Menuju konten utama

Peluang Investasi Perak di Tengah Kilau Emas

Isu perang dagang AS dan Cina membuat harga perak tertekan. Harga perak sudah tergerus 3,5 persen sepanjang 2018. Namun, perak membuka peluang menjanjikan untuk investasi.

Peluang Investasi Perak di Tengah Kilau Emas
Perak batangan. REUTERS/Murad Sezer

tirto.id - Pada masa lampau emas dan perak sempat jadi alat tukar atau pembayaran. Kedua logam ini juga dibutuhkan oleh beragam industri. Emas dan perak juga telah menjadi produk investasi. Namun, emas lebih populer ketimbang perak sebagai alat investasi. Padahal perak pun bisa memberikan imbal hasil yang menjanjikan.

Perak memiliki sejumlah kelebihan untuk menjadi sarana investasi di antaranya harga perak relatif stabil. Mengutip data Bloomberg, harga perak memang relatif stabil dalam lima tahun terakhir ini, meski pada tren menurun.

Pada 28 Maret 2013, harga perak tercatat US$28,32 per ons troi, setelah itu turun menjadi US$16,14 pada 26 Desember 2014. Pada tahun berikutnya, harga perak kembali turun, dan menyentuh angka US$14,37 per ons troi pada 25 Desember 2015.

Namun, pada 2016, harga perak mulai bangkit, harga perak sempat menyentuh harga tertinggi US$20,34 pada 29 Juli 2016. Sayang, kondisi tersebut tidak bertahan lama, pelan-pelan harga perak kembali menurun. Per 30 Desember 2016, harga perak kembali ke US$15,98.

Tahun berikutnya, harga perak bergerak fluktuatif dengan tren meningkat. Sempat mencapai level tertinggi di US$18,51 pada 14 April 2017 dan dalam tren yang stabil. Pada akhir 2017, harga perak sempat melemah berada di posisi US$17,14.

“Lima tahun terakhir ini, pergerakan harga perak relatif flat. Paling cocok digunakan investor sebagai investasi safe haven atau aset lindung nilai,” kata Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim kepada Tirto. Garuda Berjangka merupakan perusahaan perdagangan Forex dan Perdagangan Berjangka Komoditi.

Kelebihan lainnya dari perak adalah harganya yang relatif terjangkau. Tidak seperti emas yang harganya sudah mencapai US$1.347 per ons troi pada 27 Maret 2018, harga perak pada saat yang sama hanya US$16,54 per ons troi.

Apabila dikonversikan ke rupiah, maka harga perak sebesar Rp227.664 per ons troi atau Rp7.320 per gram (1 ons troi sama dengan 31,10 gram). Sedangkan untuk harga emas sekitar Rp596.166 per gram.

Perak memiliki tingkat kenaikan harga yang seringkali lebih tinggi ketimbang emas. Contohnya ketika pergerakan harga pada 5 Maret 2018. Kala itu, harga emas naik 1,31 persen, sedangkan harga perak naik 2,30 persen.

Selain itu, jumlah perak juga terbatas, sehingga menjadi komoditas berharga dan cocok untuk menjadi sarana investasi. Pada 2016, produksi perak dunia menurun 0,6 persen menjadi 885,8 juta ons dari 2015 karena penurunan kegiatan penambangan seng dan emas.

Di lain pihak, kebutuhan perak kini semakin dibutuhkan industri sebagai bahan baku, mulai dari pembuatan kawat, suku cadang mesin kendaraan lain sebagainya. Bahkan, perak juga diminati bahan perhiasan atau kerajinan tangan.

Permintaan perak yang meningkat tersebut di antaranya didorong dari tumbuhnya permintaan fotovoltaik atau sel surya. Pada 2016, permintaan sel surya meningkat 34 persen dari 2015 seiring dengan meningkatnya instalasi panel surya.

Apakah investasi perak bisa menjanjikan keuntungan pada masa depan?

Untuk menjawab untung atau tidaknya dari suatu investasi, maka yang harus dilihat adalah tujuan dari investasi, apakah investasi tersebut untuk jangka panjang atau untuk jangka pendek.

