tirto.id - Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi) perihat permohonan agar pemerintah memberikan perhatian khusus kepada Garuda Indonesia.
Ketua Umum Sekarga Dwi Yulianta menjelaskan, kondisi Garuda Indonesia terancam bangkrut imbas pandemi COVID-19.
Masalah di masa lalu menambah beban yakni pengadaan pesawat dan engine atau mesin yang dilakukan oleh direksi. Serikat juga melihat selama ini potensi bisnis di Garuda Indonesia tidak maksimal seperti sektor captive market corporate account kargo dan bisnis charter.
“Internal Garuda Indonesia telah melakukan PHK kepada 2.000 karyawan di 2020 dan saat ini di 2021 sedang dalam proses PHK yang direncanakan berkurang lebih dari 1.000 karyawan. Selain terjadi PHK, karyawan yang masih aktif bekerja dilakukan pemotongan dan penundaan pembayaran gajinya,” kata Dwi Yulianta, Rabu (14/7/2021).
Ia mengatakan, Sekarga meminta pemerintah mengucurkan duit dari program Pemulihan Ekonomi Nasional tahun 2021 sebesar Rp7,5 triliun ke dalam penyertaan modal langsung dan bukan melalui skema mandatory convertible bond (MCB) atau bantuan dana operasional.
"Mohon kiranya dengan cara mencairkan sisa dana PEN sebesar Rp7,5 triliun menjadi penyertaan modal langsung," ujar Dwi.
Presiden Jokowi diminta cawe-cawe sebab pemegang 60,54% saham adalah pemerintah.
"Kiranya Bapak Presiden dapat membantu percepatan pembentukan holding ekosistem pariwisata sebagaimana program dari Bapak Menteri BUMN guna mempercepat pemulihan ekonomi nasional khususnya bidang pariwisata. Kiranya dapat membentuk tim untuk melakukan audit terhadap semua transaksi pengadaan Pesawat dan Engine Pesawat di masa lalu dan siapapun yang terbukti harus diproses hukum," tulis Dwi dalam surat ke Jokowi.
Saat ini kondisi keuangan Garuda Indonesia berdarah-darah. Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menyebut setiap bulan Garuda merugi hingga USD 100 juta.
Kerugian timbul karena pendapatan Garuda hanya USD 50 juta, sementara pengeluaran mencapai USD 150 juta. Garuda juga memanggul utang hingga Rp70 triliun, dan harus melakukan negosiasi dengan para lessor dan kreditur internasional.
Garuda harus mengajukan moratorium utang agar bisa terus hidup. Per 20 September, menderita rugi tahun berjalan sebesar USD 1,1 miliar dolar, dibandingkan keuntungan sebesar USD 122 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Garuda juga punya utang sewa pesawat hingga USD 615 juta, melonjak dari sebelumnya USD 83 juta. Per 30 September 2020, Garuda memiliki saldo utang obligasi sebesar USD 491,327 juta.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Zakki Amali