Menuju konten utama

Olahraga Tradisional Apa Saja yang Cocok Dimainkan Anak-anak?

Terdapat beragam permainan tradisional yang bisa dijadikan bahan pembelajaran PJOK. Simak 10 contoh olahraga tradisional dan cara bermainnya berikut ini.

Olahraga Tradisional Apa Saja yang Cocok Dimainkan Anak-anak?
Sejumlah pelajar bermain Gobak Sodor pada Festival Permainan Tradisional di Desa Rendeng, Kudus, Jawa Tengah, Jumat (10/3). Festival yang diadakan Ikatan Pemuda Pelajar Nahdatul Ulama yang diikuti ratusan pelajar dari berbagai sekolahan tersebut bertujuan untuk merawat dan melestarikan permainan tradisional agar tidak punah dan bisa dilanjutkan generasi penerus . ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/ama/17.

tirto.id - Materi olahraga tradisional diajarkan mulai jenjang SD hingga SMA, meskipun cenderung secara tersirat. Biasanya, olahraga diperkenalkan oleh guru Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) melalui permainan tradisional.

Pengertian olahraga tradisional dijelaskan oleh Ajun Khamdani dalam bukunya, Olahraga Tradisional Indonesia (2010). Menurutnya, olahraga tradisional adalah olahraga yang berkembang dari permainan rakyat di setiap etnis dan suku di Indonesia.

Sejarah olahraga tradisional bermula dari permainan rakyat yang dimainkan oleh anak-anak zaman dahulu sebagai pengisi waktu luang. Sejarah olahraga tradisional di Indonesia berbeda-beda, tergantung jenis permainan dan asal daerahnya.

Ada beragam contoh olahraga tradisional yang bisa ditemukan di sekitar kita. Di antaranya seperti sepak tekong, pletokkan, boi-boinan, engklek, petak umpet, dan lompat batu.

10 Permainan Tradisional dan Cara Memainkannya

Terdapat lebih dari 25 olahraga tradisional di Indonesia, atau bahkan jauh lebih banyak. Akan tetapi, setidaknya ada 10 olahraga tradisional Indonesia yang sering dimainkan. Berikut ini macam-macam olahraga tradisional dan cara bermainnya.

1. Petak umpet

Contoh olahraga tradisional yang pertama adalah petak umpet. Permainan tradisional ini biasanya dimainkan oleh 5-10 orang. Akan tetapi, jumlah tersebut fleksibel, boleh kurang, boleh lebih banyak.

Dari sekian anak yang ikut bermain, ada satu anak yang akan menjadi pencari. Penentuannya dilakukan dengan cara undian, misalnya, hompimpa.

Jika sudah ditentukan satu orang yang menjadi pencari, permainan tradisional petak umpet bisa dimulai.

Petak umpet bisa dimulai dengan metode berhitung. Misalnya, si pencari disuruh mengucapkan bilangan berurutan dari satu sampai 13. Sementara si pencari mengucapkan bilangan, teman yang lain berlari mencari tempat persembunyian.

Setelah membilang hingga angka 13, si pencari diwajibkan mencari teman-temannya, sampai lengkap.

2. Lompat Batu

Lompat batu merupakan olahraga tradisional dari daerah Nias. Sejarah olahraga tradisional lompat batu bermula dari suku-suku di Pulau Nias yang kerap berperang. Masalahnya kerapkali berkaitan dengan pembalasan rasa dendam, perbatasan tanah, atau masalah perbudakan.

Akibatnya, masing-masing desa membangun benteng di wilayah masing-masing menggunakan batu atau bambu setinggi 2 meter.

Sebelum berperang, masing-masing suku akan melakukan persiapan dengan melompati benteng batu itu. Tradisi itu kemudian dilestarikan hingga menjadi olahraga tradisional lompat batu, yang terus dimainkan hingga saat ini.

Kini, olahraga tradisional lompat batu tidak hanya dilakukan saat perang. Di masa kini, lompat batu hanya menjadi olahraga, sekaligus simbol ritual dan budaya orang Nias.

3. Bola Bakar

Bola bakar adalah permainan tradisional seperti softball dan baseball yang dimainkan dengan cara melempar, memukul, dan menangkap bola.

Olahraga tradisional bola bakar dimainkan oleh dua kelompok. Jumlah masing-masing kelompok bisa disesuaikan.

Lapangannya terbagi atas empat titik. Titik 1 sebagai rumah, sedangkan titik 2, 3, dan 4, menjadi pos.

Sebagaimana dijelaskan di atas, olahraga tradisional bola bakar mirip dengan bola kasti, softball, atau baseball. Cara bermainnya pun mirip.

Dua regu yang sudah dibentuk dipisah, misalnya, ada tim A dan B. Tim A bertugas sebagai penjaga sedangkan B menjadi tim pemukul. Tim pemukul berada di titik 1, sedangkan tim penjaga berada di antara titik 2, 3, dan 4.

Misalnya, salah satu pemain tim B melemparkan bola kepada orang yang hendak memukul dari regu A. Pukulan harus diarahkan ke depan.

Setelah berhasil memukul bola dengan tongkat, si pemukul harus berlari ke pos 2--boleh melanjutkan ke pos 3, 4, atau bahkan kembali lagi ke pos 1, jika memungkinkan.

