tirto.id -
Pemerintah saat ini sedang menyiapkan dana yang dapat dimanfaatkan untuk cadangan minyak strategis dan digunakan apabila sewaktu-waktu ada keadaan darurat yang mendesak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016, beserta kilang minyak untuk cadangan tersebut.
"Cadangan minyak kita sekarang nol, karena itu dibicarakan dalam APBN-Perubahan untuk mulai dialokasikan, berapapun kecilnya," kata Menteri ESDM Sudirman Said seusai rapat koordinasi membahas stabilisasi harga BBM dan elpiji di Jakarta, Kamis, (25/3/2016).
Sudirman menjelaskan cadangan minyak strategis ini tidak akan digunakan untuk konsumsi, dan akan dibeli dari negara-negara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) maupun non-OPEC, dengan ketentuan maupun persyaratan yang fleksibel.
"Kita akan membeli untuk cadangan 15 hari. Ini akan memakan waktu dalam dua atau tiga tahun. Nanti, barangkali kalau empat atau lima tahun, cadangannya mencapai 30 hari. Kita akan dorong agar cadangan nasional kita makin kuat," katanya.
Seiring dengan rencana tersebut, pemerintah juga akan menyiapkan kilang penyimpanan untuk cadangan minyak strategis itu, karena kilang yang ada hanya mampu untuk menyimpan cadangan selama 10 hari.
"Kita punya tangki untuk 10 hari, kalau lebih dari 10 hari, sementara disimpan di tempat di mana minyak itu dibeli, tapi ini tergantung negosiasi," ungkap Sudirman.
Ia memperkirakan pengadaan cadangan minyak selama 15 hari, dalam tiga tahun, membutuhkan anggaran Rp7 triliun-Rp8 triliun per tahun. Namun, ia memahami apabila kemampuan fiskal untuk saat ini masih terbatas untuk memenuhi jumlah tersebut.
"Harus dipertimbangkan juga, APBN-Perubahan saat ini pesannya ada pengurangan belanja. Tapi berapapun nilainya, kita harus isi untuk cadangan minyak," jelas Sudirman. (ANT)