Tergesa-gesa Ubah Pandemi ke Endemi

Jokowi tak ingin pengubahan status pandemi ke endemi dilakukan tergesa-gesa.

Pemerintah Tak Ingin Tergesa-gesa Ubah Pandemi ke Endemi
ARSIP FOTO: Tabung tes berlabel "Tes Positif Varian COVID-19 Omicron" terlihat dalam gambar ilustrasi yang diambil Rabu (15/1/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo/WSJ/cfo

tirto.id - Pemerintah tidak ingin tergesa-gesa mengubah status COVID-19 dari pandemi ke endemi. Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo menuturkan, Presiden Jokowi sudah menginstruksikan pengubahan status harus berjalan hati-hati.

"Mengenai perubahan status pandemi menjadi endemi, bapak presiden menekankan kita tidak perlu tergesa-gesa dan memperhatikan aspek kehati-hatian. Presiden tidak mau kita sampai kembali ke situasi pada awal pandemi," ujar Abraham di Gedung Bina Graha, Jakarta, Rabu (2/3/2022).

Abraham mengklaim, pemerintah terus memonitor perkembangan COVID-19 secara detail, baik di Indonesia maupun negara lain. Pemerintah pun kerap berkonsultasi dengan ahli dalam setiap penentuan status pandemi.

"Jika memang data-data ilmiah dan analisa pakar menunjukkan kondisi terus membaik, maka relaksasi juga akan semakin dibuka," tutur dia.

Pemerintah memang menargetkan upaya mengubah strategi dari pandemi menjadi endemi. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bahkan mengakui bahwa pemerintah tengah mengkaji perubahan status setelah dua tahun berhadapan dengan isu COVID.

“Kita sudah siapkan protokolnya, dan memang beberapa arahan dari Bapak Presiden agar dipersiapkan secara hati-hati dan agar perkembangan saintifiknya berimbang dengan situasi sosial dan budaya,” kata Budi saat memberikan keterangan pers hasil rapat terbatas PPKM, Minggu (27/2/2022)

Namun sejumlah pihak, salah satunya epidemiolog masih pesimis untuk melakukan pelonggaran untuk mengarah pada endemi. Hal tersebut terlihat dari banyak aturan PPKM yang dilanggar sehingga memicu kasus baru.

“Saat ini kita lihat di setiap ada libur panjang akan selalu ada penambahan kasus yang cukup signifikan, dan ditambah lagi kesadaran masyarakat untuk tracing juga masih rendah sehingga berbahaya karena bisa menularkan kepada warga sekitar,” kata Ketua Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko Wahyono saat dihubungi reporter Tirto, Selasa (1/3/2022).

Baca juga artikel terkait TRANSISI PANDEMI KE ENDEMI COVID-19 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Fahreza Rizky