Menuju konten utama
Mozaik

Pemanasan Global Menyelesaikan Sengketa Pulau di Teluk Benggala

New Moore Island atau South Talpatti Island akhirnya tenggelam setelah diperebutkan India dan Bangladesh lebih dari 30 tahun. 

Pemanasan Global Menyelesaikan Sengketa Pulau di Teluk Benggala
Header Mozaik Rebutan Pulau sampai tenggelam. tirto.id/Parkodi

tirto.id - Warsa 1974, dalam citra satelit Amerika Serikat, tampak sebuah pulau kecil di perairan Teluk Benggala dengan panjang sekitar 3,5 km dan lebar 3 km. Pulau ini berjarak sekitar 1,2 mil dari muara Sungai Hariabhanga yang menjadi batas wilayah antara India dan Bangladesh.

Pulau yang terbentuk dari endapan alluvium tersebut diperkirakan sudah muncul sejak tahun 1970 setelah Siklon Bhola yang menerjang kawasan delta Sundarbans dan menewaskan sekitar 500.000 orang.

India segera mengklaim pulau tersebut sebagai bagian dari wilayahnya. Mereka berpatokan pada aliran Sungai Hariabhanga yang mengarah ke sebelah timur dari pulau yang mereka namakan sebagai New Moore Island.

Tahun 1978, giliran Bangladesh mengklaim bahwa aliran Sungai Hariabhanga mengalir ke sebelah barat dari pulau yang mereka namakan sebagai South Talpatti Island, dan merupakan bagian dari wilayahnya.

Pasang Surut Konfrontasi

Seturut Ishak Mia dalam "Climate Change, Sea Level Rise and Conflict Resolution of South Talpatti/New Moore Island", menyikapi tingginya tensi hubungan kedua negara, Perdana Menteri India, Morarji Desai mengajukan survei bersama untuk menyelesaikan sengketa pulau secara damai dalam kunjungan luar negerinya ke Dhaka, Bangladesh.

Namun, upaya tersebut sia-sia. Indira Gandhi yang kembali menjadi Perdana Menteri India pada 1980, dalam Kongres Nasional India tak setuju dengan solusi damai.

"[Ia] menginstruksikan Pemerintah Benggala Barat untuk mengambil alih pulau tersebut lalu secara resmi mengibarkan bendera India, dan mengganti nama pulau itu menjadi Purbasha (Harapan dari Timur)," tulis Kathryn Jacques dalam Bangladesh, India, Pakistan: International Relations and Regional Tensions in South Asia (2000).

Bagi Bangladesh, seruan Indira Gandhi tentu tak dapat diterima. Gelombang anti-India dalam demonstrasi besar-besaran kemudian terjadi di Dhaka pada 22 Mei 1980.

Memasuki bulan Agustus 1980, panasnya hubungan kedua negara sempat mereda ketika Menteri Luar Negeri India, Mr P.V. Narasimha Rao berkunjung ke Dhaka dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Bangladesh, Prof. Syamsyul Haq. Keduanya sepakat untuk membawa permasalahan dalam sebuah perundingan.

Namun, tak lama setelah itu hubungan kembali memanas. Pada 9 Mei 1981, secara sepihak, India mengirim sebuah kapal fregat INS Shandhyak ke New Moore Island untuk melakukan survei oseanografi dan mengumpulkan data lebih lanjut terkait arah aliran sungai Hariabhanga. Selain itu, beberapa personil militer India menancapkan bendera sebagai bentuk legitimasi terhadap pulau tersebut.

Pemerintah Bangladesh menuntut India untuk segera menarik pasukan militernya. Lebih lanjut, demonstrasi terjadi di depan gedung Komisi Tinggi India untuk Bangladesh di Dhaka.

India menolak segala tuntutan. Berdasarkan yurisdiksi India, pulau tersebut merupakan bagian dari wilayahnya dan tidak sepantasnya Bangladesh melayangkan tuntutan.

Pada 12 hingga 14 Mei 1981, Pemerintah Bangladesh mengerahkan tiga kapal perangnya--Bishakhali, Patuakhali, dan Noakhali--untuk mengusir kapal INS Shandhayak.

Ketegangan semakin memuncak, India kemudian mengerahkan enam kapal termasuk satu kapal fregat anti-kapal selam kelas petya (INS Andaman) untuk mengusir kapal-kapal perang Bangladesh.

Merasa terdesak, Pemerintah Bangladesh mengajukan kembali perundingan. Namun India menolaknya dan menegaskan bahwa Pulau New Moore merupakan bagian dari wilayahnya sejak tahun 1970. Bagi India, tidak ada alasan melakukan survei bersama untuk memutuskan kepemilikan pulau tersebut.

