tirto.id - Partai Gerindra memastikan akan mengusung kembali Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) pada Pemilu Presiden 2019. Deklarasi pencalonan Prabowo rencananya berlangsung pada April 2018.
Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani menyatakan Gerindra kini sedang mencari tempat deklarasi. “Besok [Hari ini] saya rapat memastikan itu,” kata Muzani di Kompleks DPR, Selasa (20/3/2018).
Keputusan mendeklarasikan Prabowo berdasarkan keinginan seluruh kader Gerindra di tingkat pusat dan daerah. Kader di daerah, bahkan ada yang sudah mendeklarasikan Prabowo sebagai capres secara serentak beberapa waktu lalu.
“Mengusung capres bagi kami adalah alat perjuangan partai,” kata Muzani.
Pernyataan serupa juga disampaikan elite Gerindra lainnya seperti Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria, Wakil Ketua DPP Gerindra Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantono, dan Wakil Sekjen Gerindra Andre Rosiade.
Keempat elite itu kompak memastikan Prabowo maju sebagai capres dari Gerindra. Fadli Zon menanggapi soal adanya suara yang mendorong mantan Danjen Kopassus ini mendampingi Jokowi di Pilpres 2019. Ia berpendapat berasal dari pendukung petahana yang takut kalah.
“Karena mereka tahu Pak Prabowo sudah pasti menang,” klaim Fadli Zon di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, kemarin.
Cawapres Penentu Nasib Prabowo
Upaya memajukan Prabowo sebagai capres harus didukung sosok calon wakil presiden (cawapres) yang pas. Direktur Eksekutif Charta Politica, Yunarto Wijaya menilai sosok cawapres yang akan mendampingi Prabowo bisa menentukan nasib Prabowo pada Pilpres 2019.
“Berbeda dengan Jokowi yang sangat ditentukan variabel kinerjanya,” kata Yunarto kepada Tirto.
Yunarto menilai Prabowo sudah tak punya daya tarik personal untuk berhadapan secara langsung dengan Joko Widodo (Jokowi). Kondisi ini berbeda dengan saat Prabowo head to head dalam Pilpres 2014. Pada Pilpres 2014, Prabowo sedang berada di puncak karier politik.
“Terlepas Jokowi dalam posisi petahana, tapi Prabowo sudah tidak lagi menjadi brand yang menarik sebagai capres,” kata Yunarto.
Faktor munculnya sosok-sosok berlatar belakang militer yang serupa dengan Prabowo, tapi berusia lebih muda, seperti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Gatot Nurmantyo.
Yunarto menyebutkan dua kriteria sosok cawapres yang tepat menjadi pendamping Prabowo. Pertama, sosok tersebut harus memiliki latar belakang berbeda dengan Prabowo. Mantan Mensos Khofifah Indar Parawansa bisa menjadi kandidat.
“Dia wanita dan mewakili kelompok Islam. Itu bisa menjadi variabel pelengkap,” kata Yunarto.
Kubu Prabowo juga perlu mempertimbangkan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. Cak Imin merupakan sosok yang mempunyai kekuatan partai dengan 11 juta pemilih pada Pemilu 2014 dan berafiliasi langsung dengan Nahdlatul Ulama (NU).
“Basis massa PKB di Jatim dan Jateng bisa menutupi kekurangan suara Prabowo di 2014 lalu,” kata Yunarto.
Kedua, sosok cawapres pendamping Prabowo harus memiliki elektabilitas yang tinggi. Ia menilai Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bisa menjadi sosok yang tepat untuk memenuhi kriteria ini.
Hasil survei elektabilitas Alvara Research Centre pada Februari lalu, menempatkan Anies Baswedan sebagai sosok yang paling diterima menjadi pendamping Prabowo dengan angka 60 persen. Angka ini beda tipis dengan Cak Imin yang mendapatkan angka penerimaan sebagai pendamping Prabowo sebesar 59,4 persen.
“Tapi catatannya adalah apakah itu bisa diterima partai lain, seperti PKS yang sejak awal sudah mendukung Prabowo jika kemudian kadernya tidak digandeng sebagai cawapres?” kata Yunarto.
Gerindra Masih Bingung
PKS jadi partai yang telah menyatakan berkoalisi dengan Gerindra untuk mengusung Prabowo sebagai capres. Partai ini telah menetapkan sembilan nama untuk diusung dalam Pilpres 2019, di antaranya Shohibul Iman, Anis Matta, dan Ahmad Heryawan.
Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, pada 9 Maret lalu, menyatakan kesembilan nama tersebut akan diusulkan menjadi cawapres pendamping Prabowo dalam pembahasan partai koalisi. Pada sisi lain, Gerindra saat ini partainya tengah melakukan kajian terhadap sejumlah nama tokoh untuk menjadi cawapres pendamping Prabowo.
Dari unsur partai, nama yang masuk bursa di antaranya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi, Muhaimin Iskandar, Zulkifli Hasan, Ahmad Heryawan, Anis Matta, dan Shohibul Iman. Dari luar partai, nama yang masuk bursa di antaranya adalah Gatot Nurmantyo dan Anies Baswedan.
Wakil Sekretaris Jenderal Gerindra Andre Rosiade punya pendapat yang sama dengan Yunarto Wijaya. Menurut Andre cawapres Prabowo "kalau bisa orang NU." Namun, ia tidak secara eksplisit menyebut nama Cak Imin atau Khofifah.
Andre menyatakan sosok dari kalangan NU bisa mengerek suara Prabowo, mengingat NU merupakan organisasi keagamaan terbesar di Indonesia dengan jutaan anggota.
Berbeda dengan Andre, Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantono menyatakan belum ada nama yang mengerucut menjadi pendamping Prabowo. Meskipun telah ada beberapa nama yang menjadi aspirasi kader-kader di daerah.
“Semuanya sama-sama berpeluang. Kami pertimbangkan semua,” kata Ferry kepada Tirto.
Ferry menyatakan perihal cawapres Prabowo akan ditentukan berdasarkan hasil keputusan bersama di antara partai koalisi yang terbentuk nanti. Saat ini, Gerindra masih terus berkomunikasi dengan partai lainnya untuk membangun koalisi, seperti dengan PAN, Demokrat, dan PKB.
“Saya enggak bisa jawab sekarang [cawapres Prabowo]. Itu dinamika pembicaraan di antara partai politik,” kata Ferry.
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Mufti Sholih