tirto.id - Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina DPP Partai Gerindra, menggunakan rumahnya di Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, untuk mendeklarasikan dukungan terhadap sejumlah calon kepala daerah (cakada). Salah satunya adalah Sudirman Said, mantan menteri ESDM yang proses deklarasi berlangsung 13 Desember 2017 lalu.
Dalam politik praktis, tak ada makan siang gratis. Penunjukan ini dapat dibaca sebagai upaya agar nantinya Sudirman Said, kalau terpilih sebagai Gubernur Jawa Tengah, dapat membantu kepentingan politik Prabowo dan Gerindra di Pemilu 2019.
Semua nampak berjalan lancar hingga akhirnya ada momen debat Pilgub Jateng pada Kamis 15 Maret 2018. Ketika itu salah satu panelis debat, Hanta Yudha, bertanya: apakah Prabowo dan Jusuf Kalla (JK) yang bakal dipilih Sudirman. Sudirman memberi jawaban singkat: "Nanti dulu."
Konteks pertanyaan pada debat itu adalah bagian sesi jawab spontan, kedua calon gubernur ini diminta untuk memilih secara cepat satu dari dua nama yang disodorkan presenter: antara Joko Widodo atau Prabowo. Ganjar menjawab "Jokowi" sementara Sudirman "nanti dulu"
Pertanyaan serupa dilontarkan Hanta Yudha. Namun bedanya tokoh yang dipilih berbeda. Ganjar diminta menjawab pilih Jokowi atau Megawati, sementara Sudirman, Prabowo atau Jusuf Kalla. Ganjar, lagi-lagi, menjawab Jokowi karena katanya "Bu Mega saja dukung Jokowi." Sementara Sudirman tidak menjawab tegas. "Nanti saja. Jawaban tengah-tengah," katanya.
Pada sesi itu memang tidak dijelaskan mengapa nama-nama yang mesti dipilih adalah Megawati, Jokowi, Prabowo, dan Jusuf Kalla. Megawati dan Jokowi sebagai representasi dari PDIP, dan Prabowo mewakili Gerindra, bagaimana dengan Jusuf Kalla?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, kejadian pada debat telanjur menuai reaksi di internal parpol khusunya Gerindra yang jelas-jelas mendukung Sudirman Said. Kader Gerindra Habiburokhman mempertanyakan komitmen Sudirman. Lewat Twitternya, Ketua DPP Gerindra ini mengatakan bila Sudirman Said ragu mendukung Prabowo, maka tak layak pendukung Prabowo memilih Sudirman Said di Pilgub Jateng.
"Apa layak pendukung Prabowo dukung dia (Sudirman Said)?" pertanyaan retoris keluar dari Habiburokhman.
Apa yang dikatakan Habiburokhman bisa jadi benar bila dilihat dari kacamata personal kader Gerindra. Namun, bisa jadi juga salah dari sudut pandang orang luar. Sudirman, misalnya, memang belum pernah berkomitmen mendukung Prabowo dan Gerindra pada Pemilu tahun depan. Artinya jawaban Sudirman Said masih dianggap wajar-wajar saja.
Pengamat dari lembaga kajian opini dan kebijakan publik Populi Centre, Rafif Pemenang Imawan, mengatakan fakta bahwa Sudirman Said mendapat dukungan dari Gerindra, PAN, PKB, dan PKS di Pilkada 2018 tidak menjamin ada timbal balik yang sepadan, khususnya bagi Prabowo.
Menurut Rafif, calon gubernur yang dipasangkan dengan Ida Fauziyah itu baru akan menentukan preferensi ketika JK sudah menentukan sikap politik untuk Pemilu mendatang. Kenapa?
Alumnus Uppsala University itu mengatakan, secara personal Sudirman lebih dekat dengan JK ketimbang Prabowo. Sehingga pilihan politik JK akan menentukan sikap politik Sudirman Said termasuk di Pilgub Jateng 2018.
"Dari sisi elit bagaimana pun juga Sudirman Said dikenal sebagai 'orang JK'. [Sementara] JK saat ini belum pada posisi jelas, apakah akan mendukung Jokowi atau Prabowo," ujar Rafif kepada Tirto, Sabtu (17/3) kemarin.
Menurut Rafif, Sudirman sedang bermain aman. Ia ingin melihat perkembangan makin dekatnya Pemilu 2019. Sudirman akan memilih posisi politik yang paling menguntungkannya. Namun jika dikaitkan dengan Pilgub Jateng yang sudah di depan mata, maka sikap Sudirman Said bisa berimbas negatif.
"Ini sebenarnya jelek juga untuk Sudirman, karena dapat tercitra bahwa ia merupakan perpanjangan tangan dari elite di Jakarta," kata Rafif.
Jika citra tidak tegas melekat padanya, elektabilitas cagub nomor dua itu bisa tergerus. Rafif berpendapat publik akan hilang simpati pada sosok kandidat yang tak tegas. Dampak negatif, pada akhirnya, juga akan dirasakan Gerindra.
"Kira-kira apakah jika Sudirman menjadi Gubernur Jateng, lantas dapat 'mengamankan' suara Prabowo di sana? Wajar jika Gerindra meminta kejelasan komitmen dari Sudirman," katanya.
Namun, sikap menggantung Sudirman Said dalam menentukan sikap dukungan kepada Prabowo justru mendapat sinyal positif dari pengurus Partai Gerindra lainnya. Alasan teknis seperti pertanyaan yang tak relevan menjadi alibi. Para pengurus Gerindra yang memaklumi sikap Sudirman Said memang mencoba mengamankan nasib Sudirman Said dalam melawan pesaingnya, Ganjar Pranowo yang berdasarkan survei masih di atas angin.
Pandangan Gerindra
Wakil Sekretaris Jenderal Gerindra, Andre Rosiade, beda pandangan dengan Habiburokhman. Ia menganggap tak ada yang salah dengan sikap Sudirman kala debat. Menurutnya, jawaban Sudirman yang tak memilih nama Prabowo atau JK semata persoalan strategi.
Andre juga tidak sependapat dengan Rafif yang menyebut jawaban Sudirman dapat membawa pengaruh negatif. Sebaliknya, justru langkah ini berdampak positif.
"Itu sebatas strategi Sudirman untuk mengambil suara pemilih Jokowi," ujar Andre kepada Tirto.
Andre heran dengan pertanyaan soal siapa politikus yang bakal dipilih oleh kandidat pada salah satu sesi debat Pilgub Jateng lalu. Menurutnya, pertanyaan itu tak relevan.
"Ini kan Pilkada, kok Pilpres dibawa-bawa?" tanya Andre.
Pendapat senada juga disampaikan Wakil Ketua Umum Gerindra, Arief Poyuono. Menurutnya, Sudirman masih fokus untuk memperoleh banyak suara di Jateng, karena itu wajar Sudirman tak memberi jawaban tegas ketika diberi pertanyaan yang tidak relevan dengan Pilgub Jateng.
"Mungkin karena dia lagi fokus untuk memenangkan Pilkada dulu," kata Arief kepada Tirto.
Menurut Arief, jawaban "abu-abu" justru dibutuhkan bila melihat elektabilitas Sudirman yang masih jauh di bawah Ganjar Pranowo, kandidat yang diusung PDIP (yang memiliki 31 kursi di DPRD Jateng), PPP (8 kursi DPRD), Golkar (10 kursi DPRD), Demokrat (9 kursi), dan NasDem (0 kursi DPRD).
Survei Litbang Kompas yang baru saja dirilis misalnya, menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar Pranowo-Taj Yasin berada jauh di atas Sudirman-Ida. Ganjar-Taj Yasin memperoleh 79 persen dukungan, Sudirman-Ida hanya 11,8 persen.
"Ini bisa jadi gambaran kalau memang sangat berat bagi Sudirman untuk menang dari Ganjar," kata Arief.
Penulis: Rio Apinino
Editor: Rio Apinino