Menuju konten utama

Pedagang Blok G Kecewa Sebab PKL di Tanah Abang "Dilegalkan"

Pedagang di pasar Blok G Tanah Abang menilai kebijakan rekayasa lalu lintas Pemprov DKI Jakarta mengancam pendapatannya.

Pedagang Blok G Kecewa Sebab PKL di Tanah Abang
Sejumlah tenda pedagang kaki lima (PKL) berdiri di Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang, Jakarta, Jumat (22/12/2017). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Pedagang di pasar Blok G Tanah Abang kecewa pada kebijakan baru Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam menata kawasan perdagangan tersebut. Mereka kesal sebab Pemprov DKI melegalkan keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di sekitar Tanah Abang. Apalagi Pemprov DKI juga memberikan fasilitas tenda gratis kepada para PKL di depan Stasiun Tanah Abang tersebut.

"Itu tidak masuk akal di depan (stasiun Tanah Abang). Kecewa (sebab) bukannya ini (Blok G) yang diurus, malah PKL yang dikasih tempat. Kita (pedagang) ngapain di atas ini (pasar),” kata Yeyen (40), salah satu pedagang Blok G Tanah Abang kepada Tirto, pada Jumat (22/12/2017).

Yeyen melanjutkan keluhannya, “Orang buat apa milih ke atas (pasar) kalau di bawah sudah ada yang jualan (PKL)."

Keluhan itu muncul usai Pemprov DKI Jakarta memutuskan untuk menutup Jalan Jatibaru Raya di depan Stasiun Tanah Abang sejak pukul 08.00-18.00 WIB setiap hari. Rekayasa lalu lintas itu bermaksud mengurai kemacetan sekaligus mengakomodir kepentingan PKL, pejalan kaki, dan pengendara yang melintas di kawasan Stasiun Tanah Abang.

Setelah penutupan jalan dilakukan, satu lajur di Jalan Jatibaru Raya akan digunakan untuk lokasi berdagang PKL. Kemudian, lajur lain diperuntukkan khusus bagi bus Transjakarta.

Menurut Yeyen, lapak-lapak yang disediakan Pemprov DKI untuk PKL justru banyak ditempati para pedagang dari Blok A dan B Tanah Abang. Ia mendapati banyak pemilik toko menyuruh anak buahnya agar membuka 'cabang' berdagang di jalan.

"Kebanyakan yang dagang di bawah itu punya kios di Blok A dan B. Mereka ke sana, anak buahnya, buat nutupin sepinya dagangan," ujarnya.

Informasi Yeyen dibenarkan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Tapi, Sandiaga justru menganggap pemilik kios wajar mendapat jatah lapak di Jalan Jatibaru Raya untuk 'menjemput' pelanggan dari kawasan Stasiun.

"Karena di kios aslinya yang di dalam gedung itu sepi. Jadi nanti ini kan secara jangka pendek. Kami akan lihat datanya melalui pendekatan digital. Makanya, Jakarta Smart City sekarang melakukan pemantauan hari per harinya," ujar Sandiaga.

Saat Tirto menyambangi jalan Jatibaru Raya, pada Jumat siang tadi, puluhan tenda berwarna merah terlihat sudah berdiri di sana. Para PKL juga mulai berdagang di lokasi itu.

Sementara itu, banyak pemotor yang nekat melintas di trotoar karena terdampak penutupan jalan. Mereka memilih melanggar peraturan dengan berkendara di trotoar, daripada harus menempuh jalan memutar untuk menuju lokasi tujuan.

Baca juga artikel terkait PENATAAN TANAH ABANG atau tulisan lainnya dari Lalu Rahadian

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Lalu Rahadian
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Addi M Idhom