tirto.id - Pelaksanaan Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2019 di GOR Satria, Purwokerto, sejak Minggu (8/9/2019) lalu tidak luput dari pantauan Yayasan Lentera Anak. Ketua Yayasan Lentera Anak, Lisda Sundar mengapresiasi langkah PB Djarum yang tidak mengharuskan para peserta memakai seragam dengan logo Djarum Badminton Club.
“Ini bukti bahwa PB Djarum sudah mau menegakkan peraturan Negara. Sebab, terkait dengan kegiatan Audisi Beasiswa Bulutangkis diadakan oleh perusahaan rokok yang berbahan baku tembakau, berlaku ketentuan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 109 tahun 2012,” tuturnya dalam rilis pers yang diterima Tirto, Selasa (10/9/2019).
Lisda menambahkan, dia justru berharap PB Djarum melanjutkan audisi umum yang rencananya akan dihapus per 2020 mendatang. Hanya saja, syaratnya mereka harus tetap menaati aturan PP Nomor 109 tahun 2012, Undang-Undang Perlindungan Anak, maupun Perda di setiap wilayah tuan rumah terkait Kawasan Tanpa Rokok.
“Jadi sekarang tergantung pada Djarum. Apakah untuk selanjutnya Djarum akan mematuhi aturan atau tidak. Kami akan mendukung semua pihak,” pungkasnya.
Selain membebaskan peserta memakai seragam klub masing-masing, pada seleksi kali ini PB Djarum juga menghilangkan penyebutan kata Djarum dalam judul kompetisi maupun atribut. Di papan iklan misal, hanya ada terdapat sponsor-sponsor seperti Blibli, Tiket.com, dan Yuzu.
Audisi di Purwokerto sendiri rencananya bakal berakhir Selasa (10/9/2019) hari ini. Seleksi diikuti oleh 753 peserta dari kelompok umur di bawah 11 tahun (U-11) 13 tahun (U-13). Angka ini mengalami sedikit penurunan ketimbang tahun 2018 (total peserta 806). Namun, secara kualitas, para peserta tahun ini diklaim PB Djarum menunjukkan peningkatan secara kualitas permainan.
“Untuk tahun ini saya sendiri sedikit pusing, soalnya baru awal sudah banyak peserta yang terlihat memiliki kemampuan lebih, jadi kami harus lebih teliti lagi,” tutur salah satu anggota tim pencari bakat PB Djarum, Engga Setiawan seperti dilansir laman resmi PB Djarum.
“Dari segi teknik pukulannya kebanyakan sudah mulai benar, megang gripnya sudah pas, mainnya kelihatan pintar dan sudah punya strategi,” sambungnya.
Sayangnya, tahun ini bakal jadi kali terakhir GOR Satria menjadi tuan rumah Djarum Beasiswa Bulutangkis. Sebab per tahun depan, ajang pencarian bakat tahunan ini bakal rehat. Polemik penggunaan logo yang dianggap melanggar peraturan perundang-undangan jadi alasan di balik keputusan ini.
“Kami sudah memutuskannya, tidak ada deal-dealan lagi. Diterima atau tidak, kami sudah memutuskan seperti itu,” kata Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin Sabtu (7/9/2019) lalu.
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Irwan Syambudi