Apabila investasi perak untuk jangka pendek, investor disarankan untuk menunda sementara rencananya. Alasannya tren harga perak sejak awal 2018 terus menurun. Besar kemungkinan, tren ini masih berlanjut hingga kuartal II-2018.

Sejak kuartal I-2017, harga perak cenderung menurun. Pada awal tahun ini, harga perak di posisi US$17,20, sempat tembus ke level US$17,61 pada 25 Januari 2018. Namun, setelah itu menurun ke level US$16,54 pada 27 Maret 2018.

Penurunan harga perak disebabkan berbagai faktor di antaranya adalah isu perang dagang AS dan Cina. Meski kondisi saat ini agak sedikit tenang, isu ini masih belum jelas, sehingga menjadi sentimen negatif bagi perak.

Selain itu, rencana bank sentral AS atau The Fed menaikkan suku bunga ikut melemahkan harga komoditas. Kondisi ini juga diperparah data ekonomi AS yang bagus, dan meredanya konfilik antara AS dan Korea Utara.

“Imbasnya, dolar kian menguat dan melemahkan harga komoditas, tidak terkecuali perak. Saya perkirakan harga perak bisa turun ke level terendah sebesar US$16,13 per ons troi,” ujar Ibrahim.

Investor jangka pendek disarankan agar mengambil keputusan berinvestasi di perak bila isu perang dagang mereda. Alhasil, proyeksi akan harga perak dapat mudah dihitung.

infografik berinvestasi di perak

Waktu Tepat Berinvestasi Perak

Bagi investor yang berencana berinvestasi perak untuk jangka panjang, maka saat ini adalah waktu yang sangat tepat untuk berinvetasi perak. Alasannya, harga perak pada tahun ini tampaknya akan terus terkoreksi dan menuju titik terendah.

Arah pergerakan harga perak saat ini memang berbanding terbalik dengan arah pergerakan emas. Sejak awal tahun, harga perak sudah anjlok 3,5 persen. Sedangkan harga emas justru naik 2,9 persen. Di pasar Indonesia misalnya, bila mengacu dari harga logam mulia Antam, harga emas sudah naik jadi Rp658.000 per gram dari sepekan lalu yang hanya Rp649.000 per gram.

Kondisi tersebut dianggap tidak biasa. Hal ini karena pola naik turunnya harga perak biasanya mengikuti harga emas. Jadi bila harga emas meningkat, maka harga perak akan meningkat dan sebaliknya.

“Kalau Anda bandingkan pola teknikal pergerakan emas dan perak, naik turunnya itu sama. Jadi silver itu anak, emas itu bapak. Kalau bapak jatuh, anak juga jatuh. Cuma, si bapak kalau jatuh itu lebih dalam,” tutur Ibrahim.

Pola yang berbeda dari emas dan perak disebabkan kekhawatiran bahwa ekonomi global yang melambat akan berdampak buruk terhadap perak. Kondisi juga diperparah dengan adanya kebijakan perdagangan proteksionis yang menyeret logam industri, seperti perak. Perak digunakan untuk berbagai kepentingan, mulai dari alat kesehatan hingga perlengkapan rumah tangga.

Sementara itu, harga emas yang meningkat lebih disebabkan banyak investor yang menyukai emas untuk aset lindung nilai. Alasannya, di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini, emas lebih mudah diprediksi.

Namun, kegelisahan pasar terhadap kebijakan perdagangan, suku bunga AS dan lainnya itu lama-lama bisa menghilang. Pergerakan harga komoditas seperti perak juga berpotensi beranjak naik kembali.

Harga perak pernah mencapai level tertinggi ketika pada 2011 mencapai sekitar US$50. Namun, tidak menutup kemungkinan harga perak pada masa depan akan kembali menuju level tertingginya, seiring menurunnya tingkat keterjangkauan emas.

“Saya termasuk orang-orang yang justru berbalik membeli peluang dari perak tersebut,” tegas Senior Managing Director of Global Asset Allocation Manulife Asset Management, Nathan Thooft.

Baca juga artikel terkait LOGAM MULIA atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Bisnis
Reporter: Ringkang Gumiwang
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Suhendra