tirto.id - Abah Effendi Saleh, penggiat Aksi Kamisan yang juga penyintas tragedi 1965, menilai tak ada perbedaan signifikan dari visi kedua paslon itu dalam hal menyelesaikan pelanggaran HAM berat masa lalu.
Menurut dia, keduanya sama-sama mengejar kekuasaan semata.
"Menurut hemat saya ketika saya melakukan pengamatan, itu kan konsep dari Prabowo dan Jokowi menurut saya sama saja ya. Sama-sama mengejar kekuasaan. Negara hanya sebagai alat kekuasaan," ucap Effendi dalam Aksi Kamisan ke-582, di seberang Istana Negara, Kamis (18/4/2019).
Ia menyikapi ini terkait dengan kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2019 versi hitung cepat 12 lembaga survei.
Penggiat Aksi Kamisan, Ahmad Sajali akrab disapa Jali, mengatakan Jokowo dan Prabowo sama-sama andil dalam persoalan HAM.
Hanya saja, kata dia, perannya berbeda yaitu Jokowi sebagai pelindung pelanggar HAM berat masa lalu, karena terduga pelaku berada di lingkaran kekuasan seperti Wiranto dan Hendropriyono.
Prabowo, kata Jali, diduga sempat terlibat pada salah satu pelanggaran HAM berat masa lalu seperti kasus yang menimpa sejumlah aktivis pada Mei 1998 lalu.
"Pemilu kali ini pemilu hampa. Dua-duanya punya andil dalam pelanggaran HAM berat masa lalu. Satu pelindung dan satu lagi pelaku pelanggaran HAM," ucap Jali.
Awalnya, kata Jali, ada harapan yang dibawa Jokowi sejak Pilpres 2014, namun tak ada janji penyelesaian HAM berat.
Di sisi lain, kata dia, Jokowi justru mengangkat Wiranto sebagai Menkopolhukam.
"Dua-duanya, Jokowi-Prabowo [punya andil dalam persoalan HAM] jadi beda tipis," ucap Jali.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali