tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani memaparkan realisasi pembiayaan utang hingga September 2020 mencapai Rp810,8 triliun. Angka ini setara 66,4 persen dari target pembiayaan utang Rp1.220,5 triliun.
Realisasi pembiayaan utang ini naik 155,1 persen dari periode yang sama di tahun 2019. Waktu itu pembiayaan utang hanya mencapai Rp317,9 triliun.
Kenaikan pembiayaan utang ini sejalan dengan pelebaran defisit APBN 2020 yang ditargetkan mencapai 6,34 persen. Untuk September 2020, defisit baru terealisasi hingga posisi 4,16 persen, sudah melewati batas awal 3 persen sebelum revisi APBN sesuai Perpres 72/2020.
“Likuiditas ekonomi kita cukup besar. Demand pembelian SBN sektor perbankan dan lainnya cukup baik,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Senin (19/10/2020).
Dari keseluruhan pembiayaan utang, mayoritas masuk melalui Surat Berharga Negara (SBN). Sri Mulyani mencatat hingga September 2020 SBN netto sudah diterbitkan sebanyak Rp790,6 triliun dari target Rp1.173,7 triliun. Penerbitan SBN naik 139,2 persen dari September 2019 yang mencapai Rp330,5 triliun.
Sementara itu pemerintah juga menarik pinjaman hingga Rp20,1 triliun dari target Rp46,7 triliun. Angka ini berkebalikan dengan realisasi September 2019 yang posisinya minus Rp12 triliun.
Selain itu, realisasi pembelian SBN oleh BI melalui lelang di pasar perdana (SKB 1/2020) sudah mencapai Rp61,63 triliun per 13 Oktober 2020. Untuk realisasi penerbitan SBN menggunakan skema burden sharing alias BI membeli dan menanggung bunganya (SKB 2/2020) sudah mencapai Rp229,68 triliun atau 57,77 persen dari target Rp397,56 triliun.
Pembiayaan utang merupakan bagian dari upaya untuk menutup defisit APBN. Sri Mulyani sebelumnya menyampaikan, per September 2020 defisit APBN sudah menyentuh Rp682,1 triliun atau 4,16% dari PDB. Angka itu setara 65,6 persen dari batas maksimum defisit Rp1.039,2 triliun sesuai Perpres 72/2020.
Secara year on year (yoy) defisit sudah mengalami kenaikan 170,2 persen dari periode yang sama tahun 2019. Pada 2019, realisasi defisit per September hanya mencapai Rp252,41 triliun.
Defisit disebabkan karena pendapatan negara hanya mencapai Rp1.159 triliun dari target Rp1.699,9 triliun. Turun 13,7 persen dari September 2019 yang mencapai Rp1.342,25 triliun.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti