tirto.id - Jumlah korban banjir bandang di Libya yang terjadi pada Senin, 11 September 2023, masih simpang siur. Bulan Sabit Merah Libya merilis data korban sudah mencapai 11 ribu lebih meninggal dan 10 ribu dinyatakan hilang.
Menurut update OCHA (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs) atau badan PBB urusan kemanusiaan, sebagaimana mengutip laman AP News, Senin, 18 September 2023, angka kematian justru jauh lebih rendah, yakni sekitar 4 ribu orang dan 9 ribu lainnya hilang.
Diwartakan Reuters, Walikota Derna, Abdel-Moneim al-Ghaithi, memperkirakan 20 ribu warga hilang. Sementara WHO mengkonfirmasi jumlah kematian sebanyak 3.922.
Pada Minggu, 17 September 2023, Menteri Kesehatan Libya Timur, Othman Abduljaleel mengungkapkan 3.283 jenazah sudah dimakamkan. Akan tetapi, ia tidak memberikan rincian jumlah total korban meninggal yang sudah dievakuasi.
Pasca runtuhnya kekuasaan Moammar Gadhafi tahun 2011, Libya kini terpecah menjadi 2. Pertama, pemerintahan wilayah barat yang didukung kelompok bersenjata dan milisi dengan basis di Tripoli.
Selain itu, juga ada pemerintahan yang berkuasa di timur dengan pusat di Benghazi. Mereka bergabung dengan Tentara Nasional Libya di bawah pimpinan Jenderal Khalifa Hifter.
Dam Abu Mansour dan Derna yang Jebol
Abdelwanees Ashoor termasuk salah satu ahli yang sudah memperkirakan bahaya jebolnya dam Abu Mansour dan Derna karena sudah lama tidak diperbaiki.
"Jika terjadi banjir besar, akibatnya akan menjadi bencana bagi penduduk lembah dan kota," kata profesor teknik sipil itu, dalam penelitian di Sabha University Journal of Pure and Applied Sciences yang terbit tahun lalu.
Namun, pemerintah yang berkuasa di Derna, Libya timur tidak bereaksi terhadap laporan tersebut.
Apa yang menjadi ancaman akhirnya terjadi pada Senin, 11 September 2023, dini hari. Penduduk Derna seketika terbangun kala mendengar suara ledakan keras hingga air bah membanjiri kota Mediterania.
Bendungan Abu Mansour dan Derna jebol hingga menghajar dinding setinggi dua lantai. Banjir bandang menyebabkan kematian ribuan orang dan gedung-gedung roboh. Jalan dan jembatan juga disapu air.
Dam Abu Mansour dan Derna yang jebol itu dibangun pada era tahun 1970-an oleh perusahaan asal Yugoslavia. Abu Mansour berjarak 14 kilometer (8,6 mil) dari kota, dengan tinggi 74 meter (243 kaki) dan kapasitas 22,5 juta meter kubik air.
Sedangkan bendungan Derna atau Belad lebih dekat dengan wilayah kota dan mempunyai daya tampung 1,5 juta meter kubik air.
Selama ini, kedua dam diharapkan menjadi pelindung kota dari ancaman banjir bandang. Airnya juga banyak dimanfaatkan untuk sektor pertanian sebelum jebol menghantam warga dan bangunan.
"Kedua bendungan tidak pernah dirawat selama bertahun-tahun, meskipun banjir berulang kali melanda kota ini di masa lalu. Bendungan-bendungan itu sudah bobrok," uja Saleh Emhanna, peneliti geologi Universitas Ajdabia, Libya.
Update Terkini Kondisi Libya
Sepekan setelah banjir besar yang diibaratkan seperti tsunami, ratusan orang melakukan unjuk rasa di Derna.
Mereka memprotes pemerintahan setempat dan pihak berwajib lantaran dianggap tidak melakukan tindakan pencegahan terhadap banjir.
Massa juga mengecam para pejabat lokal dan menyerukan persatuan nasional di tengah situasi negara yang terpecah akibat konflik hingga menghambat penanganan bencana.
Dalam aksi yang dilakukan di luar Masjid Al Sahaba, seorang warga turut memprotes Kepala Parlemen Libya di bagian timur, Aguila Saleh.
"Aguila, kami tidak menginginkanmu! Semua orang Libya adalah saudara!" ujarnya, seperti dilaporkan Al-Jazeera.
Para pengunjuk rasa yang marah itu juga membakar rumah yang diduga milik Walikota Derna, Abdulmenam al-Ghaithi, meskipun pemerintahan Libya timur mengungkapkan pihaknya sudah mencopot Abdulmenam.
Sementara Taha Miftah, 39 tahun, menganggap pemerintahan yang berkuasa saat ini telah gagal dalam menangani bencana dan parlemen wajib bertanggung jawab.
Tidak hanya itu, ia menyerukan adanya penyelidikan atas bencana banjir Libya dan menuntut rekonstruksi di bawah pengawasan internasional.
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra