Menuju konten utama

Pasukan Pemerintah Libya Lakukan Serangan Balik di Tripoli

Pasukan yang dipimpin oleh Khalifa Haftar itu melakukan serangan balik untuk mempertahankan Ibu Kota Tripoli. 

Pasukan Pemerintah Libya Lakukan Serangan Balik di Tripoli
Ilustrasi. Pejuang pasukan Libya beraliansi dengan pemerintah yang didukung oleh PBB menembakkan roket ke pejuang Islamic State di Sirte, Libya, Kamis (4/8). antara foto/reuters/goran tomasevic/cfo/16

tirto.id - Pemerintah yang didukung oleh PBB, Government of National Accord (GNA) mengumumkan melakukan serangan balik kepada Libyan National Army (LNA) yang dipimpin oleh Khalifa Haftar pada hari MInggu (7/4/2019) untuk mempertahankan Ibu kota Tripoli.

Kolonel Mohamed Gnounou mengatakan kepada wartawan di Tripoli bahwa serangan balasan ini dijuluki “Gunung Berapi Kemarahan” untuk membersihkan kota Libya dari pasukan agresor yang tidak sah.

Menurut catatan dari The Guardian, serangan yang dilakukan oleh LNA kepada Pemerintah GNA terjadi di Sabtu lalu (6/4/2019) yang menyebabkan 21 orang tewas, dan 90 orang mengalami cidera.

Serangan yang dilakukan oleh pasukan yang dipimpin oleh Haftar ini menyerang di bagian pinggir selatan Tripoli, dimana Pemberintah GNA yang mengendalikan kota itu.

Perwakilan PBB untuk Libya (UNSMIL) membuat permohonan mendesak untuk melakukan gencatan senjata untuk mengevakuasi korban yang terluka, dan warga sipil yang terperangkap dalam pertempuran tersebut.

“(UNSMIL meminta) semua pihak bersenjata di daerah Wadi Rabi, Al-Kayekh, Gasr Ben Ghachir dan Al-Aziziya untuk menghormati gencatan senjata kemanusiaan untuk mengamankan evakuasi korban luka dan warga sipil oleh tim penyelamat dan Bulan Sabit Merah Libya," seperti dilansir oleh Aljazeera.

Diperkirakan Haftar memiliki pasukan udara yang didukung oleh Mesir, Arab Saudi dan negara – negara Uni Emirat Arab.

Kekhawatiran muncul di Washington tentang peran Rusia di Libya. Data yang didapatkan dari sumber diplomatik baru-baru ini menyebutkan, Rusia dituduh mengerahkan hingga 300 tentara bayarannya di Libya Timur untuk mendukung Khalifa Haftar.

Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini, akan mencoba untuk mengatur sebuah persatuan bersama pada pertemuan dewan urusan luar negeri Uni Eropa pada hari Senin (8/4/2019).

Kepala GNA, Fayez Al-Sarraj, yang menuduh Haftar telah melakukan pengkhianatan dalam pidatonya yang disiarkan di televisi pada Sabtu (6/4/2019). Al Sarraj mengatakan pasukan Haftar akan menghadapi perlwanan tegas dari pasukan GNA.

“Kami telah mengulurkan tangan ke arah perdamaian tetapi setelah agresi yang terjadi pada pihak pasukan milik Haftar dan deklarasi perangnya melawan kota-kota dan ibukota kami ... ia tidak akan menemukan apa pun selain kekuatan dan ketegasan," kata Al Sarraj seperti dilansir Aljazeera.

Al Sarraj dan Haftar telah melakukan pembicaraan di Abu Dhabu pada Akhir Febuari lalu, dimana mereka sepakat untuk mengadakan pemilihan nasional.

Melansir The Guardian, Al Sarraj menghadapi pilihan, yaitu berusaha mempertahankan ibukota menunggu tekanan diplomatik internasional untuk memaksa Haftar mundur atau melancarkan serangannya ke Haftar, sehingga akan mengakibatkan perang dan mungkin akan kehilangan dukungan internasional.

Terlepas dari permasalahan tersebut, Ghassan Salamé, utusan khusus PBB untuk Libya, mengatakan upaya – upaya masih dilakukan untuk mengadakan Konferensi Nasional tentang masa depan Libya di Ghadames pada 14-16 Apri 2019 nanti.

Baca juga artikel terkait TRIPOLI atau tulisan lainnya dari Dina Arristy

tirto.id - Politik
Penulis: Dina Arristy
Editor: Yandri Daniel Damaledo