Empat bulan berikutnya, ketegangan sempat reda. Kedua negara kembali bersedia untuk membuka jalur diplomasi. Dalam sebuah pertemuan tingkat tinggi yang digelar pada 11 September 1981, masing-masing menteri luar negeri berupaya mencari solusi damai. Namun, akhirnya deadlock.

Memasuki tahun 1982, seiring dengan patroli Angkatan Laut India di pulau tersebut, Letjen Hossain Mohammad Irsyad dari Bangladesh dan Perdana Menteri Indira Gandhi dari India mengadakan perundingan di New Delhi. Dan lagi-lagi perundingan berakhir buntu tanpa kesepakatan.

Hingga menjelang akhir 1990, sengketa atas pulau tersebut kembali mereda seiring pergeseran konflik ke perbatasan darat kedua negara.

Warsa 1998, Pasukan Keamanan Perbatasan India mendirikan pangkalan di New Moore Island. Akibatnya, ketegangan kembali terjadi hingga memuncak pada tahun 2001. Konflik juga terjadi di perbatasan darat negara bagian Meghalaya, India, dengan Distrik Sylhet di Bangladesh yang menewaskan 16 tentara India dan 3 tentara Bangladesh.

Di tengah konflik, Komite Tetap Parlemen Bangladesh menginstruksikan angkatan laut untuk menjaga kedaulatan negara atas South Talpatti Island.

Hingga 16 September 2008, dalam sebuah perundingan bilateral antara India dengan Bangladesh, sengketa kepemilikan New Moore Island/South Talpatti Island tidak kunjung mencapai titik temu yang memuaskan kedua belah pihak.

"Baik India maupun Bangladesh tetap mempertahankan posisi mereka sebelumnya, dengan mengajukan klaim historis dan hukum masing-masing atas pulau tersebut," pungkas Ishak Mia.

Mengutip kembali Kathryn Jacques (2000), sengketa tidak lepas dari kepentingan perluasan wilayah maritim dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) bagi kedua negara. Ini berguna sebagai akses untuk memanfaatkan kandungan sumber daya minyak dan gas alam di pulau tersebut, terutama di perairan Teluk Benggala.

Selain itu, mengutip laman India Today, sengketa kepemilikan pulau merupakan dampak jangka panjang dari pembagian wilayah berdasarkan Garis Redcliffe yang membagi-bagi wilayah di anak benua India pada tahun 1947.

Infografik Mozaik Rebutan Pulau sampai tenggelam

Infografik Mozaik Rebutan Pulau sampai tenggelam. tirto.id/Parkodi

Naiknya Permukaan Air

Untuk mengakhiri sengketa, PBB memberikan tenggat waktu kepada kedua negara hingga tahun 2011 untuk mengajukan klaim masing-masing terhadap kepemilikan pulau yang diperebutkan lebih dari 30 tahun.

Namun, satu tahun sebelum memasuki masa tenggat, New Moore Island/South Talpatti Island dinyatakan hilang dari permukaan air Teluk Benggala.

Mengutip The Times of India, menurut Sugata Hazra--ahli kelautan cum profesor di Universitas Jadavpur, Kolkata--fenomena hilangnya pulau tersebut akibat pemanasan global. Suhu udara di Teluk Benggala mengalami kenaikan sebesar 0,4 derajat celcius sejak tahun 2000 sehingga permukaan air turut naik.

Sejak saat itu, sengketa antara India-Bangladesh terhadap pulau tersebut berakhir.

"Apa yang tidak dapat dicapai oleh kedua negara setelah perundingan selama bertahun-tahun telah terselesaikan melalui pemanasan global," terang Sugarta Hazra dalam The Guardian.

Naiknya permukaan air di Teluk Benggala juga mengancam wilayah Bangladesh yang merupakan kawasan delta rendah. Diperkirakan 18 persen wilayah pesisirnya akan terendam air. Jika itu terjadi, sekitar 20 juta penduduk akan mengungsi karena permukaan air laut naik 1 meter pada tahun 2050.

Meski sengketa atas pulau tersebut berakhir, namun permasalahan batas maritim kedua negara masih berlanjut, setidaknya hingga tahun 2014.

Mengutip laman NDTV, ditetapkan bahwa hampir empat perlima dari 25.000 km persegi zona ekonomi eksklusif di perairan Teluk Benggala diberikan kepada Bangladesh. Sedangkan India, diberi penguasaan terhadap sungai Hariabhanga yang kaya akan hidrokarbon.

Putusan tersebut menunjukkan bahwa jika New Moore Island/South Talpatti Island tidak tenggelam, maka sepenuhnya menjadi milik India.

Baca juga artikel terkait SENGKETA atau tulisan lainnya dari Andika Yudhistira Pratama

tirto.id - Politik
Kontributor: Andika Yudhistira Pratama
Penulis: Andika Yudhistira Pratama
Editor: Irfan Teguh Pribadi