Namun, apabila ketika berlari si pemukul terkena lemparan bola dari tim B, kedua tim bertukar posisi. Jadi, Tim B bergantian menjadi pemukul sedangkan tim A menjadi penjaga.

4. Egrang

Olahraga tradisional egrang berasal dari permainan tradisional anak-anak zaman dulu. Olahraga tradisional egrang ini membutuhkan dua batang bambu yang panjangnya kurang lebih setengah meter. Pada masing-masing batang bambu itu ditempelkan sebilah kayu yang berfungsi sebagai pijakan kaki.

Cara bermain egrang adalah dengan berjalan menggunakan bambu tegak yang dikasih pijakan. Permainan ini membutuhkan konsentrasi tinggi serta keseimbangan yang baik. Jika dua hal ini tidak dipenuhi, enggrang tidak akan berhasil dimainkan dengan baik.

5. Tarik Tambang

Olahraga tarik tambang amat populer di Indonesia. Bahkan, olahraga ini menjadi langganan pada perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia setiap tahun.

Selain hanya membutuhkan satu tali tambang, olahraga tarik tambang juga amat menyenangkan, serta dapat melatih kekompakan dalam satu tim.

6. Bakiak

Olahraga tradisional bakiak membutuhkan kayu sepanjang, kurang lebih satu setengah meter. Kayu ini digunakan sebagai alas kaki untuk beberapa orang.

Masing-masing tim, yang terdiri atas 3-4 orang, akan menggunakan sepasang bakiak itu. Kemudian akan berlomba, berjalan hingga garis finis.

Bila tidak kompak, orang-orang dalam satu tim itu pasti akan terjatuh bersama-sama. Pemenangnya adalah tim yang berhasil sampai di garis finis terlebih dahulu.

7. Gobak Sodor

Gobak sodor dilakukan oleh 5-7 orang orang dan membutuhkan lapangan yang luas. Inti dari olahraga gobak sodor ini adalah menghadang lawan agar tidak lolos melewati garis pada baris terakhir.

Biasanya gobak sodor menggunakan lapangan segiempat berukuran 9x4 meter. Lapangan ini kemudian dibagi menjadi enam bagian. Garis batas dari setiap bagian ditandai dengan kapur sebagai tempat jaga.

Gobak Sodor adalah olahraga tradisional yang dapat melatih ketangkasan, strategi, kecepatan, kecerdikan serta kekompakan.

8. Karapan Sapi

Karapan sapi adalah olahraga tradisional dari Pulau Madura. Olahraga tradisional ini pada dasarnya adalah perlombaan pacuan sapi. Cara bermainnya sama dengan perlombaan kuda di wilayah Amerika Latin.

Dalam olahraga karapan sapi ini dibutuhkan dua ekor sapi untuk menarik kereta kayu pada lintasan yang berjarak, kurang lebih, 100 meter.

Hingga kini, karapan sapi masih terus lestari, dan bahkan berkembang menjadi salah satu atraksi wisata unggulan Pulau Madura.

9. Pencak silat

Pencak silat juga tergolong olahraga tradisional. Bisa dibilang, pencak silat merupakan olahraga tradisional paling populer di Indonesia, dibanding yang lain.

Olahraga tradisional bahkan sudah menjadi cabang olahraga profesional, dan dilombakan di kompetisi internasional.

Namun, tidak seperti olahraga tradisional yang lain, pencak silat membutuhkan kemampuan khusus. Bela diri asli Indonesia ini biasanya diajarkan secara wajib, mulai jenjang sekolah dasar.

10. Lompat tali

Olahraga tradisional lompat tali tergolong cukup populer. Hampir semua daerah mengetahui permainan ini.

Cara bermain lompat tali cukup sederhana. Ada dua orang yang yang bertugas memegangi tali karet, dengan panjang kurang lebih 3 meter.

Dua orang tersebut memutar-mutar tali secara bersamaan, hingga tali karetnya berputar-putar. Kemudian, ada satu orang yang melompat-lompat menghindari tali yang berputar tersebut.

Manfaat Olahraga Tradisional untuk Anak

Olahraga tradisional bila dilakukan oleh anak-anak, memiliki sejumlah manfaat. Beberapa manfaat olahraga tradisional adalah:

  1. Melatih kreativitas anak, karena dalam olahraga tradisional, anak-anak dilatih untuk memikirkan strategi untuk menang, tanpa berbuat curang.
  2. Mengembangkan kecerdasan sosial dan emosional anak, karena dalam olahraga tradisional anak-anak dilatih untuk bekerja sama dengan anggota satu tim, sehingga harus mampu mengontrol ego dan emosi diri.
  3. Sebagai media pembelajaran nilai-nilai moral, budaya, sportivitas, kejujuran dan kekompakan.
  4. Mengembangkan kemampuan motorik dan kemampuan biomotorik anak. Ketika melakukan olahraga tradisional ini, anak-anak harus bergerak secara aktif dan menggunakan seluruh tubuh, termasuk otaknya.
  5. Bermanfaat untuk kesehatan, baik itu kesehatan jasmani dan rohani.
  6. Mengoptimalkan kemampuan kognitif anak dan menjaga kesehatan otak.
  7. Memberikan kegembiraan dan keceriaan, sehingga anak lebih sehat secara batin dan spiritual.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Lucia Dianawuri

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Lucia Dianawuri
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Fadli Nasrudin